- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Ketegangan antara Amerika dengan Cuba tetap terjadi hingga saat ini. Presiden terakhir yang mengunjungi Cuba, terjadi di tahun 1928. Lalu di tahun 2002. Jadi udah lama. Tapi ketegangan tak mereda. Malah ada problem dengan tahanan politik. Saat itulah mantan Presiden Jimmy Carter mengunjungi Cuba, bertemu dengan pemimpinnya Fidel Castro, yang sikapnya sulit diprediksi. Menariknya, dalam pembukaan obrolan dan pidatonya, hal yang dibahas Jimmy Carter adalah soal cerutu. Itulah kesukaan Fidel Castro. Ternyata, itu membuat Fidel Castro jadi amat senang. Urusan berikutnya pun jadi lancar. Bahkan anehnya Fidel Castro sampai berkata kepada Jimmy Carter, “Anda boleh bicara apa saja dan siarkan apapun dari sini, meskipun mungkin kami tak akan sepenuhnya setuju. Tapi, saya mengijinkan Anda bebas melakukannya”. Itu kalimat yang diucapkan Fidel Castro. Menarik sekali. Semuanya dimulai dari obrolan ringan soal “cerutu”.
Jimmy Carter telah mengajarkan ilmu penting yang perlu dipahami oleh setiap pembicara. Setiap presenter dan public speaker perlu memahmi tips ini.
Ada 3 hal utama. Kenali audiensmu. Kenali apa yang menyentuh sisi emosinya. Dan gunakanlah cerita, untuk mendukung suatu logika.
Mari kita pelajari satu demi satu.
Kenali audiensmu. Kenapa? Karena ketika kita bicara, tujuannya kita adalah untuk kepentingan mereka. Bayangkanlah, dalam setiap diplomasi politik, biaya besar dikeluarkan. Untuk apa? Untuk menggali info sebanyak-banyaknya soal siapa yang dihadapi. Dalam situasi demikian, yang lebih siap itulah yang menang.
Inilah ilmu yang kadang juga dipakai saat jualan. Nyatanya, seorang penjual yang sudah belajar banyak soal pembelinya sebelum ketemu, akan lebih mudah closing. Saya sendiri mengalami dimana interview kerja yang saya ikuti sukses dengan deal gaji tinggi karna saya luangkan waktu untuk belajar perusahaan yang mau saya masuki. Mereka terkesan dengan pengetahuan saya, dan saya pun diterima.
Jadi pembicara pun seperti itu. Bayangkan,ketika seorang pembicara bicara dengan istilah, kata-kata ataupun concern yang sama dengan pendengarnya. Betapa banyak yang bersedia mendengarkan karena marasa, “Dia ngomong soal apa yang kami pikir dan rasakan juga selama ini. So dia layak didengarkan”.
Poin kedua soal apa yang menyentuh sisi emosi. Ingatlah formula yang bunyinya: INFORMASI + EMOSI = MEMORI. Apa artinya?
Artinya, ketika informasi kita dibarengi dengan unsur-unsur emosi, itulah yang sering kali diingat. Betapa mudahnya kita mengingat guru kita yang lucu. Atau guru kita yang menakutkan. Atau guru yang membuat kita terharu! Tapi jarang kita mengingat guru kita yang “pandai banget”. Masalahnya, informasi yang menyentuh emosi seringkali membuat kita lebih mudah mengingatnya. Itulah sebabnya, dalam presentasi ala bisnis yang dilakukan oleh mantan pendiri Apple, Steve Jobs, ia selalu memakai kata-kata yang berusaha menyentuh sisi emosional. Karena itulah juga, ketika mengajarkan ilmu public speaking di lembaga kami, salah satu yang saya ajarkan adalah bagaimana berbicara persuasi yang menyentuh sisi emosi.
Dan akhirnya, sisi cerita merupakan salah satu kekuatan terbesar untuk pengaruhi orang. Masalahnya, bisa mendebat suatu teori, tapi orang tak mungkin mendebat suatu cerita.
Dibalik presentasinya Steve Jobs yang terkenal, sebenarnya ada seorang yang mempersiapkannya. Salah satunya Garr Reynolds, yang lantas menjadi terkenal sebagai pelopor “Presentasi Zen”. Yang menariknya, dalam pembelajarannya Garr Reynold selalu berkata, “Every great presenter is a great story teller” (setiap presenter yang keren adalah pencerita yang keren). Betul banget.
Betapa sering kita mendengar pidato pejabat yang bertele-tele atau dosen yang bikin ngantuk. Apa masalahnya? Terlalu banyak kata-kata yang tak jelas maknanya. Tapi ketika tiba-tiba dari mereka berkata, “Saya punya satu pengalaman yang saya mau ceritakan…”. Apa yang terjadi? Pendengar yang tadinya ngantuk mulai pasang kuping. Ngantuk, jadi rasa penasaran. Itulah kekuatan persuasi lewat cerita.
Karena itulah, saya termasuk percaya bahwa pembicara itu bukan dilahirkan. Pembicara itu bisa dilatih. Tapi, harus dilatih dengan cara-cara yang tepat! Termasuk, dikasih masukan oleh orang-orang yang tepat.
Tapi, paling tidak, 3 tips di atas merupakan contoh tips penting yang bisa kita praktekkan , saat kita lakukan presentasi.
Nah, di lembaga kami di HR Excellency maupun MWS Indonesia terdapat para master trainer, yang mengajarkan program persuasive presentation skills hingga sertifikasi menjadi trainer profesional. Bahkan, program-program public speaking, serta training for trainer (TFT) ini sebentar lagi, juga akan diakui programnya oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Pingin tahu lebih banyak soal program ini? Silakan kontak: 021-3518505 atau 021-3862521 atau WA ke: 0812-9805-4929
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |