- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Film Inside Out yang ditunggu-tunggu sejak tahun lalu, akhirnya beredar. Soalnya, trailer film ini telah beredar sejak November tahun lalu dan mulai dipromosikan. Orang-orangpun dibuat penasaran dan menunggu filmnya tayang.
Dan sejak beredarnya, film ini pun langsung menjadi film terlaris dibanding film-film sebelumnya di tahun ini. Diperkirakan, film anak-anak ini akan jadi film terlaris di tahun 2024 ini. Jarang lho, film anak-anak yang bisa menjadi film terlaris dan paling hit. Dan setelah disurvei, penggemar film ini ternyata memang bukan cuma anak-anak, orang dewasa bahkan orang tua yang menemani anaknya pun jadi terbawa perasaannya oleh film menarik ini.
Secara logis, sebenarnya ada 3 hal yang membuat film ini sangat laris. Pertama, karena film ini tayang pada saat musim liburan yang pas, sehingga ini menjadi film hiburan buat anak-anak di seluruh dunia. Kedua, kualitas film dan alur intensitas ketegangan di film ini yang bagus sehingga jadi tak membosankan. Meskipun banyak kritik yang mengatakan bahwa dari sisi plot ceritanya, boleh dikatakan lebih kaya seri pertamanya. Ketiga, film ini sesuai temanya, bisa mengaduk-aduk emosi. Hebatnya, meskipun animasi, ada momen yang bisa membuat kita ketawa karna lucu, ada saat kesel, ada saat marah dan ada momen yang mungkin bisa membuat kita meneteskan air mata.
Oya sedikit cerita buat Anda yang belum nonton dan tidak tahu soal film Inside Out. Film ini latar belakangnya menarik. Awalnya film ini diinspirasi dari seorang ayah, yakni Peter Hans Docter, yang anaknya bermasalah sehinga harus konsultasi bolak balik ke psikolog remaja. Dari situlah, Peter Docter yang lantas jadi sutradara film seri pertama ini terinspirasi membikin film ini. Dibutuhkan nyaris 5 tahun buat menjadikan ide film seri pertama terwujud. Film pertama dirilis tahun 2015. Dan di seri pertama diceritakan bahwa ada 5 emosi yakni Joy (gembira), Sadness (sedih), Anger (marah), Jijik (disgust) serta Fear (takut) yang berlomba-lomba untuk menguasai dan mengendalikan pikiran si anak remaja putri yang bernama Riley Andersen.
Lalu, di seri kedua diceritakanlah soal Riley yang sudah dewasa yakni 13 tahun. Hobinya Riley adalah hoki es (ice hockey). Permainan ini mirip sepak bola, hanya saja jumlah pemainnya 6 orang. Dan semua pemainnya menggunakan sepatu skating sehingga meluncur dengan cepat sambil memasukkan bola dengan menggunakan tongkat hoki (stick hockey). Dalam film ini diceritakan Riley pun punya dua sahabat yakni Bree dan Grace.
Nah, apa sih pembelajaran penting dari film Inside Out 2 ini? Maafkah, kalau ada spoiler yang mungkin tersampaikan (tapi saya usahakan tidak memgungkapkannya). Tapi, percayalah film ini tetap menarik diikuti meskipun Anda sudah tahu spoilernya. Ada banyak pesan kehidupan yang disampaikan lewat film ini.
Yuk, kita bahas 10 pembelajaran pentingnya!
1. Emosimu menentukan sudut pandangmu. Masih terkait dengan film Inside Out pertama. Film inipun mengajarkan bahwa siapa emosi yang memencet tombolmu, akan menentukan sudut pandangmu. Intinya bukan apa yang terjadi, tapi emosi mana yang menguasaimu, itulah yang akan mempengaruhi cara berpikirmu. Misalkan, mungkin saja Anda sedang berolah raga yang harusnya senang. Tapi karna yang pencet tombol adalah si sedih, tiba-tiba Anda berolah raga sambil mengingat pengalaman sedih.
2. Tidak ada emosi positif dan negatif. Film ini masih selaras dengan tema film pertama bahwa semua emosi itu diperlukan dalam hidup kita. Kadang kita lebih suka dengan satu emosi tertentu, padahal Tuhan memberi semua emosi itu sebuah tujuan tertentu. Dalam film ini pun ada emosi yang dicoba dikesampingkan karena dianggap mengganggu buat sebuah tujuan. Tapi akhir film ini pun masih mengajarkan bahwa semua emosi itu dibutuhkan agar kita bisa seimbang. Dan setiap emosi ada manfaatnya buat keseimbangan hidup kita.
3. Jangan biarkan hidup kita didominasi satu emosi saja. Seringkali, karena suatu kejadian, hidup kita jadi didominasi satu emosi. Misalkan saat berduka, kita didominasi perasaan sedih. Atau, ketika kita terlalu bangga dan sukses, kita didominasi perasaan senang saja, sampai jadi terlalu berlarut-larut. Sampai akhirya kita jadi lupa diri dan tak terkendali. Film ini menggambarkan bahwa kita pun butuh penyeimbang dari emosi lain. Misalkan saat kecewa, kita masih bisa belajar melihat kebahagiaan dari peristiwa itu. Jadi jangan biarkan hidup kira hanya dominan oleh satu emosi saja. Justru emosi yang kaya itulahbyang membuat hidup kita jadi indah.
4. Makin bertambah usia, emosi kita makin kompleks. Film ini berkisah soal Riley yang tiba-tiba memasuki masa pubertas dengan emosi yang makin kompleks. Di film ini, muncul 4 emosi tambahan yakni Anxiety (cemas), Envy (iri), Embarrasment (malu) serta Ennui (ogah, males). Dan karna tambahan keempat emosi ini, hidup Riley pun makin kompleks dan makin banyak bergerak dari satu emosi ke emosi lainnya, seperti kayak roller coaster. Dan memang begitulah, makin bertambah tua kita, emosi kita pun jadi makin kompleks pula.
5. Jati diri kita, ditentukan oleh pengalaman masa lalu. Di seri film yang kedua ini mulai bicara soal Sense of Self atau Jati Diri. Ternyata, jati diri kita ditentukan oleh pengalaman masa lalu kita. Jadi, gabungan-gabungan dari pengalaman masa di masa lalu yang mirip itu, akan membentuk satu jaringan yang akhirnya akan membentuk keyakinan soal “siapa diri kita”. Keyakinan soal siapa diri kita itulah yang menjadi sense of self atau jati diri kita. Misalkan, ketika kita mengatakan, “Saya hebat!”, maka keyakinan ini ditopang oleh banyak pengalaman kita sebelumnya.
6. Jati diri kita tertanam begitu dalam, tapi bukan berarti tak bisa diubah. Dalam film yang temanya sangat pilsikologis ini mengajarkan bahwa Jati Diri, atau yang disebut Sense of Self ataupun konsep diri (Self Concept) kita tertanam begitu dalamnya di dalam keyakinan kita. Makanya tak gampang untuk mengubah seseorang yang yakin bahwa, “Aku ditakdirkan buat jadi pecundang” (I’m a loser). Tapi itu bukannya tak mungkin diubah. Tapi untuk mengubahnya kadang keyakinan yang lama harus diganti dengan hal-hal lain yang mungkin selama ini diabaikan. Sedikit tips dari film ini adalah memasukkan unsur “bosan” atau “meragukan” keyakinan yang lama. Maka, perlahan-lahan keyakinan lama mungkin bisa dihancurkan.
7. Jangan membuang pengalaman yang tak menyenangkan. Dalam film ini selain ada emosi yang dicoba dibuang, ada juga pengalaman-pengalaman buruk yang dicoba dibuang jauh. Tapi kenyataannya, pengalaman lama itu tak pernah terbuang, semuanya tetap tertimbun jauh di dalam pikiran kita. Suatu saat timbunan pengalaman buruk itu mungkin akan menghantui kita kembali. Makanya kita butuh berdamai dengan pengalaman buruk kita. Bahkan pengalaman buruk itu, bisa mengantar dan menciptakan kita menjadi manusia yang lebih baru dan lebih baik.
8. Semua anak itu unik, berdamailah dengan kondisi mereka. Psst! Sabarlah, setelah film ini selesai, jangan buru-buru keluar. Masih ada satu potongan kecil setelah tayangan-tayangan nama pemain dan semua crew yang terlibat. Tunggu sampai selesai maka ada satu potongan post credit di bagian akhirnya. Nah, pas di bagian nama-nama crew yang panjang ada satu kalimat di bagian akhir persembahan yang menarik, kalau Anda jeli membacanya yakni “This film is dedicated to our kids. We love you the way you are”. Maka film ini mengandung pesan berharga buat para orang tua. Anak kita memang unik, berbeda dan punya cara mereka masing-masing. Tapi hargai dan cintailah mereka, apapun situasinya.
9. Dibalik perilaku yang kita anggap salah, mungkin ada intensi baik dibaliknya. Dalam film ini, diceritakan soal problem yang terjadi gara-gara ada emosi yang mencoba mengambil kendali. Meskipun hasilnya adalah kekacauan dan kita dibuat benci sekali dengan emosi itu, tapi kalau diperhatikan, niat awalnya sebenarnya baik. Bukankah itu seringkali terjadi? Seorang anak yang niatnya kasih anjing kesayangan maminya dengan coklat kesukaannya. Tapi, anjing itu nyaris mati karna pencernaan anjing jadi bermasalah dan dia pun dimarahin habis-habisa oleh maminya. Kalau diperhatikan, niatnya sebenarnya baik. Hatinya baik, hanya saja hasilnya yang kacau. Sehingga, tidak perlu dijudge atau dihakimi, tapi diberitahu bahkan dibantu.
10. Jangan coba bentuk seseorang menurut keyakinanmu Seringkali, kalimat yang diulang beberapa kali di suatu film, adalah pesan utama yang mau disampaikan. Dan dalam film ini ada kalimat yang berulang kali disampaikan oleh beberapa emosi yakni, “Kamu tidak berhak menentukan siapakah diri seseorang”. Begitupun, film ini mengajarkan satu pesan soal yang sebenarnya sangat bagus buat parenting, yakni jangan mencoba menentukan siapa anak kita dengan campur tangan yang terlalu jauh. Ketika salah satu emosi mencoba ambil kendali terlalu jauh serta mencoba menentukan apa yang “baik dan buruk” hasilnya justru malapetaka. Ini juga bukan berarti pembiaran, tapi tetap memberi luang kebebasan bagi anak buat berkembang.
Mungkin beberapa pembelajaran inilah yang membuat film ini pun jadi sangat berharga bagi pelajaran bagi orang dewasa pula. Dan makanya banyak orang tua yang juga bisa belajar dari film anak-anak ini.
Begitulah 10 pelajaran penting yang mau disajikan disini. Yang jelas film ini memang memberikan pelajaran yang berharga seputar soal Kecerdasan Emosional (EQ). Dimana kita belajar soal pentingnya semua emosi itu dalam diri kita serta bagaimana kita bisa mengelolanya, dan bukannya membiarkan diri kita begitu saja dikendalikan oleh emosi-emosi itu. Tapi disisi lain, film ini pun mengajarkan pula banyak pelajaran seperti soal persahabatan, nilai moral serta soal psikologi perkembangan yang sangat berguna bagi para orang tua.
Boleh dikatakan, dari sudut pandang kecerdasan emosi (EQ) dan psikologi perkembangan, layaklah film ini dikatakan memberi kita pelajaran yang amat berharga. Dan layaklah film inj jadi film laris!
Salam Antusias!
Dr.Anthony Dio Martin
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |