Belakangan ini, istilah ‘toxic employee’ sedang menjadi tren. Dia adalah jenis karyawan pintar yang jadi masalah di kantor. Berikut ini adalah salah satu kasus yang terjadi. Sebut saja namanya adalah Arief (nama samaran) yang bekerja di bank terkemuka di Indonesia. Bagaimana sikap si Arief yang toxic ini? Ceritanya si Arief ini adalah karyawan yang dulu terkenal dengan sifatnya yang mudah tersinggung, cepat marah, dan kurang kooperatif. Bahkan atasan pun ditentangnya. Suka mengkritik, tapi ia sendiri kerjaannya banyak masalah. Banyak yang tidak mau bekerjasama dengannya dalam berbagai project di kantor. Problemnya, banyak rekan kerjanya yang mengeluh karena sulit berkomunikasi dengannya. Arief, pintar, kritis tapi kerjaannya lebih banyak ngomong, daripada memberikan hasil. Satu kesalahan kecil bisa memicu emosi Arief meledak, dan berlarut-larut menjadi masalah besar di kantor. Arief adalah tipe IQ cerdas, destruktif dan sulit diajak kerjasama. Problemnya satu, Arief nggak sadar soal perilakunya ini!
Tapi, semuanya berubah setelah bank tempatnya bekerja memutuskan untuk bekerjasama dengan HR Excellency, sebagai salah satu lembaga yang berpengalaman dalam melatih Kecerdasan Emosional (EQ) karyawan di berbagai perusahaan besar di Indonesia.
Kenapa sih Kecerdasan Emosional Itu Penting?
Kecerdasan Emosional, atau yang biasa disebut EQ, adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami, mengatur, dan mengekspresikan emosi diri sendiri dan orang lain dengan baik. Dalam buku bestseller-nya, Emotional Quality Management (EQM), Anthony Dio Martin mendefinisikan EQ sebagai “kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola emosi pada dirinya dan orang lain serta mendayagunakan secara konstruktif”. Dengan EQ yang baik, seseorang bisa berkomunikasi dengan lebih efektif, mengendalikan stres, mengambil keputusan dengan bijak, dan berkolaborasi dengan tim dengan harmonis.
Dalam dunia kerja, EQ bahkan terkadang dianggap lebih penting daripada IQ! Kenapa? Karena seorang karyawan yang cerdas secara akademik tapi tidak bisa bekerja sama dengan tim, sulit beradaptasi, dan sering berkonflik dengan rekan kerja tentu saja akan menghambat produktivitas. Itulah pula yang dikupas oleh Daniel Goleman dalam bukunya yang membuat dunia paham akan pentingnya EQ yakni “Emotional Intelligence Why It Can Matter More Than IQ”.
Perubahan Ajaib si Arief yang Toxic
Kembali ke kisah Arief. Setelah mengikuti pelatihan Kecerdasan Emosional dari HR Excellency, Arief mengalami perubahan yang signifikan. Dia mulai belajar bagaimana mengenali emosinya, apa yang memicunya, dan bagaimana cara mengendalikannya. Dia juga belajar bagaimana mendengarkan rekan kerjanya dengan lebih empatik dan berkomunikasi dengan lebih baik. Dia pun mendapatkan masukan yang berharga.
Hasilnya? Lingkungan kerja di kantornya menjadi jauh lebih harmonis. Arief yang dulu sering menjadi pusat konflik, kini menjadi salah satu karyawan yang paling dihargai. Karirnya meningkat, hubungannya dengan rekan kerja membaik, dan yang paling penting, ia merasa lebih bahagia dan puas dengan pekerjaannya. Atasan dan rekannya pun merasa Arief jauh lebih enak diajak untuk bekerjasama.
HR Excellency: Mitra Terbaik dalam Meningkatkan EQ Karyawan
HR Excellency bukan Lembaga kemarin sore. Dengan pengalamannya yang cukup lama di bidang training, para fasilitator dan trainernya mengerti betul bagaimana cara meningkatkan EQ karyawan agar dapat memberikan kontribusi terbaik untuk perusahaan. Melalui metode pelatihan yang terstruktur, efektif, namun fun, banyak perusahaan di Indonesia yang telah merasakan manfaat dari layanan mereka.
Kesimpulannya, Kecerdasan Emosional bukan hanya soal mengendalikan emosi, tapi juga tentang bagaimana kita berinteraksi, berkolaborasi, dan memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Dan jika Anda merasa perusahaan Anda membutuhkan bantuan dalam hal ini, HR Excellency adalah mitra Anda yang siap memberikan dukungan kepada Anda!
 |
 |
