
- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Sengaja quote tersebut saya jadikan sebagai judul tulisan ini. Agak panjang, tapi itulah yang ingin saya sampaikan.
Saya teringat pernah bertemu dengan seorang direktur sukses di sebuah kota di Jawa Tengah. Saat itu, dalam obrolannya dengan sedih ia berkata, “Banyak orang melihat saya sukses. Tapi, kalau seandainya meja tempat kerja saya bisa bicara entah berapa banyak air mata yang menetes di atasnya”. Ternyata si direktur ini memang sangat cerdas. Saking cerdasnya toleransi dan empatinya menjadi sangat rendah. Bahkan dengan keluarganya sendiri. Sampai akhirnya, anak dan istrinya pun pergi menetap ke kota lain.
Begitulah kalau kita perhatikan, banyak kisah orang pintar secara intelektual yang berakhir tragis. Termasuk diantaranya kisah sedihnya Erip Clapton. Awalnya dia termasuk seorang pekerja keras yang sangat cerdas di bidang musik. Sayangnya kepalanya hanya dicurahkan ke soal musik dan kesuksesannya. Begitu sadar, sudah terlambat. Anaknya Conor, terjatuh dari kondominium tempat tinggalnya, di bulan Maret 1991. Ia pun menyesal karena justru jauh saat anaknya meninggal. Padahal, ia sudah berjanji untuk menjadi ayah yang baik bagi anaknya. Maka sebagai bentuk penyesalan ia pun menulis album “Do You Know My Name” yang terkenal. Lagu ini menjadi hits. Tapi, hingga sekarang, ini menjadi penyesalannya Erip Clapton.
Nah, begitulah ditengah pecutan motivasi dan kompetisi untuk menjadi sukses, kita butuh kecerdasan emosional untuk menjadi lebih peka. Bagaimanakah EQ bisa membuat kita sukses sekaligus bahagia?
Pertama, EQ membuat kita lebih sadar dengan kehidupan kita. Ada bagian “mindfulness” dalam komponen kecerdasan emosi yang membuat kita lebih peka dan sadar dengan apa yang terjadi. Kadangkala kita melihat ada begitu banyak orang sukses, yang membuat begitu banyak orang menjadi iri. Tapi, ia sendiri tidak sempat merasakannya. Betapa kasihannya.
Kedua, EQ punya komponen kemampuan kita untuk mengelola mood kita setiap hari. Tahukah Anda salah satu penyakit orang kaya adalah depresi. Ini juga faktor yang banyak membuat orang kaya dan sukses, bunuh diri. Nah, dengan elemen emosi kita punya “senjata” untuk tidak membuat diri kita terpuruk dalam rasa sedih ataupun kehampaan yang berkepanjangan. EQ yang baik membuat kita bukan dikontrol tapi kitalah yang mampu mengontrol emosi kita.
Ketiga, ada bagian dari EQ yakni tujuan mulia (noble goal) yang membuat hidup kita bukan hanya untuk tujuan finansial semata. Dengan demikian, hidup kita menjadi bermakna. Masih ingatkah Anda surat viral yang konon katanya ditulis oleh Steve Jobs menjelang kematiannnya. Isinya cukup sedih. Intinya, hidup perlu dihargai dengan kebermaknaan yang tinggi, bukan hanya buat diri sendiri tapi juga lingkungan dan sesama. Banyak kehidupan orang sukses yang berakhir dengan hampa karena hanya untuk dirinya saja.
So, apakah Anda termasuk diantara manusia yang sukses namun tidak bahagia?
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |