- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Bayangkan Anda sedang menonton film sekuel The Matrix (1999) lama. Saat itu, Neo dilatih oleh Morpheus untuk memahami dan menguasai dunia yang sebenarnya adalah simulasi. Pelatihan ini tidak dilakukan sembarangan. Setiap langkah diatur dengan teliti untuk memastikan Neo dapat memaksimalkan potensinya. Seperti pelatihan Neo, pengembangan program pelatihan yang efektif juga memerlukan kerangka kerja yang terstruktur. Salah satu kerangka kerja yang sering kami gunakan di HR Excellency maupun Miniworkshopseries (MWS) Indonesia adalah model ADDIE.
Model ADDIE adalah akronim dari lima tahap utama dalam pengembangan program pelatihan dan desain instruksional. Yakni: Analyze (Analisis), Design (Desain), Develop (Pengembangan), Implement (Implementasi), dan Evaluate (Evaluasi). Model ini memberikan panduan sistematis untuk menciptakan program pelatihan yang komprehensif dan efektif.
1. Analyze (Analisis)
Tahap pertama dalam model ADDIE adalah analisis. Pada tahap ini, kebutuhan pelatihan diidentifikasi dengan jelas. Hal ini meliputi:
Menilai Tujuan Bisnis: Memahami apa yang ingin dicapai oleh organisasi melalui pelatihan.
Mengidentifikasi Kesenjangan Keterampilan: Menentukan keterampilan atau pengetahuan yang kurang di antara peserta pelatihan.
Mengetahui Audiens: Memahami siapa yang akan dilatih dan apa kebutuhan spesifik mereka.
Merumuskan Tujuan Pembelajaran: Menetapkan apa yang harus dicapai oleh peserta setelah menyelesaikan pelatihan.
2. Design (Desain)
Tahap desain melibatkan perencanaan rinci tentang bagaimana pelatihan akan dilakukan. Ini termasuk:
Merancang Strategi Instruksional: Menentukan pendekatan terbaik untuk menyampaikan materi pelatihan.
Memilih Metode Pembelajaran: Memutuskan apakah menggunakan pembelajaran berbasis kelas, e-learning, workshop, atau kombinasi dari semuanya.
Menentukan Struktur dan Durasi Pelatihan: Mengorganisir konten pelatihan dan menetapkan berapa lama setiap sesi akan berlangsung.
Mengembangkan Storyboards dan Media: Membuat blueprint visual untuk materi pelatihan.
3. Develop (Pengembangan)
Setelah desain ditetapkan, tahap pengembangan melibatkan pembuatan materi pelatihan yang sebenarnya. Ini meliputi:
Membuat Prototipe: Mengembangkan contoh awal dari materi pelatihan.
Mengembangkan Materi Pelatihan: Menciptakan konten seperti presentasi, modul e-learning, video, dan materi pendukung lainnya.
Mengadakan Uji Coba: Menguji materi pelatihan dengan kelompok kecil untuk mendapatkan umpan balik.
Melakukan Pelatihan Pilot: Menjalankan pelatihan dalam skala kecil sebelum peluncuran penuh.
4. Implement (Implementasi)
Tahap implementasi adalah saat pelatihan benar-benar dilaksanakan. Langkah-langkahnya meliputi:
Melaksanakan Jadwal Pelatihan: Memastikan semua peserta tahu kapan dan di mana pelatihan akan diadakan.
Menyediakan Fasilitator: Menunjuk pelatih yang akan memimpin pelatihan.
Menyediakan Sumber Daya dan Materi: Menjamin bahwa semua bahan dan peralatan yang diperlukan tersedia.
Memantau Pelaksanaan Pelatihan: Mengawasi jalannya pelatihan untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.
5. Evaluate (Evaluasi)
Tahap evaluasi penting untuk menilai efektivitas pelatihan dan menentukan area untuk perbaikan. Ini melibatkan:
Mengumpulkan Data Evaluasi Pelatihan: Menggunakan survei, tes, dan wawancara untuk mengumpulkan umpan balik.
Meninjau Efektivitas Pelatihan: Menganalisis data untuk melihat apakah tujuan pembelajaran tercapai.
Menilai Kinerja Proyek: Melihat dampak pelatihan terhadap kinerja organisasi.
Melaporkan Hasil Evaluasi: Membuat laporan yang merangkum temuan dan rekomendasi untuk perbaikan.
Misalnya, sebuah perusahaan teknologi besar, seperti IBM, menggunakan model ADDIE untuk mengembangkan program pelatihan internal mereka. IBM ingin memastikan karyawan mereka tetap up-to-date dengan perkembangan teknologi terbaru, khususnya dalam bidang keamanan siber. Berikut adalah bagaimana IBM menerapkan model ADDIE:
1. Analyze: IBM mengidentifikasi kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan karyawan dalam menangani ancaman keamanan siber yang semakin kompleks. Mereka menilai kesenjangan keterampilan dan menetapkan tujuan pembelajaran yang spesifik.
2. Design: Mereka merancang program pelatihan yang mencakup modul e-learning, simulasi serangan siber, dan sesi pelatihan interaktif. Mereka juga menentukan struktur pelatihan dan durasinya untuk memastikan materi disampaikan secara efektif.
3. Develop: Tim pengembang di IBM membuat konten pelatihan yang mencakup video tutorial, presentasi interaktif, dan skenario simulasi. Mereka juga mengadakan uji coba dan pilot untuk mendapatkan umpan balik awal.
4. Implement: IBM melaksanakan pelatihan dengan melibatkan fasilitator yang berpengalaman dan memastikan semua materi serta sumber daya tersedia bagi peserta. Mereka juga memantau pelaksanaan untuk memastikan tidak ada hambatan.
5. Evaluate: Setelah pelatihan selesai, IBM mengumpulkan data melalui survei dan tes untuk menilai efektivitas pelatihan. Mereka meninjau hasilnya dan membuat laporan yang membantu meningkatkan program pelatihan di masa depan.
Sebagai kesimpulan penting di akhir artikel ini, model ADDIE menyediakan kerangka kerja yang terstruktur dan komprehensif untuk pengembangan program pelatihan yang efektif. Dengan mengikuti setiap tahap dari analisis hingga evaluasi, organisasi dapat memastikan bahwa pelatihan mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan pembelajaran tetapi juga memberikan dampak positif yang signifikan. Ingatlah, seperti halnya pelatihan Neo dalam The Matrix, pelatihan yang efektif memerlukan perencanaan dan eksekusi yang matang.
Happy training!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |