- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Selamat dating di dunia kelola diri!
Ini adalah kompetensi Kecerdasan Emosional (EQ) yang kedua setelah self awareness.
Self Management, bicara soal bagaimanakah setiap hari kita mengelola diri kita dan membuat diri kita bermanuver melewati berbagai situasi dan tantangan, sehingga tetap menjadi pribadi yang produktif, positif serta konstruktif. Produktif, artinya kita mampu menunjukkan prestasi-prestasi kita meskipun menghadapi berbagai situasi sulit. Positif, artinya kita tetap memberikan respon-respon pilihan yang baik. Kontruktif artinya, kita tidak merusak atau menciptakan dampak yang buruk buat orang-orang di sekitar kita, saat kita dalam situasi emosi yang buruk.
Mari kita ambil dua contoh berikut ini.
John McEnroe, adalah salah satu pemain tenis putra Amerika yang terkenal. Dia mendapatkan gelar sebagai ATP Player of the Year serta Juara Dunia versi ITF tiga kali berturut-turut yakni: 1981, 1983 and 1984. Namun, ada satu hal yang tidak bisa dilupakan tentang McEnroe yakni kemarhannya yang suka meledak-ledak di lapangan. Saat dirinya jengkel, semua orang dimakinya dan entah berapa banyak raket tenis yang dia hancurkan. Akibatnya, banyak orang berpikir bahwa dirinya sebenarnya punya masa depan karir tenis yang laur biasa. Namun sayangnya karirnya tidak lama. Ketika ia dalam kondisi emosi tinggi, ia kalah dari lawannya. Alasannya sederhana, ketika ia tidak berhasil memasukkan bola, ia mulai memaki, dirinya makin kacau dan ketika makin kacau, akurasi memukulnya pun semakin parah. Emosinya, itulah salah satu yang berdampak pada karir tenisnya.
Begitulah, kita melihat bagaimana ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya seringkali menjadi penyebab mengapa seseorang gagal di dalam hidupmu. Betapa seringnya kita mendengar orang berkata, “Dia itu berbakat, dan punya masa depan dengan banyak kemampuan, Tapi sayangnya karena tidak mampu membawa dirinya, ia jadi kehilangan banyak kesempatan”.
Kita ambil kisah yang lainnya.
Ada dua orang kandidat manager yang berpotensi untuk dipilih menjadi GM (General Manager) di sebuah perusahaan. Keduanya punya latar belakang yang impresif, mengesankan. Lulusan dari universitas terkemuka. Dan dua-duanya punya karir yang cepat. Hanya saja, perbedaannya terletak pada pembawaannya satu dengan yang lainnya. Manager yang pertama, orangnya lebih terkendali. Ia lebih sabaran dan mendengarkan. Saat ada hal yang tidak disukai, ia tidak merespon langsung di rapat. Ketika tak setuju dengan atasannya, ia membuat catatan. Ia membicarakan secara personal keberatannya, setelah meeting. Ia berusaha menjaga muka, baik atasan maupun rekannya, dan tidak mengkonfrontasi meskipun tahu ada yang salah pada mereka. Ketika ia marah, ia tetap menjaga supaya fokus pada kesalahan dan cara memperbaikinya. Manager kedua, pintar, tapi emosinya lebih tak terkendali. Ketika tidak setuju, ia akan langsung melampiaskannya. Banyak rekan yang jadi tidak menyukainya. Ia memang cerdas dan orang datang kepadanya hanya buat solusi, tapi tidak untuk pertemanan. Saat emosinya memuncak, segala makian bisa keluar dari mulutnya kepada anak buahnya. Sebenarnya, ia sadar soal perilakunya. Bahkan, ketika diberikan masukan, ia berkata, “Saya tahu orang mungkin nggak terlalu suka dengan cara saya. Tapi ya begitulah saya”. Akhirnya, ketika diputuskan siapa yang lebih cocok menjadi GM, nyaris semua top manajemen memutuskan untuk memilih manager yang pertama!
Dengan kisah kedua ini, kita menegaskan lagi, betapa pentingnya kemampuan seseorang untuk mengandalikan dirinya. Kemampuan mengendalikan diri bukan bicara soal mengendalikan kemarahan melulu, tapi juga mengelola diri saat menghadapi kesulitan masalah serta bagaimana caranya tetap tidak terganggu, dan fokus pada tujuan utama.
Menurut Daniel Goleman yang memperkenalkan EQ, self management adalah area yang kedua dalam pengembangan kecerdasan emosional. Self management seseorang itu, berhubungan dengan:
• Kemampuan seseorang untuk mengontrol dan mengelola diri serta emosi-emosi yang dialaminya, khususnya pada saat mengalami emosi yang tidak menyenangkan.
• Bukan hanya bicara soal emosi saja yang dikelola, tapi juga kemampuan mengelola sumberdaya internal lainnya termasuk kemampuan dan bakat-bakatnya.
• Kemampuan seseorang dalam mengelola impuls-impuls (dorongan) dalam diri seseorang sehingga tidak muncul menjadi sesuatu yang destruktif.
• Kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab dengan tindakannya serta melakukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai pribadinya.
• Kemampuan seseorang untuk mengarahkan dirnya melewati berbagai tantangan dan kesulitan sehingga tetap bisa focus dan merealisasikan cita-citanya
Semoga dengan memahami apakah self management itu, bisa menjadi dasar buat bagi kita buat mengembangkannya!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |