
- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Sebuah pertanyaan penting tapi klise, “Apakah kepemimpinan itu bisa dilatih ataukah memang dari lahir?” Jawabannya tidak gampang. Banyak pemimpin yang memang telah menunjukkan bakatnya sejak mereka masih kecil. Tapi, faktanya, banyak juga yang karena dibentuk dan diinspirasikan. Sukarno, punya karisma kepemimpinan sejak masih kecil. Mahatma Gandhi dipaksa oleh situasi. Donald Trump banyak dibentuk oleh bapaknya. Jadi, ada beragam proses yang dialami oleh para pemimpin. Tapi, sekali lagi, bisakah kepemimpinan dibentuk?
Jika kita bertanya pada para leader seperti Jack Welch, almarhum mantan CEO terkenal dari General Electric, maka ia pasti mengatakan, “Bisa!” Faktanya, ia menginvestasikan jutaan dollar untuk membangun dan melatih para pemimpin General Electric di Crotonville. Begitu juga tempat dimana Disney Academy melatih para pemimpin mereka sehingga bisa melanjutkan warisannya Walt Disney. Atau perhatikan Harvard Business School dimana banyak pemimpin bisnis dari berbagai belahan dunia dididik. Mereka percaya soal bakat. Tapi, bakat saja, jika tidak dilatih dan dipoles maka akan sia-sia!
7 Kompetensi Leadership Pemimpin Yang Perlu Dilatihkan.
Kami di HR Excellency, juga percaya bahwa pemimpin itu akan terbantu jika ada unsur bakat. Tapi, bakat saja, kalau tidak dilatih, maka ia tidak akan bersinar. Itu sama halnya dengan berlian yang tidak digosok, maka kilauannya tidak akan indah. Pemimpin pun demikian. Para pemimpin yang telah diidentifikasi, perlu dibekali dengan materi dan pembelajaran yang bisa memoles ketrampilan mereka menjadi lebih “bersinar”.
Apa saja pembelajaran yang penting buat mereka?
Berdasarkan pengalaman HR Excellency mengajarkan materi leadership di Indonesia selama lebih dari 20 tahun, kepada berbagai perusahaan nasional dan multinasional. Maka, ada beberapa kompetensi kepemimpinan yang mutlak diajarkan untuk mempersiapkan para leader di Indonesia memasuki era revolusi industri 4.0 juga society 5.0. Nah, apa sajakah itu?
1. Change Management dan Disruption
Topik ini tetap penting bagi para leader, supaya mereka selalu jadi “change agent“. Mereka harus menjadi garda terdepan dan role model untuk berubah. Faktanya, banyak organisasi yang gagal berubah karna leader-nya tak mau berubah. Itu sebabnya, pemimpin harus mau berubah. Bahkan, sebenarnya bukan cuma sekedar berubah, tapi menyadari soal “disruption“. Perubahan yang bukan lagi incremental (perlahan) tapi revolusioner (mendadak dan sulit diprediksi). Perubahan ala VUCA (volatile, uncertain, complex serta ambigous) adalah sebuah kesadaran yang harus dimiliki oleh para leader saat ini. Maka, wajar para leader harus tahu dan paham bagaimana mengelola perubahan di masa disruption ini.
2. Managing Generation Gap
Faktanya, di setiap organisasi di Indonesia saat ini, ditandai oleh generasi yang berbeda di unit kerja. Mulai dari baby boomer yang sudah senior, tapi masih memegang tampuk kepemimpinan. Ada pula millenial hingga zillenial. Jadi mulai dari generasi baby boomer, gen X, gen Y, gen Z, kadang masih berpadu dalam satu organisasi. Sekarang ini, bisa terjadi pula dimana gen Y justru jadi pemimpinnya gen X dan baby boomer. Ini juga jadi kerumitan tersendiri. Itulah sebabnya memahami masing-masing karakteristiknya serta bagaimana mengelolanya menjadi salah satu kompetensi yang penting bagi para leader di saat ini.
3. New Leadership Concept & Skills
Pengetahuan soal kepemimpin terus berkembang dan berubah. Mulai dari teori-teori tradisional ala situational leadership (era 1960-an) hingga sekarang telah berkembang berbagai teori kepemimpinan modern seperti transformational leadership (James MacGregor Burns), servant leadership (Robert Greenleaf) hingga new leadership theory seperti yang diperkenalkan para guru kepemimpinan seperti John Maxwell ataupu Kouzes-Possner. Mengapakah pengetahuan konsep kepemimpinan ini penting? Karena itulah yang bisa menjadi model kerangka berpijak bagi para pemimpin untuk mengembangkan kepemimpinannya. Dengan paham konsep ini, mereka jadi tahu berbagai cara dan pendekatan kepemimpinan yang sudah ada. Dari pemahaman ini mereka bisa mengembangkan gaya yang sesuai dengan style dan situasi mereka.
4. Kecerdasan Emosional (EQ)
Hampir setiap tahun, ketika World Economic Forum menerbitkan laporan soal skills yang dibutuhkan di masa depan, kecerdasan emosional (EQ) seringkali disinggung. Memang, dikatakan pemimpin tidak bisa lagi hanya mengandalkan IQ, atau ketrampilan teknis. Mereka juga perlu kemampuan EQ. Ketrampilan EQ berarti selain mampu mengelola diri (intrapersonal) juga mampu mengelola orang lain (interpersonal). Itu sebabnya, sekarang ini para leader didorong untuk memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang tinggi dalam mengelola organisasinya. Apalagi dikatakan 60 hingga 80 persen kesuksesan seseorang terkait oleh faktor kecerdasan emosional ini.
5. Manage Job Succesafully
Bayangkanlah pekerjaan seorang leader itu seperti pesawat terbang dengan dua sayap. Sayap pertama adalah mengelola pekerjaan (manage job) sementara sayap kedua adalah mengelola orang (manage people). Kedua sayap ini harus seimbang. Artinya, selain bisa kelola pekerjaan dengan berhasil, ia juga harus kelola orang-orangnya. Dalam hal mengelola pekerjaan, seorang leader mesti memiliki kemampuan mulai dari menentukan target, melakukan eksekusi hingga bagaimana caranya melakukan evaluasi dalam pekerjaan itu. Disini, sangatlah penting bagi para leader untuk memiliki berbagai tools dan perangkat yang memungkinkan ia mengelola pekerjaannya dengan lebih baik. Termasuk dalam mengelola pekerjaan ini adalah kompetensi seperti pengambilan keputusan, memahami soal pelayanan (customer experience), juga termasuk manajemen kinerja (performance management) dalam mengelola pekerjaan, agar tercapai targetnya.
6. Manage People Effectively
Seperti disinggung di atas, selain sukses kelola pekerjaan, maka leader juga harus bisa mengelola anak buahnya. Karena itulah para leader mesti memiliki working knowledge yang memungkinkan ia memimpin dan mengelola anak buahnya. Termasuk disini adalah ketrampilan berkomunikasi, membangun interpersonal skills, mengembangkan anak buahnya hingga membangun teamwork yang baik. Sebenarnya sangatlah penting dalam kapasitas mengelola orang ini, pemimpin bisa menjadi coach yang baik pula bagi anak buahnya.
7. Continuous Improvement and Innovation
Kelompok terakhir dari kompetensi seorang leader adalah soal perbaikan terus-menerus. Dalam budaya Jepang disebut Kaizen atau Kairyo. Ada juga yang menyebutnya sebagai inovasi. Intinya, pemimpin tidak boleh cepat puas. Bahkan menurut ahli kepemimpinan, James Kouzes dan Barry Posner, pemimpin harus selalu “challenge the process” (menantang proses yang sudah ada). Mereka harus bertanya, bisakah ini ditingkatkan, diperbaiki atau dibuat menjadi lebih efektif? Dari sisi kualitas maupun kuantitasnya? Makanya, hal terakhir adalah menantang para leader untuk mampu melakukan improvement di unit kerjanya masing-masing.
Demikianlah 7 kompetensi kepemimpinan penting yang urgent diajarkan kepada para pemimpin saat ini. Berbagai kompetensi ini penting untuk menyiapkan para leader menghadapi tantangan yang harus mereka hadapi, kini dan di masa depan.
Nah,
Seandainya Anda dan tim Anda merasa perlu dibekali dengan berbagai ketrampilan dan kompetensi ini, para fasilitator di HR Excellency dapat membantu Anda dan organisasi Anda. Silakan kontak dengan tim kami di 081298054929.
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |