- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Belakangan ini, berita yang muncul di koran adalah pemberitaan soal dua wanita yang dianggap telah menipu banyak orang di negara kita. Pertama-tama, wanita yang tertangkap duluan yakni Sally Yustiawati, yang disinyalir telah menipu banyak pria melalui akun facebooknya. Setelah itu, yang paling heboh, tentunya adalah kisah Malinda Dee, mantan Senior Relationship Managernya Citibank yang berhasil menilep uang sekitar 17M dari para nasabahnya. Sebenarnya, tentu saja ada banyak kasus-kasus penipuan yang sejenis yang telah banyak terjadi di tempat kita. Tapi, yang menarik, pada kedua kasus ini, mengapa merekalah yang banyak menarik perhatian?
Tentunya, pertama-tama, medialah yang berperan paling besar dalam membuat heboh kasus penipuan ini. Di sisi lain, tentunya, dengan paras mereka yang lumayan cantik, ini agak bertentangan dengan persepsi masyarakat. Ternyata, berdasarkan psikologi persepsi, di masyarakat ada kecenderungan pandangan bahwa wanita berparas cantik, seringkali dikaitkan dengan sifat-sifat yang baik pula. Menurut Gary Wells (2001), tatkala wanita cantik melakukan sesuatu yang bertentangan, masyarakat akan bereaksi terbalik. Ada kecenderungan untuk memberi hukuman lebih berat terhadap wanita-wanita berparas cantik yang melakukan kejahatan. Menurut Gary, masyarakat jadi berpikir, “Ehhh, udah dikasih wajah cantik, malah dipakai untuk nipu orang!”. Tetapi, tentu saja, yang jauh lebih menarik untuk dibahas adalah bagaimana kedua wanita ini berhasil menipu begitu banyak orang-orang yang telah percaya kepadanya.
Mereka Punya Kecerdasan Emosional
Untuk bisa membuat orang percaya dan memberikan uangnya untuk dikelola dan mau dengan rela mengirimkan uangnya buat Anda, tentulah Anda harus bisa dipercaya. Di tengah masyarakat yang semakin banyak kasus kriminalnya, tentu saja ini tidak mudah dilakukan. Masyarakat kita tidak akan gampang percaya. Tetapi, tentu jadi pertanyaan, bagaimana kedua wanita ini mampu melakukannya? Yang jelas, kedua wanita ini memulainya dengan membangun kepercayaan. Bahkan, pada kasus Malinda Dee, dikatakan banyak nasabah rela memberikan tangan dengan blanko kosong yang diserahkan kepada Malinda. Inilah yang akhirnya, dipakai Malinda untuk kejahatannya.
Saya tekankan lagi, untuk bisa membuat orang percaya dan dengan rela memberikan uangnya, pastilah Anda harus cukup menyakinkan dan menyenangkan. Itulah faktor yang dalam konsep kecerdasan emosional (EQ), sering pula disebut L-Factor (Likeability Factor) atau faktor kemenarikan Anda. Nah, pada kasus Sally maupun Malinda, mereka memiliki kesamaan yakni punya L-faktor yang tinggi. Di dalam training maupun workshop yang saya pandu, saya melatihkan keempat L-Factor ini yang mencakup keramahan, koneksi, kepekaan serta ketulusan. Memang, faktor-faktor dari Kecerdasan Emosional ini adalah sesuatu yang bisa dibentuk dan dilatih. Dan sebenarnya, dalam dosis yang tepat, L-Factor inilah yang membuat seseorang disenangi, seseorang dijadilah pilihan, seseorang dibeli barang-barangnya ataupun dinaikkan pangkatnya. Itulah pentingnya L-Factor ini dalam kehidupan kita. Namun, ketika hanya bagian dari Kecerdasan emosional ini saja yang dipacu, maka bahayapun mengintai. Khususnya, apabila orang yang memiliki kecerdasan emosional ini, ternyata memiliki niat ataupun intensi yang jahat!
Tanpa Kecerdasan Spiritual, Bahaya!
Bayangkan saja pada kasusnya Malinda Dee. Nasabah-nasabahnya telah begitu mempercayainya. Gajinya juga sudah lumayan. Tetapi, tatkala faktor kemenarikan ini tidak disertai suatu niat atau cita-cita yang luhur, terjadilah penyalahgunaan kepercayaan.
Justru,kepercayaan yang diperolehnya dari nasabah, menjadi peluang bagi Sally maupun Malinda untuk mendapatkan apa yang diinginkan yakni uang yang lebih banyak. Padahal, bicara soal kebutuhan uang, manusia mungkin tidak pernah ada batasnya.
Banyak orang lantas menyayangkan bahwa kepercayaan serta daya tarik yang dimiliki oleh kedua wanita ini dipergunakan secara negatif. Orang pun berandai-andai, kalau saja dengan daya tarik mereka, lantas dipakai untuk membangun bisnis, membangun networking atau mengerjakan sesuatu secara halal, mereka pun bisa jadi sama suksesnya. Sayangnya, pilihan mereka jatuh pada cara-cara yang dipikirnya mereka, akan lebih mudah dan lebih gampang untuk mendapatkan uang bagi mereka. Dan pilihanpun akhirnya jatuh pada tindakan krimimal.
Simbolisasi yang Menarik!
Lepas dari keingintahuan kita soal berapa berat hukuman yang akhirnya akan dijatuhkan pada Sally maupun Malinda, kita sebenarnya bisa menarik hikmah yang lebih besar. Pertama, bahwa ada begitu banyak orang yang kita sayangkan, yang menggunakan daya tarik mereka untuk hal-hal yang jahat. Alangkah luar biasanya jika daya tarik ini bisa dipergunakan secara positif. Mereka, punya kemampuan, plus ‘nyali’ (baca: motivasi) yang sebenarnya bisa menjadi modal sukses mereka. Kedua, kita belajar bahwa memiliki kepribadian dan pergaulan yang bagus, atau dengan kata lain kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi, masih belum cukup. Malahan, jika tidak dipergunakan dengan baik, akan menjadi berbahaya.
Disinilah kita melihat mengapa kecerdasan spiritual (SQ) juga penting untuk melengkapi kecerdasan emosional yang telah dimiliki. Jangan salah, kecerdasan spiritual tidak melulu soal agama ataupun praktek keagamaan yang rutin dilakukan. Tetapi, lebih dari itu, kecerdasan spiritual ini mencakup nilai-nilai luhur serta prinsip apakah yang kita pegang sebagai acuan hidup kita. Ketika seseorang tidak memiliki prinsip dan nilai ini, maka seseorang bisa berakhir menjadi sangat manipulatif. Dan inilah yang berbahaya!
Makanya, ada baiknya ketika kita berbicara pentingnya kecerdasan emosional, jangan lupakan pula soal pendidikan kecerdasan spiritual.
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |