- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
“Lebih baik menangis di dalam mobil Rolls-Royce ketimbang bahagia tapi cuma naik sepeda.” Kalimat ini menjadi terkenal setelah diucapkan oleh Patrizia Reggiani, yang belakangan namanya lebih dikenal sebagai Patrizia Gucci. Sejak kecil, Patrizia sebenarnya tidak pernah mengenal ayahnya. Ibunya pun akhirnya menikah lagi saat Patrizia berusia 12 tahun dengan pengusaha transportasi. Ibunya, Silvana menegaskan bahwa ia menikahi ayahnya supaya mereka tidak menderita kemiskinan lagi. Kelak, ini juga menjadi obsesinya Patrizia. Berkat perkawinan ibunya yang kedua ini, hidup Patrizia berubah dan ia pun kelak hidup dalam glamor dan bercita-cita tidak perlu hidup susah. Nasib akhirnya mempertemukan ia dengan Maurizio Gucci, salah satu pewarisnya Gucci. Akhirnya mereka menikah. Awalnya, ayahnya Maurizio tidak setuju karena tahu bahwa Patrizia hanya mengincar hartanya. Tapi, Maurizio tetap bersikeras hingga akhirnya mereka menikah. Dari perkawinan ini mereka akhirnya punya dua anak putri, Alessandra dan Allegra. Namun, dalam perjalanannya Maurizio menjadi sangat capek dengan kelakuannya Patrizia hingga mengajukan perceraian. Melihat kesulitan dan masalah yang akan terjadi, ditambah rasa sakitnya Patrizia tidak bisa terima kenyataan itu. Puncaknya adalah ketika ia menyuruh pembunuh bayaran menghabisi nyawa suaminya, Maurizio di 27 Maret 1995. Ini menjadi bagian dari kisah yang lantas difilmkan dengan apik oleh Ridley Scott di film The House of Gucci. Patrizia pun diadili dan dihukum penjara.
Kisah ini menggambarkan bagaimana seseorang bisa digerakkan dengan luar biasa oleh energi untuk menghindari rasa sakit dan penderitaan. Hingga akhirnya, Patrizia tega untuk membunuh suaminya sendiri, ketika ia melihat kesulitan dan masalah yang bakal diberikan oleh suaminya itu.
Berbeda dengan kisah masa kecil yang suram, adalah kisahnya Muhammad Ali. Hidupnya penuh impian untuk menjadi juara. Ayahnya yang cuma seorang pelukis billboard dan ibunya yang hanya seorang pembantu rumah tangga, membuatnya punya cita-cita ingin sukses berhasil dan kaya. Itulah yang membuatnya tergerak dan terobsesi seumur hidupnya. Bahkan ketika ia memenangkan medali tinju di Olimpiade di Roma, medali itu sampai dibawanya melekat dibadannya selama 48 jam. Sayangnya medali itu akhirnya, menurut Ali, dibuangnya ke sungai saat ia ditolak masuk ke restoran karena berkulit hitam. Kelak, di tahun 1996, medali ini kemudian diganti ulang oleh ketua Olimpiade waktu itu. Tapi ini menggambarkan bagaimana Muhammad Ali yang terobsesi untuk kesuksesan hingga akhirnya ia sukses dan berhasil membuktikan dirinya.
Perhatikan kedua kisah di atas. Kita mendapatkan dua cerita yang berbeda. Satu suksesnya digerakkan karena ingin jauh dari rasa sakit. Tapi, sayangnya, kesuksesan ini menjadi sesuatu yang kelam, karena dalam kisah Patrizia Gucci dinobatkan sebagai “The Black Widow” yang menjadi kaya dengan membunuh suaminya. Kini, Patrizia telah dibebaskan dari penjara dan telah menghirup udara kebebasan, dan ia tetap kaya raya dengan uang hasil perceraian dari suaminya. Sementara, kisah kesuksesan sejati kita peroleh dari kisah Muhammad Ali yang ingin mencapai dan membuktikan keberhasilannya. Dan ia pun berusaha keras mencapainya. Kelak, ia mendapatkannya!
Meta Pogram Kesuksesanmu yang Unik!
Disinilah obrolan tentang META PROGRAM dalam NLP menjadi sesuatu yang menarik. Dalam NLP kita mengenal istilah Meta Program yang menjelaskan cara berpikir setiap individu. Meta program bisa dimaknai sebagai suatu program dalam pikiran seseorang yang menentukan suatu informasi yang akan masuk, juga mempengaruhi bagaimana ia merespon terhadap suatu informasi.
Ini sebuah program yang cukup “menetap” dalam diri seseorang yang mengatur tiga hal penting pada diri seseorang. Pertama-tama, Meta Program menentukan “Perception”, yakni apa yang akan menjadi persepsi utamanya dalam melihat informasi yang masuk. Kedua menentukan “Processing” yakni bagaimana ia akan mengatur informasinya. Ketiga juga menentukan “Preference” yakni apa yang akan lebih diutamakan atau disukainya.
Banyak yang mengaitkan meta program ini mirip dengan kepribadian seseorang dalam ilmu kepribadian psikologi. Namun, NLP mengenal teori kepribadian. NLP tidak melihat ini sebagai karakter yang menetap. Tapi, sebuah kecenderungan yang dipengaruhi oleh latar belakang dan kebiasaan yang membuat seseorang punya kesukaan tertentu dalam mengolah suatu informasi. Dan ujung-ujungnya, ini pun menentukan kecenderungan dia untuk merespon.
Bisa Menebak dan Mengatur Motivasi Seseorang Lewat Meta Program Ini
Masing-masing orang memiliki meta program yang berbeda-beda. Meta program juga merupakan saringan tanpa sadar yang membantu kita menangani begitu banyak informasi dan urusan yang ada di sekitar kita. Meta program ini juga berkaitan dengan motivasi orang per orang sehingga mengenal meta progam diri dan orang lain adalah bekal yang semestinya dimiliki oleh seorang untuk dapat memotivasi, baik diri maupun orang lain.
Dalam prakteknya ada banyak sekali meta program dalam diri seseorang yang jika dikenali, akan memudahkan kita untuk berinteraksi dengannya.
Contohnya, seperti kisah di atas. Berdasarkan arah motivasinya, kita bisa mengenal ada orang yang motivasinya mendekati (towards) atau menjauhi (away from). Umumnya, orang yang punya arah motivasi ”towards” ini tergerak untuk mencapai sesuatu. Mereka memiliki target dan sasaran jelas yang ingin mereka raih. Mereka merasa senang kalau bisa mencapai suatu hadiah. Kisah Muhammad Ali di atas, adalah sebuah contoh kisah sukses yang didasarkan pada ”towards” atau mendekati sesuatu. Sebaliknya, ada yang justru ”away from” atau menjauh. Bagi mereka, sangatlah penting menghindari sesuatu yang buruk dan tidak menyenangkan. Dan itulah yang menggerakkan mereka untuk meraih sesuatu, meskipun ada yang melakukannya dengan cara yang salah, seperti kisah Patrizia Gucci di atas. Tapi, ada juga kisah ”away from” yang positif misalkan kisahnya Anthony Robbins yang berjanji akan memberikan makan para tuna wisma setelah pernah mengalami dimasa Thanksgiving karena kemiskinan dan tidak punya uang. Ia, tidak mau kisah masa kecilnya terulang lagi. Dan inilah yang menjadi energi besarnya untuk menjadi sukses.
Selain itu, ada pula jenis meta program berupa target informasi, yakni ”kesamaan” ataupun ”perbedaan”. Artinya, termotivasi untuk menjadi sama dan serupa dengan yang lainnya. Namun, ada pula yang justru tidak kepingin sama, ia ingin berbeda. Kedua jenis dari meta ini pun bisa sama-sama sukses. Bagusnya, dengan memahami peta target informasi ini, bisa menjadi modal untuk memotivasi seseorang. Misalkan, jika menghadapi orang yang sukanya kesaamaan, maka kalimat yang pas buat dia adalah, ”Anda harus melakukan ini atau memiliki itu, karena yang lainnya pun punya hal yang sama”. Semakin mirip dengan yang lain, ia merasa semakin senang. Tapi, ada yang justru beda. Ia tak mau sama. Maka, terhadap orang ini, yang pas buatnya adalah, ”Kalau Anda melakukan ini, maka Anda kan berbeda”.
Sebagai informasi, inilah 6 peta motivasi yang menjadi bagian dari Meta Program yang biasanya bisa dipakai untuk memotivasi seseorang atau juga diri sendiri, yang seringkali kami bahas dalam teori memotivasi orang.
6 Peta Motivasi Penting dalam Meta Program
NLP Life Profile
Akhirnya, selama masa pandemi, lembaga kami, HR Excellency, mengembangkan sebuah assessment tentang berbagai meta program yang disebut ”NLP Life Profiling”. Dalam NLP Life Profiling inilah, para peserta mendapatkan gambaran hasil meta program diri mereka berdasarkan assesement yang mereka isi (self-report). Pada berbagai kesempatan, NLP Life Profiling HR Excellency ini telah dipakai untuk kepentingan coaching. Juga perlu digunakan dalam pemetaan kandidat promosi serta penempatan yang ternyata sangat bermanfaat. Di bawah ini contoh laporan dari NLP Life Profiling yang dikembangkan di HR Excellency.
Tips Penting Soal Meta Program Ini
Menghadapi orang dengan meta program yang berbeda-beda, akan lebih efektif menggunakan pendekatan bak ”bunglon”. Dalam bukunya yang menarik tentang berbagai sisi kepribadian yang berbeda, Merrick Rosenberg dalam bukunya ”The Chameleon” (Si bunglon) berkisah tentang seekor bunglon bijak dan inspiratif yang bisa menjadi kebijaksanaan kita dalam menyesuaikan dan mengatur berbagai sisi kita yang berbeda menghadapi berbagai tipe dan jenis orang yang berbeda-beda kebiasaan dan polanya. Jadi, mari kita tidak melihat bunglon sebagai sesuatu yang negatif, plin-plan, tetapi dari sisi kemampuan kita untuk beradaptasi dan menyesuaikan. Intinya, warna kitalah yang harus bisa menyesuaikan diri dengan teman bicara tanpa merubah identitas kita, saat menjadi ”bunglon”. Termasuk memahami dan menyesuaikan diri dengan orang-orang dari berbagai jenis meta program yang beda dengan diri kita.
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |