- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
“Lepas Nak. Ayo, lepaskan..” seru seorang Ayah kepada anaknya. Disitulah, tampak seorang anak kecil yang sedang mememang erat-erat mobil mainannya. Terus terang, mobil itu tampak begitu besar di badannya yang kecil. Tampaknya, dia enggan untuk melepaskan mobil ditangannya. Itulah mobil kesayangannya. Ayah si anak itu kini datang dengan mobil mainan baru yang sama besarnya. Tapi jenis baru. Kali ini bahkan dengan remote control. Anak itupun tampak tertarik. Tapi, sama sekali ia tidak mau lepaskan yang lama. Si Ayah terus berkata kepadanya, “Ayo Nak, lepaskan mobil lamamu, kalau kamu ingin mobil yang baru”. Namun, dengan bersikukuh si anak itu tidak mau melepaskan mobil lamanya. Dan ia terus memegangkan. Padahal, tampak sekali keinginan dari anak itu untuk memainkan mobil yang baru juga.
Begitulah kalau kisah di atas terasa agak lucu bagi kita, sikap si anak kecil itu bisa jadi cerminan sikap kita juga. Seringkali kita pun enggan melepaskan yang lama. Padahal untuk menyongsong yang baru, terkadang kita perlu ikhlas untuk melepaskan yang lama.
Biarkan Yang Lama, Mati!
Ada pepatah mengatakan, “Kalau sesuatu yang lama itu tidak mati, yang baru tidak akan muncul”. Baru-baru ini, saya punya pengalaman tidak menyenangkan. Tatkala mengunjungi keponakan saya di Tottori, Jepang, tangan saya terjepit pintu mobil. Sakitnya luar biasa! Kuku saya pun berwarna hitam karna ada darah yang membeku dibalik kuku tersebut. Kalau dilihat dari luar, kuku saya hitam legam seperti baru saja diolesi cat kuku hitam. Berbulan-bulan seperti itu kondisinya. Saya sudah diberitahu untuk dicabut saja kukunya. Saya masih bersikeras mempertahankannya. Saya merasa sayang sekali, kerena tampaknya kuku itu masih menempel dan bisa diselamatkan. Pikirku, siapa tahu nanti kukunya akan sembuh sendiri. Namun, suatu hari, saya tidak sengaja menggaruk-garuk kaki yang gatal dan ternyata kuku saya pun nyaris copot. Mendingan kalau terlepas semuanya, ini nyaris terlepas. Akhirnya, mau tidak mau saya pun ke dokter dan minta untuk dicabut kukunya. Dan ternyata, saat dicopot kuku lama, sudah ada kuku baru yang sebenarnya siap untuk tumbh. Tapi masalahnya, kuku baru itu susah untuk tumbuh karena yang lama masih menempel.
Mengapa hal sepele ini saya ceritakan?
Sama. Kisah ini pun sebenarnya menggambarkan pengalaman kebiasaan psikologis kita. Terkadang, kita ingin menyambut yang lama, tetapi enggan melepaskan yang lampau. Sama seperti si anak kecil di atas.
Saya ambil contoh kasus nyata. Misalkan saja, Henry Ford pernah sangat sukses dengan mobil jenis T-modelnya. Waktu pertama kali tercipta di tahun 1908, mobil itu sangat revolusioner karena itulah mobil penumpang yang diproduksi secara massal dan murah. Henry Ford sangat bangga dan dia pun mengalami sukses luar biasa. Sayangnya, kesuksesan itu membuatnya terlena. Hingga di tahun 1927, ia tidak pernah merubah modelnya, bahkan juga warnanya. Semuanya hitam. Hingga akhirnya apa yang terjadi, perkembangan jaman kemudian merontokkan suksesnya. Ford Mobile perusahaannya, bahkan terlilit hutang.
Masih dalam dunia otomotif. Amerika yang pernah sangat sukses dalam dunia permobilan, menganggap enteng Jepang. Amerika berpikir mereka sukses dan akan terus memimpin di bidang otomotif. Datanglah Jepang dengan inovasi dan kualitasnya di era-80 an dan hingga sekarang, industri otomotif Amerika banyak terpukul dengan kekuatan industrinya Jepang. So, apakah Anda termasuk orang sukses yang seperti Henry Ford ataupun mobil Amerika yang sering bernostalgia dengan kesuksesan lama?
Tahun Baru, Harus Spirit Baru!
Mengakhiri tahun dan menyambut tahun yang baru, jangan hanya menjadi seremonial saja. Tetapi juga butuh spirit baru. Sebenarnya, cukup menarik kalau di akhir tahun kita selalu mengucapkan, “Selamat Natal dan Tahun Baru” kepada rekan-rekan dan sahabat kita yang merayakan. Cukup menarik, peristiwa natal dan tahun baru terjadi dalam waktu yang berdekatan!
Natal dimaknai sebagai kelahiran. Sementara Tahun Baru menunjukkan penanggalan waktu yang baru. Kalau kita gabungkan maknanya, maka berarti kelahiran diri yang baru, memasuki suatu waktu yang baru.
Tapi pertanyaan penting. apakah ketika memasuki tahun baru, kita sungguh-sungguh lahir dengan fisik, mental dan spirit yang baru? Jangan-jangan sebenarnya kita hanya berganti tahun tapi dengan spirit yang sama? Jangan-jangan seperti beberapa kisah di atas, kita ingin menyongsong yang baru tetapi enggan sekali melepaskan yang lama. So, pikirkanlah di akhir tahun dan menyongsong tahun baru ini, apakah kesuksesan lama yang justru bisa jadi penghambat saya untuk meraih kesuksesan di tahun yang baru?
Anthony Dio Martin, WISE (Writer, Inspirator, Speaker, Entepreneur), Managing Director HR Excellency & Miniworkshopseries Indonesia, penulis buku-buku bestseller, executive coach, host di radio bisnis SmartFM, dan penulis di berbagai harian nasional. Website: www.hrexcellency.com dan FB: anthonydiomartinhrexcellency dan IG: anthonydiomartin
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |