- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Tahun 490SM, kerajaan Romawi mengalahkan Persia yang begitu kuat. Konon, ada seorang tentara bernama Pheidippides berlari sejauh 25 mil (lebih dari 40 km) dari Yunani ke Athena untuk mengabarkan soal kemenangan itu. Diceritakan setelah berjam-jam berlari, Pheidippides akhirnya tiba lantas lantas berseru, “Ayo mari rayakan, kita telah menang!”. Setelah itu, kabarnya Pheidippides terjatuh dan meninggal. Kejadian itu rupanya menjadi legenda yang begitu berkesan dan diceritakan terus-menerus. Misalkan saja kisah lengkap di Wikipedia plus lukisan Pheidippides yang mati keletihan (https://en.wikipedia.org/wiki/Marathon)
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya kisah tersebut sebenarnya hanyalah mitos! Alias tidak berdasarkan fakta. Kisah yang sesungguhnya justru diceritakan oleh seorang Prof dari London University, Michael Clark, yang menemukan bahwa justru lari Marathon adalah kunci kemenangan bagi kerajaan Romawi. Kisah sebenarnya soal Marathon bisa dibaca disini: https://www.runnersworld.co.uk/events/the-real-story-of-the-marathon
Yang jelas, apapun latar belakang ceritanya, lari Marathon terlanjur menjadi inspirasi. Tidak pernah tercatat bagaimana kisah lari jauhnya Pheidippides diperingati hingga memasuki tahun 1900-an. Tepatnya, di tahun 1896, dilakukanlah lomba lari Marathon yang pertama kali, mirip seperti yang dikenal sekarang ini. Namun, ada fakta menarik soal jarak ‘nanggung’ 26,2 mil yang kini jadi jarak resmi lari Marathon. Rupa-rupanya, jarak yang sebenarnya adalah 25mil. Tapi di tahun 1908, dalam kejuaraan Olimpiade di London, Ratu Alexandra memutuskan jaraknya ditambah sedikit supaya para pelari marathon masih bisa dilihat oleh anak-anak kerajaan. Eh tidak tahunya penyesuaian ini ternyata kemudian menjadi sebuah standard resmi yang hingga kini masih dipakai dalam lari Marathon. Bertahun-tahun setelah itulah, lari Marathon bahkan menjadi semacam life style. Bahkan, di AS sendiri dikabarkan telah lebih dari setengah juta orang pernah ikut lari Marathon dan prosentase peserta laki-laki maupun perempuan, jumlahnya hampir sama. Padahal, sebelumnya Marathon pernah dilarang bagi kaum hawa karna diangap jaraknya terlalu jauh.
Marathon yang Membudaya
Saat ini, lari marathon pun sedang digalakkan kembali. Berbagai institusi menyelenggarakannya. Hampir setiap minggu kitapun mendengar acara ini digelar dengan berbagai tema dan nama. Beberapa orang teman sayapun, ada yang jadi aktivitis marathon. Dan hampir setiap minggu, foto mereka berlari marathon menghiasi sosmed serta PP (profile picure) di HP mereka.
Saya sendiri pun teringat pengalaman sewaktu rajin mengikuti acara marathon sewaktu di SMP dahulu. Saat itu, karena ada teman saya yang menjadi atlit pelari, saya pun ikut-ikutan dengannya. Hanya saja, karena dia atlit yang berlatih setiap saat sementara saya hanya ikut-ikutan. Saya pun biasanya hanya sampai di tengah jalan, setelah itu lebih banyak momen dimana saya tidak sanggup melanjutkan hingga di garis finish karena keletihan.
Dari pengalaman marathon inilah saya kemudian merenung dan berpikir. Ternyata, ada banyak intisari pembelajaran soal kehidupan yang bisa juga kita petik dari dunia marathon ini.
Pelajaran Kehidupan
Pertama-tama, soal pentingnya persiapan. Biasanya ketika perlombaan marathon dimulai, ada ribuan orang yang ikut. Tetapi, di akhir garis finish hanya segelintir yang bisa menyelesaikannya. Umumnya, yang bisa menyelesaikannya adalah yang terbiasa berlatih berlari. Jadi sulit untuk mengharapkan bisa menyelesaikan, apalagi sampai bisa jadi pemenang lomba lari marathon kalau diri kita tidak pernah berlatih dan mempersiapkan diri. Begitupun dalam kehidupan kita. Sulit juga untuk bisa jadi sukses dan jadi pemenang dalam bidang apapun kalau diri kita tidak pernah mempersiapkan dan berlatih.
Kedua, perlunya mempertimbangkan kemampuan kita dan mengaturnya. Pernahkah menyaksikan saat start marathon dilakukan? Tatkala panitia menambakkan atau membunyikan pulit tanda dimulainya maratahon, semua pelari akan berlari kencang untuk membuat start mereka. Dan di awal-awal biasanya peserta masih akan berlari dengan begitu kencangnya. Namun, lama kelamaan, perhatikan apa yang terjadi. Perhatikanlah kira-kira sejam kemudian. Apakah yang terjadi? Para pelari mulai kelimpungan, keletihan dan ada yang jalan-jalan dengan gontainya. Mereka rata-rata mulai kehabisan nafas dan kehabisan energi. Masalahnya mereka memforsil energi mereka di awal, lantas kehilangan tenaga mereka di tengah-tengah. Begitupun dalam hidup, kita perlu sadar dengan sumberdaya yang kita miliki. Jangan sampai kita membuang-buang tenaga di awal, tetapi di titik-titik akhir, akhirnya kita menjadi menyesal. Hal ini bisa terapka dalam hal kesehatan, keuangan maupun sumber daya kita yang lainnya. Jangan sampai kita memboros-boroskan, tetapi tatkala kita membutuhkannya di akhir-akhir, kita tidak punya lagi karena sudah diboroskan di awal-awal.
Ketiga, niat akan menentukan perilaku kita. Cobalah perhatikan berbagai perilaku orang yang mengikuti marathon. Ada yang mengikuti karena sekedar ikut-ikutan. Ada yang hanya untuk networking dan cari kenalan. Ada yang sekedar ingin sehat. Ada yang mau rekreasi dan ada yang betul-betul karena ingin berkompetisi. Dari berbagai niat ini, maka perilaku mereka sewaktu berlari pun akan berbeda-beda. Ada yang tampak sungguh-sungguh berlari, ada yang santai dan ada yang lebih banyak berfoto ria, semua kembali lagi pada niat awal mereka. Hidup pun demikian. Bagaimanakah perilaku seseorang dalam hidupnya, dalam karirnya, juga sering ditentukan oleh niatnya sejak awal. Kalau niat seseorang ingin sukses dan berhasil, tentu saja akan berbeda sekali dengan yang hanya sekedar coba-coba.
Keempat, menjadi motivator bagi diri sendiri. Dalam lomba marathon, pilihannya kembali kepada peserta itu sendiri. Memang, akan ada selalu panitia yang menemani untuk menolong peserta yang merasa tidak sanggup melanjutkan. Mereka akan ditolong dan dibantu. Jadi, mau sampai ke garis finish ataupun berhenti di tengah jalan, semuanya dikembalikan lagi kepada peserta itu sendiri. Begitu juga dalam kehidupan kita, Mau berhenti di tengah jalan ataukah terus melanjutkan, semaunya kembali lagi kepada diri kita. Yang jelas, setiap pilihannya ada risiko. Risiko berhenti dan tidak pernah mengecap kemenangan. Atau memutuskan melanjutkan sampai harus finish dengan risiko keletihan dan pengorbanan yang luar biasa. Andalah yang memutuskan dan Andalah yang harus jadi motivator buat diri sendiri.
Kelima, belajarlah menikmati meskipun tidak jadi juara. Tujuan marathon bukanlah hanya semata-mata untuk menang, tetapi juga untuk kesehatan ataupun hanya untuk sekedar rekreasi. Jadi, kalaupun Anda tidak menang, Anda tetap mendapatkan berbagai keuntungan yang lainnya itu. Dalam hidupmu, tujuan kita bukan semata-mata hanya untuk kemenangan. Tetapi, sebenarnya tatkala kita melakukan sesuatu kita harus belajar “menikmati”. Jadi dengan begitu, tatkala kita kalah, kita masih mendapatkan manfaaat yang lainnya.
Keenam, pelajaran terkahir yang juga sama pentingnya adalah pepatah dari Afrika ini, “Jika kamu ingin cepat, sendirilah. Jika kamu ingin jauh, bersama-samalah”. Begitu pula yang terjadi pada banyak pelari Marathon. Seperti yang saya ungkapkan di atas, awalnya semuanya ingin cepat-cepat dan berlari sendirian. Namun, saat di pertengahan, kelelahan mulai menerpa dan sangat sulit untuk bertahan dalam kesendirian ini. Justru banyak pelari Marathon mengakui bahwa mereka akhirnya bisa sampai ke garis finish, berkat bantuan dan dorongan dari sesama pelari Marathon lainnya yang saling menyemangati, meskipun tidak saling mengenal. Dan saya pikir, pelajaran inipun bisa kita terapkan dalam kehidupan kita pula. Mau cepat, lakukanlah sendirian. Tetapi, kalau ingin bertahan dan memiliki kesuksesan yang langeng, maka kita pun harus belajar untuk bisa bekerjasama dan menghargai kerjasama. Itulah yang akan bertahan lama. Sungguh pelajaran kehidupan yang menarik!
Akhirnya, mari berterima kasih kepada dunia marathon yang ikut memberikan berbagai inspirasi soal kehidupan kepada kita. Yang bukan hanya mengajarkan soal kemenangan, dan kesehatan, tetapi juga cara kita menyiasati kehidupan ini.
Anthony Dio Martin. “Best EQ trainer Indonesia”, direktur HR Excellency, ahli psikologi, speaker, penulis buku-buku best seller, host program Smart Emotion di radio SmartFM Jakarta. Instagram: @anthonydiomartin dan website: www.anthonydiomartin.com
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |