
- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Iya, kali ini judulnya nggak perlu dibuat-buat menjadi terlalu ‘bombastis’. Menjual itu memang susah. Soalnya, kalau menjual itu gampang, maka semua orang dengan mudahnya akan memilih jadi penjual. Nyatanya, penjual termasuk salah satu profesi yang banyak dihindari. Bahkan, dibenci!
Bahkan, ketika masih bertanggung jawab di HRD dulu. Saya sering menerima lamaran yang di depannya jelas-jelas sudah tertulis, “Tidak mau lowongan sales atau penjual”. Dan jumlahnya ternyata banyak. Artinya, banyak yang tidak tertarik menjadi penjual. Apa alasannya? Salah satunya, karena MENJUAL ITU MEMANG SUSAH!
Tapi, eits sebentar dulu. Kalimat “Menjual Itu Susah,…” adalah kalimat yang belum selesai. Kalau mau ditambahkan, lebih tepatnya adalah, “Menjual Itu Susah, Kalau Tidak Tahu Caranya!”.
Benar! Sebenarnya bukan hanya soal jualan, bidang apapun, kerjaan apapun, kalau kita tidak tahu caranya, maka akan menjadi sangat susah dilakukan.
Saya teringat dengan sebuah kisah menarik dari penjual yang dijuluki “The Best Salesman In The World” Joe Girard. Ceritanya, Joe memeriksa penjualan mobil timnya yang tidak memuaskan. Maka, timnya pun dipanggil dan Joe bertanya soal apa yang terjadi. Dengan berbagai alasan, timnya pun memberikan pembenaran soal betapa mereka mendapatkan daerah yang sulit jualan mobil. Lama-lama, mendengar berbagai alasan yang dikemukakan anak buahnya, Joe pun menjadi sangat kesal. Lantas ia berkata, “Saya akan buktikan. Saya akan pegang daerah itu dalam seminggu saja. Kita lihat apa yang bisa dicapai”. Dan benar saja, dalam seminggu, Joe berhasil menjual mobil dengan target yang belum pernah tercapai sebelumnya. Ketika Joe berhasil, mereka pun beralasan lagi, bahwa itu disebabkan oleh Joe yang lebih karismatik untuk menjual. Joe pun berkata, “Ada perbedaan antara ‘tidak mau’, ‘tidak bisa’ dan ‘tidak tahu’. Orang yang ‘tidak tahu’ dan ‘tidak bisa’ masih bisa dikasih tahu dan dilatih, tapi kalau tidak mau, kamu akan terus-menerus cari alasan. Orang yang suka mencari-cari alasan, tidak cocok bekerja di dunia sales”
Maka, seperti yang diungkapkan di atas. Kita sebenarnya bisa berkenalan dengan 3 jenis salesman juga.
Pertama, yakni si PENCARI ALASAN. Tipe salesman seperti ini, ketika dikasih target, ia akan mencoba bernegosiasi agar angkanya bisa seminim mungkin. Ia sudah siap-siap mengantisipasi kalau jualannya nggak berhasil. Bahkan, sebelum bertemu prospekpun ia sudah berprasangka negatif bahwa prospek atau calon pembeli, akan menolak! Kalau akhirnya tidak berhasil jualan, ia sudah siap-siap memikirkan berbagai alasan yang akan dipakai, untuk menjelaskan kenapa jualannya tidak sukses!
Kedua, kita bertemu dengan si MATI GAYA. Inilah kisah si sales yang sebenarnya dia memiliki kemauan. Tetapi, ia tidak mampu untuk melakukan penjualan. Banyak penjualannya yang tidak sampai closing. Dia mungkin telah memiliki pengetahuan ataupun pemahaman, tapi tidak bisa mengeksekusi pengetahuan itu dengan baik. Alias, dia belum trampil. Seperti orang yang kehabisan akal, dia perlu dibantu dan ditolong supaya mampu bergerak lagi. Dia butuh bantuan penata gaya, biar nggak mati gaya.
Nah, berikutnya ada yang ketiga yakni si BINGUNG. Inilah kisah tentang seorang sales yang kekurangan informasi, tidak tahu, harus meraba-raba dan tidak paham apa yang harus dilakukannya. Sebenarnya, si bingung ini berpotensi untuk menjadi sales yang sukses kalau diberitahu dan diajari caranya. Ingat kan dengan pepatah terkenal yang mengatakan, “Semua para ahli di muka bumi ini,. dulunya adalah seorang pemula!” Hanya saja, terkadang ada dua masalah besar dengan si sales bingung ini. Pertama, dia sendiri tidak tahu harus bertanya dan mencari informasi dimana. Kedua, yang harusnya bisa membantupun tidak punya waktu untuk membantunya. Jadilah ia tetap berada di dalam kegelapan.
Habis Gelap, Terbitlah…Penjualan!
Tak heran kalau dikatakan, sales perlu belajar. Banyak sales, yang tidak berhasil menjual, bukan karena tidak bisa tapi karena memang tidak punya pengetahuan yang memadai. Karena pengetahuannya tak memadai, tidak cukup, mereka pun kerjanya jadi ogah-ogahan. Ujung-ujungnya karena kerjanya setangah hati, maka penjualannya pun buruk. Lantas, karena hasilnya buruk mereka pun lantas berkata, “Tuh kan, aku memang tak berbakat jualan”.
Maka disinilah seorang sales perlu belajar, perlu training. Hingga perlu dicoach. Banyak sales yang tak berhasil karna kekurangan informasi. Salesman yang baik, terbiasa mengisi diri dengan informasi berharga.
Dimulai dengan pengetahuan produknya. Juga pengetahuan seputar industrinya. Pengetahuan soal mental menjual, hingga pemahaman soal kompetensinya, soal kompetensi sales apa yang perlu dikembangkan. Intinya, seorang sales tidak boleh berhenti belajar. Karna dunia sekitarnya, terus bergerak.
Nah, darimanakah informasinya diperoleh? Informasinya tersebut didapat mulai dari proses informal misalkan dengan membaca dan bertanya. Hingga cara yang lebih ekslusif, misalkan ditraining atau dicoach. Memang sih, sistem training atau coach, membutuhkan biaya, namun faedahnya juga lebih terasa. Informasinya juga lebih spesifik dan lebih sesuai buat si sales tersebut.
So, ingatlah selalu, sama seperti karir lainnya, segalanya menjadi susah karena tidak tahu. Termasuk, menjual menjadi susah karena tidak tahu. Belajar, cari informasi, berlatih adalah salah satu cara yang bisa membuat kita “tahu”, sehingga kita bisa berteriak lantang “TERNYATA MENJUAL ITU GAMPANGGG!”.
Anthony Dio Martin, “Best EQ trainer Indonesia”, CEO HR Excellency & Miniworkshopseries Indonesia, pembicara, ahli psikologi, certified professional coach, penulis 18 buku-buku best seller, narasumber tetap program motivasional di SmartFM Network, kolomnis di berbagai harian dan majalah. Website: www.anthonydiomartin.com ; instagram: anthonydiomartin; Youtube Channel: Anthony Dio Martin Official
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |