- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Kami ingin mulai dengan sebuah kisah menarik. Kisah ini sebenarnya berasal dari buku “That’s Not How We Do It Here” yang ditulis oleh John Kotter. Buku ini beberapa kali disampaikan oleh Master Trainer dari HR Excellency dalam sesi pelatihan dan workshop Change Management, karena menawarkan perspektif mendalam mengenai perubahan organisasi.
Ceritanya berkisar pada kehidupan sebuah klan meerkat di padang Kalahari, yang awalnya terjebak dalam rutinitas, kemudian menemukan cara baru untuk beradaptasi dengan tantangan yang semakin kompleks.
Klan ini dipimpin oleh Moro dan Mara, bersama enam kepala kelompok lainnya. Setiap anggota meerkat punya peran masing-masing dalam menjaga klan. Namun, masalah muncul ketika burung pemangsa menyerang secara tiba-tiba, menyebabkan luka dan kematian pada beberapa meerkat. Dalam suasana panik, Mara, pemimpin tertua yang emosional, menyalahkan semua kepala kelompok karena dianggap gagal melindungi klan. Aturan menjadi semakin ketat, dan setiap bentuk inovasi serta kreativitas ditekan.
Salah satu meerkat bernama Ayo mencoba memberikan solusi baru dengan cara memantau dari atas pohon, tetapi upayanya justru dianggap sebagai pelanggaran dan dia dipecat. Bersama Nadia, kakak tertua yang penuh rasa ingin tahu dan keinginan untuk berubah, mereka memutuskan untuk meninggalkan klan dalam mencari kelompok baru yang lebih adaptif.
Perjalanan mereka mempertemukan dengan klan lain yang dipimpin oleh Lena, seorang pemimpin inspiratif. Di sini, mereka menemukan bahwa setiap anggota memiliki kesempatan untuk berinovasi dan ide-ide baru disambut dengan baik. Namun, kelompok ini pun menghadapi tantangan baru karena kurangnya struktur dan disiplin. Akhirnya, Nadia dan Ayo menyadari perlunya menggabungkan sistem lama yang terstruktur dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan inovatif dari klan Lena.
Setelah kembali ke klan asal mereka, Nadia berbagi pembelajaran ini. Dengan kombinasi pendekatan struktur yang ketat dan fleksibilitas untuk inovasi, klan mereka berkembang pesat, menjadi contoh yang paling sukses di Kalahari.
1. Kebutuhan Akan Kepemimpinan yang Visioner dan Adaptif: Seperti Lena yang mendengarkan setiap ide dan mendorong inovasi, organisasi memerlukan pemimpin yang dapat memberikan inspirasi sekaligus berani mengadopsi perubahan. Pemimpin yang visioner membantu organisasi merespons perubahan lingkungan dengan cepat dan tepat.
Contoh Bisnis: Steve Jobs dengan visinya yang selalu inovatif mampu mengubah Apple dari perusahaan yang stagnan menjadi salah satu raksasa teknologi dunia.
2. Kombinasi Antara Struktur dan Fleksibilitas: Struktur organisasi diperlukan untuk memastikan disiplin dan efisiensi, tetapi fleksibilitas memungkinkan ide-ide baru tumbuh dan berkembang. Klan Lena berhasil memanfaatkan ini, sementara klan Moro dan Mara gagal karena terlalu kaku.
Contoh Bisnis: Google memberikan karyawannya kebebasan untuk menghabiskan 20% waktu kerja mereka pada proyek-proyek yang mereka minati, namun tetap ada sistem evaluasi dan struktur kerja yang jelas.
3. Inovasi Harus Didorong dan Difasilitasi: Ayo dipecat karena mencoba metode baru, menunjukkan bahwa dalam lingkungan yang menolak inovasi, kreativitas akan terhambat. Organisasi perlu menciptakan budaya yang mendorong dan memberi penghargaan pada inovasi.
Contoh Bisnis: 3M mendorong inovasi dengan menyediakan waktu dan sumber daya bagi karyawan untuk bereksperimen, dan dari sinilah muncul produk seperti Post-it Notes.
4. Pentingnya Mendengarkan dan Melibatkan Semua Anggota: Lena mendengarkan ide dari Tamu, seekor meerkat biasa, dan memberinya kesempatan untuk memimpin. Organisasi yang sukses adalah yang mendengarkan setiap anggotanya, bukan hanya pemimpin atau manajer senior.
Contoh Bisnis: Toyota menerapkan konsep “Kaizen,” di mana setiap karyawan diberi kesempatan untuk memberikan masukan tentang perbaikan proses kerja, yang berkontribusi besar pada kesuksesan mereka dalam industri otomotif.
5. Kesediaan untuk Berefleksi dan Menerima Kritik : Saat Lena mengundang rapat untuk membahas masalah yang terjadi, dia membuka diri terhadap masukan dan kritik. Ini menunjukkan pentingnya pemimpin dan organisasi untuk mau mendengarkan feedback serta beradaptasi.
Contoh Bisnis: Netflix secara terbuka mengakui kesalahan mereka dalam memisahkan layanan streaming dan DVD pada tahun 2011 dan kembali menyatukan layanan mereka, yang kemudian menjadi salah satu kunci kesuksesan.
6. Pentingnya Persiapan dan Respons Cepat Terhadap Perubahan: Ketika hujan tiba-tiba datang, klan Lena belum siap. Ini mengajarkan bahwa organisasi harus selalu siap dengan perubahan dan memiliki rencana darurat untuk setiap kemungkinan.
Contoh Bisnis: Amazon selalu siap menghadapi lonjakan permintaan, terutama saat musim belanja seperti Black Friday, dengan mempersiapkan stok dan sistem logistik yang mumpuni.
7. Kolaborasi dan Sinergi Menciptakan Keunggulan: Kombinasi antara disiplin dan inovasi akhirnya menciptakan klan yang paling kuat di Kalahari. Dalam organisasi, kolaborasi antara berbagai departemen, fungsi, dan ide menghasilkan solusi yang lebih komprehensif dan efektif.
Contoh Bisnis: Procter & Gamble berhasil meluncurkan berbagai produk baru setelah mendorong kolaborasi lintas departemen melalui program “Connect + Develop,” yang menggabungkan ide-ide dari berbagai divisi perusahaan.
Organizational readiness to change bukanlah tentang memilih antara mempertahankan struktur atau mengadopsi fleksibilitas. Ini tentang menyelaraskan keduanya, menciptakan budaya yang mendukung inovasi, dan memiliki pemimpin yang berani dan visioner. Seperti klan meerkat yang belajar untuk beradaptasi, organisasi yang siap berubah akan mampu bertahan dan berkembang dalam lingkungan yang terus berubah.
Ingatlah, kita mesti percaya, perubahan bukanlah ancaman, melainkan kesempatan untuk berkembang menjadi lebih baik.
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |