- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
15 tahun program kecerdasan emosional (EQ) dilaksanakan di Indonesia. Sebagai salah satu pelopor utama training EQ di Indonesia, bukanlah perkara mudah. EQ sendiri banyak disalahtafsirkan. Salah satunya banyak yang menganggap EQ itu sama dengan anger management. Selain itu, banyak juga yang menolak ikut training EQ dengan alasan: “Emangnya saya punya masalah emosi apa?”
15 tahun perjalanan memperkenalkan EQ di Indonesia ternyata tidaklah mudah. Selain asing dengan istilah EQ. Banyak juga perusahaan ataupun organisasi yang masih berpikir bahwa training soft skills adalah sesuatu yang sia-sia.
Di sisi lain, EQ sendiri dianggap tidak ada bedanya dengan pelatihan komunikasi ataupun interpersonal. Makanya, butuh waktu dan energi untuk membuat masyarakat korporat dan organisasi mulai “buy in” untuk belajar EQ.
Sebenarnya, sejak dipopulerkan di tahun 1995an oleh Daniel Goleman lewat bukunya, “Emotional Intelligence : Why It Matter More Than IQ” ada beberapa situasi yang membuat EQ justru dipandang semakin penting. Adapun ke-3 alasannya:
1. Statement-statement dari para Public Figure
Beberapa public figure nyata-nyata menyebutkan pentingnya EQ. Mulai dari para artis, hingga ke tokoh bisnis. Termasuk diantaranya Bill Gates, Jack Welch hingga Jack Ma. Komentar dan statement para public figure ini soal pentingnya EQ membuat EQ semakin dianggap penting.
2. Kasus-kasus akibat rendahnya EQ
Mulai dari kasus emosi marah yang kelepasan tak terkendali. Hingga kasus bunuh diri akibat emosi kesedihan yang berujung pada depresi. Semuanya menjadi petanda makin dibutuhkannya ketrampilan mengelola emosi. Ditambah begitu banyaknya kasus orang pintar yang karirnya tak kemana-mana gara-gara faktor EQnya yang bermasalah. Hal tersebut membuat EQ makin dibutuhkan.
3. Buku-buku dan hasil riset
Sejak istilah EQ ini muncul hingga sekarang,ada begitu banyak buku hingga riset yang membahas soal kecerdasan emosional. Jika dulu,ketika menyebutkan istilah EQ, masih banyak yang asing. Tapi berkat publikasi dan media yang membahasnya, EQ menjadi istilah yang makin populer. Bahkan, salah satu buku populer yang diperkenalkan oleh lembaga HR Excellency di Indonesia soal kecerdasan emosional (EQ) yakni “Emotional Quality Management” telah terjual sekitar 35.000 exemplar di Indonesia.
Lantas, apa rahasianya untuk bisa secara konsisten mengajarkan dan mengembangkan EQ di Indonesia? Inilah ke 4 alasan yang menjadi rahasia training EQ di Indonesia.
1. Kaitan dengan Business Case
Artinya,ketika memperkenalkan EQ di Indonesia,business casenya harus jelas. Itulah sebabnya tatkala memperkenalkan EQ, pembelajaran pertamanya adalah membuat peserta paham bahwa EQ itu bukan hal abstrak. Tapi, justru sesuatu yang terkait langsung dengan bisnis ataupun operasional organisasi sehari-hari. Jadi EQ merupakan sesuatu yang serius.
2. Mindset, Skillset, Toolset
Kalau hanya sekedar informasi saja, maka semua orang bisa mencarinya via mesin pencari. Makanya, jika hanya kasih info soal EQ, itu sudah usang. Bertahun-tahun mengajarkan EQ di Indonesia membuat HR Excellency mulai fokus untuk mengajarkan skillset dan toolset berupa solusi tips yang jelas serta hal yang bisa langsung dipraktekkan. Karena itulah,salah satu hal terpenting dalam pengajaran EQ adalah membekali peserta dengan tips-tips yang mudah diaplikasikan.
3. Umpan Balik + Action Plan
Ketika belajar EQ, orang pingin tahu EQ mereka bagus atau tidak. Makanya dalam program ini peserta mendapat masukan berupa hasil test yang bisa menunjukkkan di mana level EQ mereka saat ini. Namun, tahu levelnya saja tidak cukup. Peserta harus diberitahu bagaimana cara meningkatkannya. Makanya, peserta menfapatkan juga petunjuk praktis dalam buku, CD bahkan konseling secara langsung. Sudah sangat biasa jika dalam ptogram EQ yang diberikan oleh HR Excellency di korporat dimana peserta mendapat kesempatan untuk bicara langsung dengan para konselor ataupun psikolog di HR Excelleny mengenai cara mengembangkan EQ mereka. Selain itu mereka mendapatkan buku action plan hingga kalender penuntun untuk mengembangkan kecerdasam emosional. Ini menunjukkan kalau pengembangan EQ tidak boleh setengah hati.
4. Traine dan Fasilitator yang Terus Update Ilmu dan Update Materinya
EQ terus berkembang maka seyogyanya para trainerpun terus mengembangankan diri mereka terus menerus. Dan ujung-ujungnya, updatenya para trainer juga bisa berdampak pada update ilmu yang mereka sampaikan kepada peaerta. Bahkankepada peserta training, mereka pun diundang untuk hadir kembali di training2 update setiap 2 tahun sekali secara free, alias gratis untuk update ilmu EQ yang mereka peroleh.
Kalau boleh disimpulkan, kuncinya satu: komitmen serta passion. Antusiasme lembaga kami pada pengembangan EQ itulah yang membuat hingga sekarang setelah 15 tahun berjalan, kami masih tetap dipercaya menjadi lembaga yang mengajarkan EQ di berbagai perusahaan nasional dan multinasobal terkemuka di Indonesia!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |