- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
“To know, not to do is not yet to know!” (Zen Wisdom)
Apakah belajar itu? Pembelajaran, menurut ilmu Psikologi Belajar adalah ketika terjadi suatu perubahan perilaku. Saat itulah, baru dikatakan bahwa seseorang itu belajar.
Diantara berbagai pengalaman kami dalam mengajarkan ilmu Kecerdasan Emosional (EQ) di lembaga HR Excellency, inilah salah satu pengalaman kami yang tak terlupakan.
Kami masih ingat pada saat seorang Kepala HC (Human Capital) perusahaan ini menghubungi. Ngomong-ngomong, ini adalah perusahaan farmasi multinasional dengan fokus pada produk-produk obat yang dijual bebas (OTC). Salah satu produknya adalah produk multivitamin terkemuka yang iklannya bisa ditemukan dimana-mana di Indonesia.
Problemnya, ada seorang karyawan wanita senior. Seniornya dalam artinya lama bekerja, bukan dalam posisi. Saat diceritakan, posisinya adalah Asistant Manager. Masalahnya, di penilaian terakhir, karyawan ini dianggap makin sulit diurus dan menjadi sangat negatif. Dan lebih parahnya lagi, ada suatu statement terakhir dari HR Managernya. “Kalau dia nggak berubah lagi di tahun ini, maka kemungkinan besar dia akan di-cut”. Dipotong. Alias di PHK.
Bagi kebanyakan orang di kantor, dia digolongkan sangat negatif, toxic (beracun) dan selalu defensif. Orangnya juga sangat emosional kalau dikasih masukan apapun. Karena itulah, maka diputuskan bahwa orang ini akan dikirim dalam program training EQM (Emotional Quality Management) untuk belajar EQ, dengan harapan dia akan berubah dan kalau tidak maka sungguh orang ini akan dipecat.
Dan ketika di kelas, memang di awal-awal tampaknya seorang wanita yang mukanya tidak memancarkan aura semangat sama sekali. Sampai setengah haripun, masih tampak responnya yang datar-datar saja. Tapi, berita baiknya, dia mulai mau terlibat dalam berbagai aktivitas yang dilakukan. Setengah hari kedua makin membaik hingga hari kedua selesai, dia termasuk yang cukup semangat.
Setelah itu, dengan tim kami pun, masih kontak-kotakan karena biasanya dengan para peserta punya kesempatan kontak serta ada komunitasnya juga, plus ada reminder di email buat mereka, setelah mengikut program EQ (Kecerdasan Emosional).
Seminggu lebih, kami ingat ketika si wanita ini mengirimkan WA dan bercerita panjang lebar soal kondisinya kepada tim kami. Rupanya beberapa tahun terakhir ini, ia menyimpan masalah dengan atasannya yang dia rasa tidak tahu apa-apa. Bentuk penolakannya dia tunjukkan dengan rasa permusuhannya. Menurutnya, tujuannya adalah agar atasan tidak semena-mena serta mau mengakuinya. Tapi, rupanya justru sinyal yang dia kirimkan ini, diterima dengan salah. Malah, dia dianggap provokator kekacauan. Dan singkat cerita, di salah satu email kami kepadanya akhirnya salah satu trainer kami cerita blak-blakan memberi tahu kepadanya bagaimana penilaian perusahaan kepadanya, termasuk dia akan dipecat kalau tidak berubah. Herannya, dia tidak merasa kaget sama sekali.
Tapi, bagusnya di jawaban email yang berikutnya dia mengatakan kalau dulu dia merasa senang bisa “memberi pelajaran” kepada atasan dan manajemen dengan sikap kooperatifnya, justru sekarang dia semakin paham betapa “konyolnya” sikap dia. Akhirnya, dia mulai melihat dari dirinya dan mecoba membayangkan bagaimana “berempati” dengan atasan, perusahaan dan mendudukkan diri pada posisi manajemen. Ngomong-ngomong, empati, adalah salah satu pelajaran penting di EQ, yakni bagian penyadaran orang lain (social awareness).
Yang kami tahu, ternyata setelah training si wanita ini mendatangi bagian HC dan berterima kasih telah diikutkan dalam program training tentang EQ. Malahan, bagian HC-nya sempat bertanya, “Memangnya di training, diajarkan untuk mengucapkan terima kasih ya?”. Kami hanya mengatakan bahwa hal itu murni inisitaifnya si karyawan itu. Namun yang jelas, sikapnya mulai berangsur membaik.
Malahan, kisah dari HC Manager yang menarik adalah tatkala ada suatu project yang dijalankan oleh Global, yang awalnya amat memberatkan pekerjaan administrasi. Herannya, kata HC managernya, si wanita senior ini bisa menasihati temannya di ruang presentasi, untuk mendukung dan positif dengan program ini. Sesuatu yang mengherankan sampai-sampai ada yang nyeletuk, “Tumben loe nggak antipati sama program-program Global”. Dengan lucunya dia menjawab, “Kan faktor U (factor Usia). Jadi mesti makin “wise” (bijaksana) untuk melihat masalah”.
Menurut HC, berangsur-angsur, sikap dan perilakunya semakin positif. Dan yang membuat lega adalah tatkala di akhir tahun ini, si wanita ini justru dipertahankan sebagai karyawan dan tidak dikeluarkan. Dan beberapa tahun lewat dari program EQ ini, si karyawan ini masih tetap bekerja di perusahaan farmasi Global ini.
Bertahun-tahun kemudian, pernah suatu kali kami melakukan workshop di perusahaan ini. Dan ketika bertemu lagi dengannya, dialah yang dengan penuh semangat menyapa kami, duduk paling depan dan paling bersemangat. Sungguh orang yang auranya beda!
Pada saat mengajar di kelas, setiap kali kami memandang pada wanita senior ini, tim kami selalu teringat nada suara lemas dari HC Managernya yang dulunya pernah begitu putus asa dan nyaris memecat orang ini.
Entah, kalau dia tidak pernah berubah, apa jadinya nasibnya!
Kami menceritakan kisah ini untuk bersyukur bahwa kadangkala melalui program-program training yang kami jalankan, menjadi bagian dari cara yang bisa menyelamatkan dan membantu orang. Itulah yang membuat kami bersemangat dengan pekerjaan sebagai trainer di HR Excellency!
Notes:
Oya di tahun ini, kembali kami akan melakukan program training EQ (Kecerdasan Emosional) yang ikut membantu banyak perubahan orang. Kalau tertarik mengikutinya silakan join dalam program Kecerdasan Emosional yang kami selalu adakan dua kali dalam setahun.
Info lengkap silahkan klik
Atau ditanyakan melalui email: info@hrexcellency.com
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |