
- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Kecerdasan emosional atau yang biasanya disebut kecerdasan emosi ini sering disingkat dengan sebutan EI (Emotional Intelligence) atau EQ (Emotional Quotient). Meskipun istilah EI dan EQ kurang lebih sama, tapi sebenarnya ada sedikit perbedaan. Nanti di artikel lain kita akan bahas perbedaannya. Jadi, apakah kecerdasan emosional itu?
Pengertian umum yang paling gampang dipahami adalah bagaimana menggunakan dan mengelola emosi dengan cerdas. Gampangnya, ketika seseorang kelepasan emosi atau emosinya tak terkendali, kita katakan sebagai orang yang rendah kecerdasan emosinya (low EQ person). Sebagai contoh, di Malaysia, gerai KFC sampai sempat tutup gara-gara salah seorang staf karyawannya memukul pelanggannya. Berita itu jadi heboh dan viral sehingga KFC Malaysia terpaksa minta maaf. Nah, ini salah satu pentingnya EQ. Jadi, EQ terkait dengan cara dan bagaimana kita mengelola emosi kita. Tapi, apakah hanya “emosi” saja? Ternyata bukan hanya itu. Mari kita lihat definisi yang lebih ilmiah.
Pengertian EQ Secara Ilmiah
Dalam bukunya yang terkenal, “Emotional Intelligence: Why It Matter More Than IQ” yang terbit 1995, Daniel Goleman yang membuat istilah EQ jadi populer punya definisi begini. “Kecerdasan Emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengelola perasaannya sehingga perasaan itu diekpresikan dengan tepat“. Dalam kesempatan lain, Daniel Goleman menambahkan bahwa kecerdasan emosional menyangkut dua hal penting. Pertama, kemampuan untuk menyadari dan mengelola perasaan sendiri. Kedua, kemampuan menyadari dan mengelola perasaan orang lain.
Dalam pengertian umumnya, yang biasamya kita sampaikan di dalam pelatihan EQ di HR Excellency adalah kecerdasan emosional mencakup dua komponen penting yakni (1) intrapersonal: menyadari dan mengelola diri dan (2) interpersonal: menyadari dan mengelola orang lain.
Karena itulah, berdasarkan konsep Daniel Goleman ini, maka sebenarnya komponen kecerdasan emosional itu dibagi menjadi 4 hal:
1. Self Awareness: penyadaran diri
2. Self Management: pengelolaan diri
3. Social Awareness: penyadaran orang lain
4. Social Relationship/Social Management: pengelolaan orang lain atau hubungan sosial
Tapi, selain Daniel Goleman, sebenarnya ada 2 pakar kecerdasan emosional yakni Peter Salovey dan John Mayer yang secara ilmiah telah menulis soal kecerdasan emosional di tahun 1990. Menurut mereka Kecerdasan Emosional adalah “kemampuan seseorang untuk memonitor perasaannya dan emosi dirinya serta orang lain, mampu memilah-milahnya serta menggunakan informasi ini buat menuntun pikiran dan tindakannya”
Maka, berdasarkan pemikiran Salovey dan Mayer, ada 4 komponen kecerdasan emosional yang penting:
1. Perceiving Emotion (menerima emosi) yakni kemampuan untuk menerima emosi secara akurat. Hal ini mencakup kemampuan untuk memahami misal membaca tanda-tanda perasaan yang dialami seseorang, membaca bahasa tubuh, dll.
2. Reasoning with Emotion (menalar dengan emosi) yakni kemampuan seseorang untuk meningkatkan kemampuannya untuk aktivitas berpikir dan menalar. Emosi sebenarnya adalah pesan. Berkat emosinya, seseorang bisa dituntun untuk berpikir. Saat muncul rasa kasihan melihat pengemis Anda mungkin tergerak buat membantu. Tapi, ketika melihat pengemis itu masih muda dan tampaknya baik-baik saja, muncullah perasaan curiga bahwa sebenarnya dia cuma pura-pura jadi pengemis. Dan karena perasaan itulah, Anda tak jadi memberinya uang.
3. Understanding Emotion (mengerti dan memahami emosi). Emosi bisa punya banyak makna. Karena itulah bagian ketiga ini terkait dengan kemampuan memahami makna dibalik emosi itu. Ada beberapa alasan dibalik kemarahan pelanggan. Bisa jadi dia nggak suka dengan suatu produk atau layanan. Bisa juga dia sebenarnya ada masalah dan menggunakan kesempatan kesalahan itu untuk menumpahkan kejengkelannya. Berusaha memahami ini akan menentukan bagaimana seseorang akan meresponnya.
4. Managing Emotion (mengelola emosi). Kemampuan mengelola emosi adalah bagian dari kecerdasan emoai di level tertinggi. Disinilah seseorang harus mampu meregulasi emosinya serta tahu bagaimana harus merespon. Misalkan saat ketika ada anak kecil yang menangis padahal saat itu seseorang yang menjaganya juga ada urusan penting. Saat itulah seseorang, bisa orang tua ataupun guru, dalam situasi itu, harus menata emosinya sendiri serta kelola emosi si anak kecil itu.
Begitulah menurut Salovey dan Mayer, proses ini seperti tangga yang berjenjang. Level terbawah adalah ketika seseorang mampu menerima dan paham tanda-tanda emosi. Hinga level tertinggi adalah tatkala seseorang mampu mengelola emosinya.
Mengapa Itu Penting?
Dalam tulisan awalnya, Daniel Goleman menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional terkait dengan kesuksesan seseorang. Begitu pula banyak aspek yang sebenarnya bisa diuntungkan ketika seseorang mempunyai kecerdasam emosional yang tinggi. Beberapa manfaat penting itu adalah:
1. EQ mempengaruhi kesuksesan seseorang. Faktanya banyak orang yang cerdas di sekolah dan kuliah, tapi kurang terlalu sukses dalam karir dan pekerjaannya, lantaran sikap dan pembawaan dirinya bermasalah. Misalkan orangnya egois, tidak bisa kerjasama, suka mengkritik tidak pada tempatnya, dll yang membuat orang menjauhinya. Tapi celakanya, ia sendiri tidak sadar.
2. EQ menuntun orang untuk mengekspresikan emosinya dengan tepat. Setiap orang akan mengalami situasi dan kondisi yang tak menyenangkan. Nah EQ seseorang akan menuntun dia untuk tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaan dan situasinya yang tidak menyenangkan, sehingga tidak menjadikan lingkungannya sebagai sasaran pelampiasan emosinya. Ia sadar dan bisa kelola emosinya.
3. EQ membuat sesorang dipromosikan tapi gara-gara EQ juga seseorang bisa tidak dipromosikan. Makanya ada pepatah mengatakan “IQ makes you hired, EQ makes you promoted” (IQ membuatmu diterima tapi EQ yang membuatmu dipromosikan). Ada banyak kejadian dimana seseorang dipromosikan karena pembawaannya, sikapnya dan caranya yang menimbulkan simpatik. Sebaliknya ada orang yang sebenarnya mampu, tapi karena EQ-nya bermasalah, justru ditunda pengangkatannya.
4. EQ terkait dan mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan kita. Alasannya sederhana karna hampir semua bidang kehidupan kita terkait dengan unsur emosi. Mulai dari cara kita membesarkan anak ada prinsip-prinsip EQ terkait parenting. Juga ada penelitian yang menunjukkan level EQ seorang siswa juga berpengaruh pada kemampuan akademiknya. EQ pun berguna dalam banyak hal di pekerjaan dan masyarakat misalkan penjualan, pelayanan pelanggan hingga komunikasi dengan masyarakat. Ilmu EQ akan sangat membantu.
5. EQ menjauhi orang dari banyak masalah, sebaliknya kurangnya EQ sering jadi pemicu masalah. Betapa sering kita lihat di masyarakat kita orang bermasalah gara-gara EQ-nya tak bekerja. Misalkan pernah ada kejadian di Riau dimana seorang suami marah pada istrinya yang masuk kerja saat libur hingga akhirnya dalam kemarahannya ia membakar kantor istrinya. Inilah contoh masalah yang terjadi gara-gara EQ kurang dipakai. Sebaliknya dengan EQ yang tinggi, kita bisa berpikir apa konsekuensi dari tindakan kita.
Nah, itulah beberapa manfaat dan pentingnya EQ dalam kehidupan kita sehari-hari. Berita baiknya buat kita adalah EQ bisa dilatih!
Di salah satu video yang kami buat ada penjelasan tentang “Apa itu Kecerdaaan Emosional ala Daniel Goleman” yang bisa Anda simak disini:
Selanjutkan, jika ada pertanyaan dan tertarik belajar meningkatkan kecerdasan emosional untuk Anda dan tim Anda dapat menghubungi WA kami di :
081298054929
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |