- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Dalam pelatihan Kecerdasan Emosionalk (EQ), salah satu cara terbaik untuk mengajarkan adalah melalui cerita dan kisah yang inspiratif. Berikut ini adalah 5 cerita inspiratif yang seringkali kami pakai saat mengajarkan tentang kecerdasan emosi di kelas. Kita simak yuk!
Pada suatu hari, Jenghis Khan pergi berburu. Ia berkuda memasuki hutan ditemani para pasukannya. Tak lupa ada burung rajawali, sejenis elang kesayangannya yang ikut menyerati perbuaran itu. Setelah berkuda berjam-jam, Jenghis Khan pun mulai merasa kehausan. Mereka pun mencari kesan kemarin dimana mereka bisa menemukan air, untuk melepaskan dahaga mereka. Maka setelah mencari-cari di hutan tersebut, sampailah mereka ke suatu mata air yang menetes dari bebatuan. Airnya kelihatan jenis mengalir melewati lekuk-lekuk bebatuan tersebut.
Lantas, burung elangnya ia lepaskan dari lengannya. Kemudian Jenghis Khan mengambil cangkir perak yang ada dari pelana kudanya. Dengan cepat, ia menggunakan cangkir untuk mengambil air tersebut, lalu ingin meminumnya. Namun, tiba-tiba burung elangnya menyambar dan menjatuhkan cangkir minumnya sebelum ia bisa meminum airnya. Lalu, Jengis Khan memungut cangkirnya dan mengambil air dari sela bebatuan itu. Dan kembali lagi, si burung elangnya Jenghis Khan menukik, menyambar dan menjatuhkan cangkirnya lagi. Akibatnya, sebelum air itu masuk ke mulut, telah tumpah ke tanah. Dan kejadian itu terjadi berulang beberapa kali hingga akhirnya, Jenghis Khan pun menjadi sangat marahnya. Lantas, ia pun mengeluarkan pedang tajamnya.
Dan terakhir kali, saat itu setelah Jenghis Khan mengambil air, si burung elangnya menukik lagi menyambar cangkirnya. Lantas, kali ini tanpa basa basi, ia menghunuskan pedangkan dan mengarahkan ke badan burung elang tersebut. Dan cangkir dengan isinya pun terjatuh dari cakar si elang dan terpental jatuh. Si elang tersebut, mati seketika. Dan, masih dengan marahnya, Jenghis Khan lantas berjalan ke tepi batuan untuk memungut cangkirnya. Tapi, saat itulah, di ujung bebatuan itu betapa kangetnya saat ia melihat ada bangkai ular yang berbisa yang tubuhnya tenggelam di atas bebatuan, dengan racun di mulutnya yang mengangga. Disitulah Genghis Khan mengerti, kalau ia meminum airnya, ia pasti akan mati.
Akhirnya, dengan sedih Genghis Khan pun kembali ke perkemahan dengan membawa tubuh sang elang yang sudah mati dalam pelukannya. Ia begitu menyesal, karena telah membunuh sahabatnya yang telah menyelamatkan nyawanya!
Atas peristiwa ini, Genghis Khan pun berkata, “Jangan pernah melakukan tindakan apapun, pada saat kamu sedang dibakar oleh api kemarahan!”
Pelajaran Moral:
Kisah ini sering dipakai Bp Anthony Dio Martin dan tim trainer HR Excellency untuk mengajarkan bahwa:
Pada suatu waktu, tersebutlah seorang samurai di Jepang yang mendengar tentang seorang Guru yang sangat terkenal. Maka, dengan rasa iri ia pun pergi untuk menguji seberapa pintarnya di Guru itu.
Ketika akhirnya bertemu dengan si Guru itu, si samurai itupun menantang di Guru tersebut agar menjelaskan soal surga dan neraka.
Lantas, dengan sangat marahnya si Gurupun berkata, “Kau hanyalah orang bodoh. Aku tidak mau menyia-nyiakan waktu untuk orang sepertimu.”
Sontak saja, si samurai tersinggung. Ia lalu menghunus pedangnya dan berkata. “Aku bisa membunuhmu dengan satu sabetan saja, karena kamu sudah kurang ajar!”
Lantas, dengan tenang si Guru itu berkata dengan menunjuk ke mukanya, “Nah, itulah neraka!”
Si samurai terdiam, ia jadi terkesima. Langsung saja, ia diliputi perasaan takjub, dengan kesederhanaan dan ketenangan sang Guru. Si samurai itupun menyarungkan pedangnya kembali. Ia pun menjadi tenang, dan tersenyum.
Lalu, si Guru itu berkata lagi sambal menunjuk ke mukanya si samurai lagi,
“Nah, dan itulah surga!” ujar sang Guru yang bijaksana.
Si samurai itu pun pulang dari tempat Guru dengan mendapatkan pembelajaran yang luar biasa!
Pelajaran Moral:
Kisah ini sering dipakai Bp Anthony Dio Martin dan tim trainer HR Excellency untuk mengajarkan bahwa:
Suatu ketika, ada seorang anak muda suku Indian yang sangat pemarah dan sulit mengendalikan dirinya. Maka, dengan kondisi frustrasi, ia pun datang menemui salah satu pimpinan tertua di sukunya untuk berkonsultasi.
“Kakek, mengapa sih saya merasa sangat sulit mengendalikan emosi dan kemarahan yang ada di dalam diri saya. Apa yang harus saya lakukan?”
Maka, si kakek itupun menceritakan sebuah kisah.
Sebagai bangsa India kita percaya bahwa dalam diri kita ada dua srigala, srigala pertama adalah srigala berwarna hitam. Serigala hitam adalah yang penuh dengan emosi kepmarahan. Pencemburu, duka, penyesal, tamak, sombong, hanya memikirkan diri sendiri. Suka dendam, serta seringkali tak terkendali. Lantas, ada satu lagi srigala putih. Serigala putih adalah yang baik. Dia adalah kebahagiaan, kedamaian, cinta, harapan, ketenangan, kerendahan hati, kebaikan, perbuatan positif, empati, kemurahan hati, kebenaran, sayang terhadap sesama, dan kepercayaan.
Dan setiap harinya, kedua srigala ini bertarung dalam diri kita!
Lalu, setelah mendengar kisah itu, si anak muda tersebut bertanya dengan semangat,
“Kalau bertarung begitu berarti ada yang menang dan kalah. Akhirnya srigala mana yang menang, Kek?”
Lalu, si kakek itu menjawab,
“Srigala yang menang adalah srigala yang engkau beri makan setiap hari!”
Pelajaran Moral:
Kisah ini sering dipakai Bp Anthony Dio Martin dan tim trainer HR Excellency untuk mengajarkan bahwa:
Suatu hari, ada seorang murid baru yang dipanggil oleh gurunya. Setelah bertemu dengan gurunya, si guru itupun memberikan perintah kepada si murid baru itu, “Tolong ambilkan air di dekat sumur yang ada di belakang gedung ini”.
Lalu, murid itu pun segera menuju ke belakang untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan. Dan ketika sampai di sumur itu. Ia pun melihat ada ember dengan talinya, lalu dengan cekatan ia pun mulai memasukkan ember dengan talinya ke sumur dan mulai menimba dari sumur itu. Betapa kagetnya, tatkala ia masukkan ember itu, embernya tak menyentuh air apapun. Si murid itupun megulurkan semua talinya, hingga keujung. Tetapi, usahanya sia-sia. Lalu, ia pun memasukkan badannya ke sumur dan berusaha melihat dimanakah batas airnya. Tetapi, tetap saja ia tidak bisa melihat di kegelapan sumur itu. Ia pun makin keras berusaha mencari cara bagaimana ia bisa menimba dari sumur itu. Sampai-sampai seluruh badannya ia masukkan lebih dalam ke sumur, untuk menimba air dari sumur itu. Tetap saja, tidak ada hasilnya. Panas teriknya matahari, membuat ia mulai berpeluh keringat dengan usahanya yang tak membawakan hasil. Dan si murid itupun jadi makin jengkel dan kesel, karena sepertinya tidak ada hasilnya.
Sementara itu, dari kejauhan, si guru yang menyuruh muridnya itu, melihatnya dengan tersenyum.
Lantas, si guru itupun mendatangi si murid baru itu. Dan tatkala melihat si guru itu, si murid langsung berkata, “Guru, saya sudah berusaha semaksimal mungkin menimba air dari sumur ini. Tidak berhasil. Seluruh tenaga sudah saya kerahkan, tidak ada hasilnya! Kayaknya sumurnya sudah kering. Mengapa guru meminta saya menimba dari sumur yang sudah kering begini?”.
Lalu, si guru pun berkata, “Kalau kamu merasa sumur itu kosong, kenapa kamu tidak berpikir cara lain?”. Lalu si guru itu pun berkata, “Karna kamu sudah jengkel dan kesel, maka itu membuatmu tidak berpikir lagi dengan jernih!”.
Berikutnya, si guru itupun menunjukk ke suatu sisi pojok di sumur itu.
“Kamu lihatlah! Si pojok sumur ini ada sebuah keran air. Kamu tinggal membuka keran air dan air pun akan mengalir keluar karena terhubung dengan saluruan dari puncak gunung. Saya memintamu untuk mengambil air dekat sumur bukan untuk menimba air dari sumur!”
Saat itu juga, si murid menrtawai dirinya sekaligus merasa malu karena kebodohan dan kejengkelannya sendiri telah membuatnya tak berpikir jernih!
Pelajaran Moral:
Kisah ini sering dipakai Bp Anthony Dio Martin dan tim trainer HR Excellency untuk mengajarkan bahwa:
Suatu hari, murid seorang guru terkenal terlibat perdebatan dengan seorang pejabat yang bodoh. Mereka terlibat dalam perdebatan soal berapakah hasil kali 8 X 0. Menurut pejabat bodoh itu, hasilnya adalah 8. Sementara si murid guru terkenal berusaha mengajarkan bahwa 8 X 0 adalah Nol!.
Mereka pun mulai berdebat.
Dan dalam perdebatan itu, akhirnya, si murid itu pun mengajaknya menemui gurunya yang terkenal sangat pintar dan sangat bijaksana. Banyak orang yang kemudian tertarik untuk melihat apa yang terjadi.
Dan saat bertemu gurunya, si murid itu pun berkata,
“Guru, tolong kasih tahu si bapak pejabat ini. Masak dia bilang 8 X 0 hasilnya 8”.
Sementara itu, si pejabat yang sudah kesel dan marah itu berkata,
“Tolong kasih tahu muridmu, bahwa 8 X 0 itu 8! Tidak usah berdebat dengan saya soal kebenaran ini!”.
Akhirnya, si guru itupun menampar kepala si muridnya dan berkata,
“Kamu bodoh! Si bapak pejabat itu yang benar! Sudah, kamu pulang saja!” Lalu, murid itu disuruhnya pulang dan orang pun bubar. Si pejabat itu pun, tampaknya puas dengan si guru lalu pergi meninggalkan tempat mereka.
Si murid itu mau protes. Tapi, karena perintahnya sudah jelas, makai a pun pulang ke perguruan. Tapi, masih dengan hati yang jengkel.
Lalu, malam harinya, karena tidak terima, maka si murid itu datang menemui gurunya. Lalu si murid itu buka mulut!
“Guru pasti tahu 8 X 0 itu ya hasilnya nol! Kenapa guru membela pejabat itu?”
Si guru yang bijak itupun berkata,
“Tentu saja saya tahu. Tapi, apa untungnya kalau kamu menang dalam perdebatan itu. Pertama, ada bergitu banyak orang yang akan melihat si pejabat itu dipermalukan. Kedua, si pejabat itu bisa membalas dengan cara yang berbeda, hanya untuk urusan yang sepele. Kalau pun mau kasih tahu, caranya bukan dengan berdebat di depan umum!”.
Pelajaran Moral:
Kisah ini sering dipakai Bp Anthony Dio Martin dan tim trainer HR Excellency untuk mengajarkan bahwa:
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |