- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Sebuah kejadian memalukan, kadang bisa jadi hikmah. Ini pengalaman memalukan yang saya alami pagi menjelang siang ini, di ruang training di daerah Pondok Indah.
Situasinya, saya sedang mengajar kelas ekslusif yang diperuntukkan bagi para leader. Pas lagi mengajar, tiba-tiba dengan begitu bersemangatnya saya mengekpresikan diri dengan agak jongkok. Persoalannya adalah hari ini saya menggunakan celana bahan slimfit yang rada ketat. Akibatnya, celana panjang bagian dalam di sebelah kiripun robek! Problem-nya, karena robeknya pas teriak, jadi saya pun tidak merasakan apapun sama sekali. Saya masih mengajar dengan begitu semangatnya. Entah berapa lama. Hingga akhirnya, ada seorang peserta cewek yang baik hati, menuliskan sesuatu di post it note dan memberikan kepada class leader kami yakni Bu Dian di belakang mungkin karena takut mengganggu saya. Isi tulisannya, “For Pak Anthony: celana bagian kiri dalam“. Sopan, dan tidak menjelaskan detil. Mungkin dia takut saya merasa malu.
Pas ada momen, saya lagi memutarkan video pembelajaran. Dan dengan tergesa-gesa, Bu Dian menghampiri dan memberitahu, “Pak, celana kirinya robek”. Saya melihat dan astaga!! Robek yang panjang dan serius. Robeknya sampai ke atas mendekati, maaf, bagian celana dalam. Dan dari luar, sudah terlihat celana dalamnya. Saya bayangkan berapa lama saya mengajar dengan posisi itu. Well, untungnya (masih ada untungnya lho!) saya menggunakan celana boxer yang agak tebal. Jadi ya kelihatan seperti pakai celana berenang. (Semoga aja, harapanku sih!)
Harus kuakui, tetap saja sebenarnya tidak kelihatan nyaman kalau dilihat. Eh, video pun masih berputar dan Bu Dian ternyata punya satu peniti. Lumayan.
Sebenarnya, saat itu, saya melihat Bu Dian yang turut cemas dengan kondisi saya. Tapi, sayapun pikir, toh sudah terjadi, apa langkah berikutnya itulah yang penting. Bu Dian lantas berusaha cari peniti lagi (atau stapler) sambil kontak ke rumah agar segera dikirimkan celana panjang yang lain. Sementara itu, saya masih harus tetap pakai celana panjang yang robek ini.
Lalu, bagian atas yang dekat celana dalam pun, saya penitikan. Video pun selesai. Dan saya harus masuk dan terlihatlah wajah peserta yang melihatku dengan cemas. Terutama wanita yang duduk di depan, yang “menuliskan notes” itu. Lantas, dengan tenang (dan juga pasrah sih) saya mengaku kepada peserta, “Baru aja bicara soal perubahan. Eh, tadi mungkin ada yang lihat ya kalau celana saya pun robek, kondisi yang nggak biasa. Ya udahlah hal-hal yang nggak diharapkan bisa terjadi” Dan kepada peserta wanita yang berbaik hati menuliskan post it note itu saya pun bercanda, “Tadi nggak konsen liatin celana saya ya..?” Semua peserta pun tertawa. Untungnya, peserta pun tampaknya sangat pengertian. Tidak menghakimi dan itu pun membuat saya bisa melanjutkan training di kelas hingga break makan siang.
Oya, saat ada break pendek karena ada video yang ditampilkan lagi, saya didatangi lagi oleh Bu Dian dengan peniti keduanya! Lumayan! Total akhirnya dua jam berikutnya hingga makan siang, saya tutupi “celah celana” itu dengan dua peniti! Alhasil, saya pun mengajar kembali dengan semangat pakai celana robek yang sudah “di-dua-penitikan” itu.
Terus, waktu makan siang, ada peserta lain yang menghampiri dan bercandain lagi, “Ayo Pak pergi shopping! Kayaknya Bapak break-nya jangan disini, tapi mesti ke Pondok Indah Mall sambil beli celana”. Candaan ini, buatku lebih melegakan. Artinya, it’s not a big deal buat peserta.
Pas menjelang akhir makan siang, celana panjang pesanan yang dikirim salah satu anggota tim dari kantor tiba dan saya pun mengganti celana panjang itu. Peserta yang melihat celana panjang saya yang berganti, hanya senyum aja! Masalah pun selesai.
Entah mengapa hari ini memang banyak kejadian “unik”. Paginya, LCD mengajar saya diganti sampai tiga buah karena bermasalah. Suara laptop yang tak keluar, dll. Siangnya ada masalah dengan celana. Tapi, yang penting hari ini, juga ada pembelajaran penting.
Intinya, kalau ada masalah. Nggak perlu panik. Panik tak menyelesaikan masalah. Fokuslah pada solusinya, itu lebih penting.
Kadangkala, kita pun seringkali membesar-besarkan masalah. Misalkan, bisa saja saat celana panjang saya ini robek saya merasa malu dan jadi grogi mengajar karena takut penilaian peserta. Nyatanya, peserta cukup matang, dewasa dan malahan sangat berempati dan pengertian. Mereka tak merespon yang membuat saya merasa makin malu dan grogi malah beri respon yang supportif. Jadi, kadangkala kitalah yang membesar-besarkan masalah kita.
Lalu, antisipasi dan siaplah terhadap hal buruk. Umumnya, kalau mengajar saya membawa toolbox yang berisi beragam macam “perkakas” termasuk peniti atau stapler yang bisa dipakai dalam situasi ini. Kita tak pernah tahu, kadang ada aja “kecelakaan kecil” atau kekacauan” seperti ini yang bisa terjadi. Ketika terjadi, mestinya kita punya tools yang sudah kita siapkan untuk antisipasi.
Terakhir, kalaupun lolos dari antisipasi kita, santailah dan tetaplah tenang. Sikapi dengan lebih santai, tenang, ataupun bisa dijadikan bercandaan, membuat situasi tidak bertambah runyam.
Oya, ini dia foto tulisan dari peserta itu, dan lihat deh kondisi celana yang robek setelah dikasih peniti.
Memalukan, tapi juga menyadarkan. Itu celana yang nggak kepake selama nyaris dua setengah tahun karena pandemi! Apakah ada hubungannya? Entahlah!
Salam Antusias!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |