- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Para pembaca berhati-hatilah! “Hati-hati kalau baca koran. Ada seorang Bapak yang baru saja mengalami kebutaan. Dokter sempat bingung dengan penyebab kebutaannya. Setelah diperiksa ulang, ternyata dimatanya ditemukan serbuk-serbuk karbon hitam banyak sekali. Ketika dilacak darimana asal serbuk karbon itu, ternyata karbon itu berasal dari koran-koran yang dibaca Bapak. Ia sudah memulai kebiasaan itu selama 10 tahun lebih. Tanpa sadar, ketika buka koran, serbuk-serbuk itu beterbangan. Akhirnya, asosiasi dokter mata di Inggris mengingatkan hati-hati dengan koran karena ternyata mengandung karbon yang mudah berpindah ke mata dan itu BERBAHAYA. Jadi, hati-hati membuka dan baca koran. Itu bisa membuatmu buta. Karena itu, waspadailah. Kirimkan berita ini kepada orang yang Anda sayangi, kalau Anda tak ingin mereka juga mengalami apa yang terjadi dengan Bapak itu. Ini bukan hoax (cerita bohongan). Kasus ini baru saja dibahas di CNN minggu lalu”.
Nah Pembaca, saat ini berapa sering Anda menerima informasi yang seperti itu? Informasi yang dimulai dengan berita yang menghebohkan, lalu Anda diminta melakukan ini dan itu, lantas ditutup dengan beberapa baris terakhir untuk meyakinkan Anda bahwa berita itu bukan bohongan. Kadang, Anda begitu bingungnya diantara antara percaya atau tidak. Masalahnya, kisah-kisah tersebut memang dibuat dengan begitu meyakinkannya. Bahkan, ada beberapa kalimat seperti “Kalau tidak percaya, bacalah di link website berikut ini!”. Padahal, link di website itupun belum tentu akurat informasinya. Dan terus terang, buat Anda, berita di paragraf pertama yang Anda baca, adalah karangan saya yang hanya saya asal bikin! Jadi sudah jelas-jelas bohong. Tetapi, bayangkan bila saya mulai kirim via SMS ataupun messages lainnya. Berita ini dengan mudah akan menyebar ke masyarakat!
Makin Banyak Informasi, Makin Membingungkan
Saat ini memang ada bergitu banyak informasi yang bisa kita peroleh. Berita apa saja. Apalagi di internet. Nyaris semua informasi, mulai dari yang benar sampai dengan yang menyesatkan, semua ada di dalamnya. Hampir untuk setiap informasi, mulai dari yang mendukung hingga ke informasi yang menolak semua bisa Anda dapatkan. Misalkan saja, kontroversi antara perlunya minum suplemen vitamin atau tidak. Anda bisa mendapatkan di internet, ratusan website yang mengatakan perlunya minum supplement vitamin itu. Tetapi, saya bisa juga menunjukkan begitu banyak website yang mengatakan percuma minum vitamin karena yang penting adalah melalui makanan sayur dan buah, sudah cukup.
Nah, kalau kita kaitkan dengan topik utama artikel ini yang berhubungan dengan pengembangan diri, begitu pula informasi-informasi yang kita peroleh. Melalui berbagai artikel dan tulisan yang kita baca, maka kita pun bisa mendapatkan berbagai topik yang kontroversi. Misalkan saja topik mengenai pentingnya goal. Tetapi, ada banyak juga website yang bisa saya tunjukkan, yang mengatakan betapa goal itu tidak berguna karena ternyata rata-rata orang yang membuat goal dan berhasil mencapainya hanya sekitar 10 persen. Bahkan, termasuk topik yang saya bawakan di Indonesia, Kecerdasan Emosional. Banyak yang mendukung, tetapi saya pun bisa menunjukkan begitu banyaknya informasi yang bernada miring bahkan menganggap Kecerdasan Emosional itu hanya isapan jempol belaka. Akibatnya, dengan semakin banyaknya informasi yang kita miliki, bukan kita semakin terang tetapi justru makin bingung.
Belajar tapi Hati-hati
Memang, salah satu guru manajemen Peter Drrucker mengingatkan bahwa sekarang adalah era dimana setiap orang harus “LEARN, RE-LEARN serta UN-LEARN”, sebuah era dimana kita harus belajar, belajar lagi serta melupakan hal-jal yang kita pelajari (khususnya yang sudah usang). Teapi, melihat perkembangan informasi yang begitu luar biasanya saat ini, maka seyogyanya sekarang, kita tambahkan lagi pemahaman bahwa bukan hanya belajar tetapi, belajar dari informasi yang tepat. Masalahnya, dengan mencermati situasi di atas, kita melihat bahwa kita bisa belajar begitu banyak hal, dengan sumber darimana saja tetapi bukannya kita semakin jelas malah kita dibuat semakin membingungkan.
Itulah sebabnya, saya merasa bahwa di masa depan nanti, tantangannya bukan lagi orang disuruh untuk belajar tetapi mencari informasi yang tepat serta mampu memilah-milah mana informasi yang berguna dan mana yang sebenarnya hanyalah isapan jempol belaka.
Konsep D-I-K-U-W dan 4 Ujian Informasi
Salah satu cara untuk memilah dan membeda-bedakan mana informasi yang berharga dan mana yang tidak adalah menggunakan saringan informasi yang dikembangan oleh Prof.Russel Ackoff. Menurutnya, ada lima proses informasi yang bisa kita lewati untuk memilah dan menentukan apakah suatu informasi bisa menjadi suatu pembelajaran yang penting buat kita ataupun tidak.
Pertama-tama dimulai dengan sebuah data. Menurut Ackoff, data hanyalah sebuah keterangan dan berita. Jadi sifatnya netral. Isinya bisa benar atau bisa bohong, tergantung bagaimana kita menyikapi data tersebut. Berikutnya, jika kita tertarik, maka data akan bergerak menjadi informasi. Disinilah kita mulai mencari tahu dan mendapatkan gambaran lebih detil soal data itu misalkan kapan, dimana, bagaimana. Jadi, informasi itu sifatnya lebih detil dari data.
Selanjutnya, dari informasi, akan menjadi suatu pengetahuan (Knowledge) apabila informasi itu terus kita kumpulkan dan kita tanamkan dalam benak kita. Lantas, berikutnya dengan pengatahuan yang begitu banyak, ia pun akan menjadi suatu pemahaman (understanding). Di level ini, seseorang mlai bisa menjadi konsultan dan pengajar atas suatu pengetahuan, sebab ia memiliki pemahaman. Selanjutnya, level tertinggi adalah kebijaksanaan (Wisdom). Disinilah levelnya bukan cuma sekedar mengerti, tapi ia bisa mengaitkan, memprediksi bahkan membuat kesimpulan penting dari apa yang dipahaminya.
Nah, untuk melewati tahapan-tahapan tersebut, ujian atas sebuah data sangatlah penting. Disinilah, ada beberapa saringan ujian yang perlu kita lakukan. Minimal ada empat saringan utama yang perlu dilakukan. Pertama, uji kredibilitas sumber asli. Pertama-tama, sumber informasi akan menentukan kualitasnya. Siapa yang mengatakan, bagaimana orang yang mengatakan, apakah memang dia ahlinya, apakah dia sendiri membuktikannya. Kedua, uji isi informasinya. Apakah informasinya masuk akal, adakah infomasinya sendiri saling bertentangan, apakah ada informasi pihak lain yang menentang informasi itu, apakah ada pembandingnya? Berikutnya ketiga, uji manfaat. Apakah informasi itu layak untuk disimpan ataukah hanya untuk sekedar pengetahuan saja, apakah akan berguna untuk masa depan ataukah bisa menjadi sesuatu yang penting disimpan untuk suatu ketika dibutuhkan? Dan akhirnya, keempat adalah uji dampak. Pertanyaannya adalah kalau Anda melakukan sesuatu dengan informasi itu, dampaknya apa buat diri Anda dan mungkin juga orang disekeliling Anda.
Dengan segala pemahaman ini, semestinya kita bukan lagi hanya menjadi seorang pembelajar saja, tetapi juga menjadi pembelajar yang cermat. Tidak asal terima informasi, merespon setiap informasi ataupun lebih parah lagi tertipu mentah-mentah oleh suatu informasi. Baru-baru ini saja, seorang rekan saya tertipu mentah-mentah oleh seorang dari ‘mengaku’ berasal dari Afrika, anak Jendral tetapi membutuhkan tempat untuk menaruh uangnya karena perang. Tetapi, supaya uangnya bisa ditransfer padanya ia harus mengeluarkan uang dulu. Coba Anda bayangkan. Uji pertama, sumber infonya Anda tidak kenal. Kedua, isinya sendiri meragukan. Kok Anda orang percaya begitu saja untuk mau trasfer uang pada Anda. Ketiga, memang ada gunanya buat Anda kalau kalau benar, Anda bisa kaya (dan inilah satu-satulah alasan orang menaggapi informasi ini). Tapi, uji keempat, iya kalau info ini benar tapi kalau salah maka Anda akan tertipu mentah-mentah. Dari empat ujian, hanya satu kriteria lolos, maka boleh dikata informasi itu tidaklah perlu terlalu diseriusi! Semoga tulisan ini membuat kita jadi pembelajar yang lebih cerdik! Ngomong-ngomong, jangan terlalu percaya dengan apa yang Anda baca ini. Cobalah juga uji apa yang saya tulis ini juga dengan keempat ujian tersebut!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |