- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Tadi pagi, di kelas Leadership yang dikasih judul Leadership Managerialship Quotient (LMQ) muncul pertanyaan. Pentingan mana sih, Leadership atau Managerialship?
Terus terang, banyak yang kebablasan. Mentang-mentang istilah kepemimpinan itu banyak dipakai. Akhirnya, belakangan ini seakan-akan istilah “leadership” lah yang terpenting. Orang merasa jadi “PEMIMPIN” (LEADER) kesannya seakan-akan lebih keren daripada jadi MANAGER. Padahal keduanya penting!
Dalam diskusi kami di program doktoral studi psikologi personal & industri, masalah ini jadi perdebatan yang sengit. Ada yang membela “Leadership” dan ada yang fokus pada “managerialship”. Di ujung perdebatan, akhirnya kita kompromi. Keduanya penting. Tapi, asal tahu aja, istilah LEADERSHIP sudah terlalu overated (dinilai terlalu berlebihan). Dampak buruknya? Orang senang jadi leader, tapi jadi leader yang nggak praktis.
Satu kasus. Di suatu perusahaan chemical. Ada leader HR yang nggak membumi. Kerjanya meeting dan rapat dengan direksi. Mikirnya yang mengawang-awang. Ia menyebut dirinya strategis. Tapi banyak hal simpel yang sederhana, justru kacau berantakan. Urusan rekrutmen dan training tak tertangani. Ia memang punya tim. Tapi tak diarahkan. Orang di perusahaan jadi membenci leader HR ini. Hebatnya, dia sering berbicara di forum HR. Sering jadi panelis dan pemateri konferensi di berbagai forum HR yang diadakan berbagai seminar nasional. Orangnya sangat konsep dan abstraksinya keren. Tapi ya itu, ia selalu mengatakan, “Leader harus visioner, berpikir strategis”. Dan saking strategisnya. Ia tidak mampu berpikir yang membumi. Kalau disimpulkan, ia punya kemampuan LEADERSHIP tapi MANAGERIALSHIP-nya payah!
Leader, seringkali kita konotasikan dengan berpikir strategis. Besar, dan luas. Leader melihat ke depan. Tapi, jangan salah. Terlalu melihat kedepan, bisa membuat leader jadi tidak realistis. Malahan, lubang di bawah kaki mereka saja bisa jadi tidak dilihatnya. Makanya, leader harus jadi manager yang baik pula. Ia harus bisa memecahkan problem sehari-hati. Bikin rencana. Kelola waktu dan sumber daya. Lakukan tugas rutin. Tugas operasional harus mampu dia mampu kerjakan. Jangan sampai selalu berkelit “Aku kan leader, ya harus strategis aja dong!”. Betul leader mungkin tak harus mengerjakannya sendiri. Tapi, ia harus memastikan bahwa pekerjaan rutin dikerjakan dan diselesaikan. Ia haruslah seorang pengelola yang baik. MANAGER yang baik.
Jadi betul sih kata Simon Sinek, “Leader harus mau makan belakangan”. Tapi jangan salah, leaderpun harus memastikan bahwa piringnya dicuci bersih setelah ia makan. Leader yang tidak punya kemampuan managerialship pada dasarnya adalah leader yang mengawang-awang, tak membumi dan payah!
So, kesimpulannya:
PEMIMPIN SEJATI=
LEADERSHIP (strategis, ke depan)
Tapi, jangan lupa juga harus..plus
MANAGERIALSHIP (praktis, operasional beres)
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |