- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
“Seorang pesimis akan berkata, gelas ini setengah kosong. Yang optimis akan berkata, gelas ini setengah berisi. Tetapi yang super optimis akan berkata, “Gelas ini penuh. Setengah berisi udara, setengah lagi isinya air!” (www.anthonydiomartin.com)
Martin Seligman, adalah orang yang pertama kali meneliti secara mendalam dan mengungkapkan faktor ini. Namanya OPTIMISME. Dalam bukunya yang terkenal “Learned Optimism”, Martin Seligman mengatakan, faktor utama yang menentukan gagal dan tidaknya sesorang dalam mencapai prestasinya adalah optimisme mereka (referensi yang lengkap bisa dibaca disini: https://positivepsychologyprogram.com/learned-optimism/ ).
So, bagaimana level optimisme terkait dengan kesuksesan dan pencapaian cita-citamu?
Intinya, setiap orang pasti menginginkan yang terbaik dalam hidupnya. Kita pasti menginginkan masa depan kita yang cerah kelak. Maka kita juga pasti akan melakukan berbagai hal untuk dapat mewujudkan impian itu. Untuk mendapatkan energi dalam melakukan berbagai usaha tersebut, kita butuh yang namanya sikap optimis. Mengapa? Sebab, untuk mencapai sesuatu biasanya akan ada halangan atau rintangan di depan mata. Tanpa optimisme, kita mungkin akan menyerah duluan!
Sikap optimis adalah salah satu kekayaan mental yang harus senantiasa dikembangkan. Dan berita baiknya: optimisme memang bisa dikembangkan. Seperti dijelaskan dalam konsep kecerdasan emosi yang dikembangkan oleh lembaga Six Seconds, opimisme adalah bentuk dari kecerdasan emosi seesorang. Semakin cerdas level kecerdasan emosi seseorang, maka akan semakin padai ia membangun sikap optimisnya. Alasannya, karena saat terpuruk, ia akan sanggup mengarahkan emosinya ke level yang lebih baik.
Optimis itu sendiri dapat diartikan sebagai keyakinan akan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Sebuah penelitian jangka panjang yang pernah dilakukan di Obero University menemukan bahwa mahasiswa yang ketika menuliskan masa depannya lebih optimis, ternyata lebih sukses dan berhasil dalam karirnya dibandingkan rekan-rekannya yang menulisnya realitis ataupun yang pesimistik. Alasannya, menurut para peneliti, dengan keyakinan itulah mereka memiliki energi untuk melakukan segala hal yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Itulah sebabnya, mereka memberikan tips soal BPS atau Best Positive Self, atau sering-seringlah bayangkanlah dirimu yang terbaik.
Jadi, dari keterangan tersebut, dapat kita pahami bahwa sikap optimis adalah sumber energi positif yang sangat penting untuk mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan sikap optimis, kita akan dapat merasakan semangat yang seolah tidak ada habisnya. Inilah yang disebut energi positif, sebuah energi yang selalu menuntun sikap, pikiran, perasaan dan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
Sikap optimis juga merupakan kepercayaan yang muncul dari dalam hati atas tindakan yang kita lakukan. Jika di dalam diri kita ada sikap optimis terhadap hidup, maka dengan sendirinya ini akan menjadi kekuatan mental bagi kita dalam menghadapi segala tantangan hidup. Kita harus sadar bahwa hidup itu tidak selamanya indah. Untuk itu kita harus dapat menumbuhkan sikap optimis ini agar kita selalu siap menghadapi segala hambatan dan rintangan yang mungkin akan kita temui di masa depan.
Nah, sebagai bagian terakhir dari tulisan ini. Ingin tahukah kamu seberapa tingginya LEVEL OPTIMISME dirimu? Gampang. Anda bisa test disini secara gratis:
http://web.stanford.edu/class/msande271/onlinetools/LearnedOpt.html
Salam Antusias!
#kecerdasanemosi
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |