- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Uncaring Boss! Ada lho, pimpinan yang sama sekali tidak peduli, khususnya orang-orangnya. Terus, Siapa yang dia pedulikan? Dirinya dan tergetnya. Kadang, orang lain, rekan dan bawahan hanyalah jadi objek penderita. Uncaring Boss adalah sosok pimpinan yang sama sekali tak peduli orang di organisasinya. Dalam artikel yang diambil dari bahan radiotalk yang pernah dibahas oleh Bp. Anthony Dio Martin di Smart Emotion Radiotalk edisi minggu ke-2 Februari 2022, kita akan mengupas soal Uncaring Boss ini.
Bagaimana memahami soal Uncaring Boss ini bisa bermanfaat buat kita di organisasi?
Partama-tama, organisasi, ataupun kita yang berada di organisasi harus sadar bahwa ada banyak tipe boss itu. Ada yang tipenya pemarah, ada yang tipenya tertutup, ada yang bertipe moody, ada juga yang tipenya nggak peduli sama sekali. Sampai-sampai, ada lho yang melambangkan boss itu dengan tipe binatang misalkan tipe elang yang selalu ngawasin, ada juga tipe merak yang hobinya suka show off, ada juga tipe buaya yang diam-diam tapi tahu-tahunya kita diserang, dan masih banyak tipenya lagi. Nah, yang begitu kita harus sadar kita sedang dealing dengan boss seperti apa? Kenapa, sebab boss kitalah yang menentukan nasib kita! Harus bisa baca boss kita!
Di sisi lain, obrolan ini juga berguna, agar kita yang berada di posisi sebagai pimpinan, jangan jadi pimpinan yang nggak caring sama sekali! Why? Travis Bradberry, penulis buku terkenal Emotional Intelligence 2.0 bahkan menyebutkan Uncaring Boss sebagai salah satu tipe boss yang banyak membuat karyawannya keluar. Jadi, jika di organisasi mau anggota kita tetap loyal, hindari menjadi boss yang nggak “caring”.
Jadi, apa dampaknya dari pimpinan yang nggak peduli sama sekali?
Yang jelas, motivasi karyawan akan sangat berbeda. Karyawan yang atasannya peduli dengan yang atasannya berbeda, seringkali sangatlah berbeda. Karyawan yang atasannya peduli, umumnya punya motivasi kerja lebih tinggi. Inilah hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh University of California. Mereka menunjukkan bahwa motivasi karyawan dipengaruhi oleh pimpinannya. Karyawan, yang atasannya peduli, akan 31% lebih produktif. Yang menarik, mereka 37% pencapaian salesnya lebih tinggi. Juga, 3 kali lebih kreatif dibandingkan dengan yang demotivasi gara-gara atasannya nggak care. Dampaknya, karyawan yang begitu, 87% lebih cenderung loyal, menurut studinya Corporate Leadership Council terhadap 50,000 profesional di seluruh dunia.
Mengapa sih muncul istilah Uncaring Boss?
Untuk membuat gambaran yang bagus, kita pakai ilustrasi yang berbeda sedikit. Ilustrasi menarik disini adalah misalkan induk binatang yang seharusnya melindungi anak-anaknya, yang seharusnya mengajari anaknya sampai bisa mandiri. Tapi, faktanya dalam dunia perbinatangan, ternyata ada beberapa binatang yang terkenal sangat tidak sayang dengan anak, paling buruk adalah ular. Binatang yang terkenal tanpa maternal instink, jadi telurnya akan dibiarkan dan induk ular nggak akan pernah kembali setelah bertelur! Juga anjing laut anaknya ditinggal di minggu ke-2 padahal hingga minggu ke-7 belum bisa bereneng! Akhirnya, 30% anak anjing laut mati kelaparan karena ditinggal sama induknya! Nah, bayangkanlah situasi itu dalam konteks kerja. Dimana, seorang atasan itu seperti si induk yang harusnya peduli dengan anak buahnya. Tapi, dicuekin dan diterlantarkan.
Ada banyak kisah misalkan cerita ini.
“Saya pernah punya seorang atasan yang masuknya lebih belakangan. Ia direkrut dari perusahaan terkenal. Sombongnya selangit dan selalu bilang “kalau di tempat kerja saya dulu, begini lho bla..bla..bla..”. Selalu membandingkan dengan perusahaannya dulu. Padahal, dia kayaknya nggak tahu apa-apa. Nempelnya cuma ke atas dan ke kitanya dia nggak pernah mau peduli sama sekali”
Atau kisah ini,
“Saya punya seorang atasan bule yang kerjanya hanya hang out dengan sesama bule atau dengan pimpinan. Kita yang lokal mah nggak dianggap. Kerjanya main golf dan cuma tahu hasil aja, nggak tahu bagaimana repotnya kita kerja”
Dengan demikian, kita bisa simpulkan kalau uncaring boss itu artinya boss yang tidak memberikan perhatiannya sama anak buahnya. Kesimpulan soal uncaring boss itu adalah (1) fokusnya dengan kepentingan dirinya sendiri dan agendanya; (2) orang lain hanya objek penderita baginya; (3) hanya peduli kalau orang lain itu berguna buat dirinya
Sejarah pernah mencatat seorang jendral perang di PD I dari Inggris namanya Douglas Haig. Ia dianggap salah satu contoh menarik soal jendral yang nggak peduli nasib orang-orangnya. Pada Pertempuran Somme yang dimulai di tanggal 1 Juli 1916, ia termasuk pimpinan yang tidak percaya dengan kekuatan senjata mesin. Logikanya, kalau banyak orang yang menyerang, maka orang itu akhirnya akan berhasil mengalahkan senjata mesinnya Jerman. Bagi dia, toh dia punya banyak orang. Dan ia membiarkan orang-orangnya ditembak dengan senjata mesin. Dampaknya? Di hari pertama perang ada 60.000 orangnya yang mati. Tapi, ia tetap nggak peduli. Hingga akhirnya, total ada 420.000 tentaranya yang mati dibawah perintahnya. Bahkan, ia sempat mengatakan kalau kematian anak buahnya itu diperlukan!
Boleh diperinci ciri-ciri Uncaring Boss itu seperti apa?
Inilah beberapa ciri utama dari uncaring boss:
1. Tidak Ada Umpan Balik Sama Sekali.
Artinya, tidak memberikan komentar apapun. Kalaupun ada, jarang sekali. Jadi, yang salah nggak langsung ditegur. Dan yang bagus pun juga nggak dipuji sama sekali. Jadi, ia sering no comment. Karyawan pun jadi nggak punya clue, yang mereka lakukan itu benar ataukah salah. Dan menurut The Ken Blanchard Company, dari survei terhadap 1,400 eksekutif, gagal memberikan umpan balik adalah kesalahan paling umum yang banyak dipalukan para eksekutif.
Misalkan saja ada kisah begini,
“Saya bekerja di perusahaan jasa ekspedisi. Boss kami amat cuek, kami bekerja tanpa tahu, apakah yang kami lakukan itu bagus atau nggak. Sebenarnya saya pingin ditegur kalau salah. Tapi nggak ada tuh. Dan tahun lalu, tahu-tahu saya hanya dikasih nilai biasa aja, padahal saya merasa kerjaan saya sudah bagus. Ternyata, usut punya usut boss pernah kurang sreg dengan salah satu proyek yang saya kerjakan. Tapi kenapa nggak dikasih tahu ke saya ya?”
Tips buat para pimpinan:
Ada baiknya pimpinan punya buku putih yang berisi dua kolom yang mencatat kesalahan ataupun hal-hal baik yang dilakukan si bawahan. Kalau tidak dicatat, takutnya lupa. Jadi sebaiknya dicatat. Nah, bahan inilah yang dikasih tahu ke bawahan, pada saat melakukan coaching atauapun penilaian. Syukur-syukur bisa lebih sering dilakukan biar nggak kelamaan. Dan sebaiknya, waktu dilakukan, lakukanlah secara personal!
2. Nggak Punya Waktu Untuk Timnya
Disinilah lingkaran setan seringkali terjadi. Artinya begini, si atasan merasa nggak ada waktu. Akibatnya, kemampuan anak buahnya jadi nggak berkembang. Karena nggak berkembang, jadi nggak ada yang bisa dipercayakan. Si atasanlah yang harus mengerjakan sendiri. Akibatnya, jadi makin nggak ada waktu! Jadi, ini seperti lingkaran setan.
Ingatlah, no time for your team, means no time for your business because team is the key to your business! Bayangkan saja, waktu jaman almarhum Jack Welch, CEO GE menjadi pimpinan, ia meluangkan waktu melakukan review dengan timnya di seluruh dunia setiap hari!
Ada kisah begini,
“Saya bekerja untuk atasan yang seorang public figure. Beliau punya banyak acara. Tapi ya itu, sepanjang tahun, kita merasa dicuekin. Malahan, ketemunya hanya di acara-acara besar. Temanku pernah bilang, “Seneng dong ya kerja untuk seorang public figure”. Apanya yang senang? Lha ketemu aja jarang. Ngomong pun hanya seadanya”
Tips buat para pimpinan:
Tentukanlah dan jadwalkanlah waktu buat bertemu anak buahmu, karena kalau nggak, nggak pernah akan ada waktu buat itu. Bikin janji atau kalau perlu tentukan waktu rutin, misalkan sebulan sekali ataukah seminggu sekali!
3. Lepas Tangan
Memang agak menyedihkan karena ada banyak organisasi yang mengatakan dengan sombong semboyannya adalah, “Kami peduli dengan karyawan kami (We Care With Our Employee). Tapi, kalau karyawan membuat salah, suka disalahin dan manajemen lepas tangan. Contoh di kisah berikut ini,
“Teman saya pernah mengurusi suatu proyek dengan kliennya. Waktu itu ada keputusan yang disarankan oleh atasannya yang langsung ia eksekusikan. Ternyata, hal itu berdampak pada dipanggilnya teman saya oleh otoritas keuangan. Tahu nggak, manajemen sama sekali tidak mau tahu dan tidak mau mengakui bahwa ide itu dari mereka. Masalahnya, teman saya juga tidak punya bukti bahwa manajemen sebenarnya tahu. Jadi, sekarang ini dia dijadikan tumbal. Tapi itu membuat kita was-was. Manajemen kita ternyata nggak bisa dipercaya!”
Tips buat pimpinan:
Jangan lepas tangan. Ketika ada masalah, cari tahulah apa yang sebenarnya terjadi. Ajaklah meeting atau panggil orang tersebut untuk didengarkan! Ini penting untuk menghindari kesalahan di kemudian hari.
4. Nggak Menggali Sisi Kehidupan Timnya, Latar belakang Keluarganya atau Motivasinya
Banyak atasan yang selalu berpikir atau berasumsi bahwa motivasi satu-satunya dari timnya adalah UANG. Padahal, ada lho yang motivasinya mungkin berbeda. Siapa tahu, ternyata ada yang motivasinya adalah untuk aktualisasi diri. Atau untuk keluarga. Atau bisa juga, karena ingin tim yang menyenangkan.
Sebagai contoh, kisah ini.
“Kami di perusahan jasa theme park. Boss saya pernah marah-marah, kalau sampai ada yang tidak mau lembur. Menurutnya, kalian kan udah dibayar, Mestinya kalian kerja dong. Udah dibayar kok. Kan kalian butuh duit, Kenapa sih nggak mau. Padahal, justru kami kerja disini karena bisa pulang tepat waktu untuk bisa urus keluarga”
Tips buat pimpinan:
Luangkanlah waktu untuk bicara secara non formal dengan tim Anda. Cobalah gali apa sebenarnya yang menjadi motivasi mereka bekerja disini. Bisa jadi itu berbeda dengan dugaan Anda.
5. Tidak Pernah Menyapa alias Tak Membangun Hubungan Personal
Atasan seperti ini sering membangun tembok pemisah. Ia seakan-akan punya jarak dan merasa seakan-akan kastanya itu berbeda. Padahal, si atasan ini perlu tahu bahwa yang bekerja adalah manusia, bukan robot. Sesekali, timnya juga perlu disapa, diajak ngobrol yang kadang nggak selalu berhubungan dengan pekerjaan. Bahaya terbesar ketika anak buah nggak pernah dianggap dan diperhatikan adalah rendahnya sense of belonging dan rasa kekeluargaan pun jadi nggak muncul diantara timnya! Seperti kisah di bawah ini.
“Saya punya pimpinan yang tidak pernah menyapa. Bahkan, dibilangin selamat pagi aja jarang dijawab. Semua sudah hafal. Tiba di kantor, langsung masuk ke ruangannya dan tutup pintu. Dia jarang menyapa kita kecuali kalau ada yang perlu. Jarang kalau ada acara apa-apa di kantor, dia muncul. Dia pimpinan yang penuh misteri!”
Tips buat pimpinan:
Kalau kita mau punya tim yang punya sense of belonging, maka itu harus dibangun dengan hubungan baik dengan mereka. Menariknya, rasa kekeluargaan justru munculnya dari hal-hal yang remeh temeh yang kita lakukan. Menyapa, nanyain situasi mereka atau keluarga mereka adalah hal yang tampak sepele tapi berdampak buat mereka.
6. Tidak Peduli Perasaan Anak Buah: Bagus nggak dipuji, salah dimaki-maki!
Ujung-ujungnya bawahan merasa hopeless alias makin disconnected dengan perusahaan, karena merasa atasannya aja nggak peduli sama sekali dengan kerjaan mereka. Ketika mereka kerjanya baik dan benar, tidak aka nada komentar dan pujian apapun. Tapi, kalau salah mereka akan dimaki-maki. Malahan, kalau niatnya baik tapi hasilnya salah, bisa kena makian juga. Akibatnya, orang jadi semakin cuek dan nggak peduli juga. Lebih parahnya, yang mau peduli pun, malahan bisa kena sanksi! Seperti contoh berikut ini.
“Di tempat saya, pernah ada karyawan baru mencoba melakukan suatu inisiatif buat klien. Sebenarnya itu ide yang baik. Eh, nggak tahunya dia dimaki-maki. Habis itu dia kapok deh. Kita sih dari dulu udah kapok!”
Tips buat pimpinan:
Emotion drives people. People drive performance. Justru perasaan itulah yang menjadi perekat. Kadang, mengecek temperatur perasaan karyawan itu penting, “Bagaimana perasaanmu kerja disini?” hal ini penting untuk memastikan kondisi mereka masih tetap hangat.
Jadi, bagaimana dong kalau dapat boss yang seperti itu?
Prinsip utamanya adalah “kamu yang menyesuaikan dengan boss-mu bukan memaksa boss-mu menyesuaikan dengan kamu!” Kalau sudah tahu bahwa boss-mu termasuk yang tipenya seperti itu, maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan menerapkan empat prinsip penting ini.
Pertama-tama, antisipasi dan pahami bahwa memang gayanya seperti itu. Jadi dia itu bukan tipe yang sangat peduli dan care. Pahamilah tipe dia itu.
Kedua, jika dia nggak peduli, bukan berarti kamu juga nggak peduli. Bahkan justru kamu harus menutupi hal-hal yang dia nggak pedulikan! Biasanya justru yang nggak dipedulikan itulah yang jadi kelemahannya dia! Anda bisa jadi lebih bersinar dengan menutupi kelemahan itu.
Ketiga, pelajari, dia itu pedulinya dengan hal-hal apa? Dan belajarlah untuk masuknya dari sana.
Akhirnya, keempat. Luluhkan hatinya dengan menunjukkan bahwa kita peduli. Banyak kasus terjadi, justru atasan yang nggak peduli, butuh orang yang peduli untuk menjadi tangan kanannya!
Semoga ini menjadi inspirasi yang berharga saat kita punya boss yang tipenya seperti ini!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |