- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Kata “Agile” atau “Agility”, kini menjadi kata kunci penting bagi pemimpin masa sekarang. Disrupsi, di segala aspek bisnis, pandemic serta perubahan landscape bisnis, menuntut pemimpin yang ‘cerdas bermanuver’. Kadang teori tidak bisa dipakai lagi. Yang dibutuhkan, nyali, kegigihan, lincah dan agak “edan”. Itulah bagian dari jadi pemimpin yang punya ‘agility‘. Nah, apa contoh dan bagaimana menjadi leader yang agile? Apa pula tipsnya? Dalam tulisan yang didasarkan dari di radiotalk Smart Emotion bersama Bp Anthony Dio Martin, pakar EQ Indonesia kita akan membahas bagaimana tips menjadi pimpinan yang AGILE itu!
Sebenarnya, kalau kita perhatikan situasi sekarang. Seorang leader harus bisa memimpin dirinya dan timnya, paling nggak melewati 6 tantangan kehidupan penting ini:
(1) Tantangan kesehatan;
(2) Tantangan perubahan pola hidup;
(3) Tantangan perubahan pola kerja;
(4) Tantangan perubahan pola interaksi;
(5) Tantangan perubahan finansial;
(6) Tantangan perubahan sumber stres (stresor);
Ke-6 tantangan situasi ini berdampak besar terhadap kondisi kerja di saat ini.
Bill Gates pernah bilang, “Success today requires the agility and drive to constantly, rethink, reinvigorate, react, and reinvent.” Kesuksesan sekarang butuh seseorang buat lincah dan mendorong dirinya buat terus-menerus berpikir ulang, mendapatkan energi baru, merespon dan memperbaharui dirinya. Itu adalah kalimat yang perlu kita renungkan bersama, bukan hanya buat para pemimpin organisasi saat ini.
Mau contoh?
Ada dua contoh menarik, kalau kita pakai contoh di dunia bisnis. Dulu, sebelum kita kenal Netflix, ada yang namanya Blockbuster. Mungkin, kita di Asia nggak terlalu kenal, tapi Blockbuster ini sangat sukses dan terkenal di Amerika dan Kanada. Itu adalah tempat penyewaan video yang sangat komplit dan terkenal! Beberapa tahun kemudian, muncullah penyewaan video yang bisa diantar. Intinya, orang bisa tentukan video apa yang dikehendaki dan akan diantarkan ke rumah. Ancaman itu sebenarnya diketahui oleh Blockbuster. Tapi mereka anggap, “Ah penyewaan rumahan ini terlalu kecil. Biarin aja”. Akhirnya, dari bisnis pengantaran ini berkembang jadi ide bagaimana kalau orang bisa memilih apapun siaran yang dia inginkan di televisinya. Inipun sudah diketahui oleh Blockbuster bahkan mereka dengan mudah menciptakannya. Tapi mereka nggak mau. Sampai akhirnya muncullah Netflix, yang ternyata jadi fenomena yang menghancurkan Blockbuster. Blockbuster, kini tinggal kenangan!
Contoh kedua. DEC, Digital Equipment Corporation di masa tahun 90-an adalah perusahaan digital no.2 setelah IBM. Tapi, perusahaan terlalu bangga dengan produknya. Kurang bermanuver dan terus-menerus mengandalkan miniframenya. Cerita sedihnya, akhirnya, meraka dipaksa keluar dari bisnisnya! Problemnya, nggak mau berubah dan nggak agile dalam bisnis mereka.
Kisah menarik juga bisa kita bahas dari sisi personal. Contohnya, Stephen Spielberg, sutradara yang punya reputasi tinggi. Banyak yang kagum, termasuk saya. Tapi, yang banyak orang tidak tahu adalah bagaimana kegagalan demi kegagalannya terjadi. Tapi, manuvernya cepat dan dengan gigih ia bangkit dan terus fokus pada sasarannya. Bayangkan saja, ia ditolak masuk ke University of Southern California sampai tiga kali. Ujung-ujungnya ia terpaksa harus masuk ke sekolah lain yang lebih kurang bergengsi, tapi kemudian ia memutuskan untuk drop out. Ia mengejar dengan semangat penuh cita-citanya.
Pertanyaannya ada dua.
Pertama, apakah kita masih tetap memiliki kegigihan setelah kita sukses. Kedua, apakah kita tetap fokus pada impian kita dan terus bergerak meskipun mengalami berbagai kegagalan. Itulah bagian penting dari agility!
Jadi apa pentingnya memiliki Agility yang baik itu dalam diri maupun organisasi?
Mari kita lihat apa yang dikatakan oleh Profesor Frank Bond dari University of London. Ada tiga manfaat utama saat orang, ataupun organisasi memiliki agility yang bagus. Khususnya emotional agility, atau kelincahan emosional ini.
Pertama-tama, dampaknya ketika ada situasi buruk. Mereka yang lebih agile, akhirnya akan lebih nggak parah dibandingkan yang nggak punya agility. Misalkan ketika sama-sama kena PHK!
Kedua, daya manuvernya lebih cepat, saat hadapi tantangan dibandingkan yang nggak punya agility! Misalkan ada seseorang yang bikin start up, eh tapi tahunya start up-nya nggak berjalan! Dia nggak cepat patah arang, tapi bisa lebih cepat bermanuver untuk memikirkan langkah berikutnya.
Ketiga, lebih inovatif dalam situasi sulit untuk mencari jalan keluar yang lain, dibandingkan yang nggak punya agility. Misalkan, ada seseorang yang melakukan bisnis kuliner tapi kena covid. Sementara yang lainnya berkeluh kesah dengan situasi, malahan orang ini bisa mengubah makanannya jadi frozen food yang dengan mudah bisa di-order dan diantarkan!
Apa sih yang menyebabkan kenapa ada pemimpin yang jadi nggak ‘Agile’?
Ingat ya, menjadi seorang diri di atas, kadang kesepian. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang selalu berkata, “Iya Pak!”, “Siap Bu!”. Jadinya ya ia merasa nggak ada masalah. Ditambah 10 sikap ini yang kadang bisa memperparah seorang leader sehingga dirinya jadi nggak bisa agile! Tahu nggak apa ke-10 hal itu?
1. Penyangkalan: “nggak mungkin dia bisa kalahin kita!”
2. Ketakutan/kecemasan: “nanti kalau kita coba trus gagal gimana?”
3. Habiskan waktu menyalahkan/menyesal: “ini gara-gara pimpinan dulu salah langkah sih!”
4. Merasa ‘tak ada yang bisa dilakukan’: “udah telat, kita nggak bisa ngapa-ngapain lagi!”
5. Fokus di masalah, bukan solusi: “kenapa problem ini terjadi ya? Sebabnya kenapa?”
6. Terpaku dengan pola lama: “yang dulu bisa kok, mestinya tinggal kita update aja”
7. Sikap, “Iya, tapi…” : “hmmm, usulanmu bagus sih, tapi…”
8. Kehilangan semangat: “aku udah tua, udah mau pensiun, nggak mau yang aneh-aneh lagi…atau aku berasa nggak sanggup lagi”
9. Merasa canggung, sendirian: “nggak ada yang ambil cara seperti ini. Yak, karna mereka mungkin udah pikir ini nggak bakalan jalan, jadi ya ngapain kita yang melakukannya?”
10. Merasa lebih pintar: “menurut pengetahuan kita, yang kayak gitu nggak akan jalan!!”
Contoh paling menarik adalah perang antara Thomas Edison dengan Nikolai Tesla. Edison dari dulu percaya arus searah (DC). Memang aman, tapi problemnya butuh penampang besar. Beda dengan arus bolak-balik (AC) yang dipopulerkan Tesla, yang bisa jauh lebih cepat dan lebih murah, tapi memang lebih berbahaya. Edison yang agak “licik” akhirnya berusaha menyetrum mati gajah dengan arus listrik bolak-balik (AC) untuk membuat orang tak percaya dengan Nikolai Tesla. Tapi, kemudian terbukti kalau AC memang lebih efisien dan praktis, daripada DC. Problemnya, Edison sulit berubah! Masalahnya, Edison, orang pintar yang terbutakan oleh pemikirannya sendiri! Ini membuktikan bahwa seorang yang jenius seperti Edison pun bisa menjadi nggak agile!
Jadi, leader yang punya sikap Agility itu kayak bagaimana sih?
Ok, mari kita lihat beberapa ciri dan perilaku seorang leader yang memiliki Agility yang baik? Seperti apakah mereka itu?
1. Humble (rendah hati). Mau belajar, tetap merasa perlu belajar. Satya Nadella, CEO Microsoft punya kalimat yang sangat bagus, “It’s time to move from know it all to learn it all” (saatnya buat berubah dari tahu segalanya menjadi belajar segalanya).
2. Dikusikan ujungnya, bukan caranya. Leader yang agile, seringkali akan kasih tahu ujungnya, sasarannya atau tujuannya. Nah, soal caranya ia serahkan kepada tim buat mencari tahu!
3. Flexibility. Bisnis dan organisasi harus bertumbuh. Si pimpinan tidak kaku dengan cara itu-itu melulu. Ia membuka peluang untuk berbagai ide.
4. Coach not command. Ia membimbing, bukannya memerintah. Memang capek dan meletihkan, tapi ia meluangkan waktu buat menuntun timnya. Luangkan waktu buat diskusi dengan timnya.
5. Kolaborasi sebagai dasar. Nggak lagi jamannya bekerja sendiri-sendiri. Ia memprakarsai kerjasama di dalam timnya sendiri maupun dengan pihak di luar.
6. Berusaha paham dengan orang-orangnya. Leader yang agile, berusaha untuk mengerti situasi serta kekuatan mereka.
7. Mereka “On the system, not is the system”. Jadi pemimpin ini terlibat, mengawasi, menjaga, memayungi bukan yang terlibat operasional terlalu jauh.
Bagaimana sih perilaku dan tips agar bisa menjadi leader yang punya ‘Agility’ tinggi?
Salah satu lembaga namanya Center for Creative Leadership, pernah menanyakan hal tersebut. Mereka bertanya, apa sih yang membuat seorang pimpinan atau seseorang menjadi punya agility yang bagus? Apa yang harus dilatih? Hasilnya mereka mengeluarkan pemikiran yang namanya Learning Agility. Nah, Learning Agility inilah yang banyak dilatih dan ditrainingkan belakang ini. Sebenarnya, konsep Learning Agility ini sendiri tidaklah terlalu unik, tidak terlalu asing. Tapi, ketika konsep ini digabungkan dan dilatihkan pada para leader, itu menjadi kekayaan organisasi yang penting.
Intinya, ada empat aspek LEARNING AGILITY yang penting dikuasai yakni:
1. Seeking: mencari tahu, dan berusaha menemukan ‘sisi yang lain”, sementara yang lain berkeluh kesah, kamu harus jadi lebih baik. Bagaimana caranya? Cari tahu!
2. Sensemaking: mencoba dan bereksperimen dengan berbagai alternatif, siapa tahu akan berhasil? Coba yuk!
3. Internalizing: minta masukan, cari sumber dayanya, tanamkan apa pembelajarannya dan jadikan pelajaran buat besok-besok!
4. Applying: terapkan ke hal-hal lainnya dan jangan pernah berhenti. Satu sukses, jangan jadi penghambat!
Kesimpulannya, kalau misalkan saya kepingin jadi seorang leader yang punya agility yang baik, sarannya apa sih?
Kita sebenarnya memiliki gen yang luar biasa dalam diri kita untuk menjadi agile. Nyatanya, nenek moyang kita yang berevolusi dari manusia primitif sampai ke peradaban modern, adalah bukti bahwa manusia itu agile.
Kalau kita perhatikan kisah sejarah manusia Clovis yang terkenal. Itu adalah manusia yang dianggap manusia pertama di Amerika. Mereka tiba 10,000 tahun lalu. Karna alamnya ganas, mereka untuk pertama kalinya mereka menyesuaikan senjatanya, bekerja dalam tim untuk membunuh mangsa. Ini sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka mengembangkan senjata dan mengasah batu jadi senjata. Dan jadinya, mereka menjadi makhluk yang lemah, tapi mampu bertahan di alamnya yang cukup ganas pada waktu itu. Inilah bukti agility.
Jadi, untuk bisa Agile, mulailah praktekkan mindset, pola pikir seorang pimpinan atau pribadi yang punya agility. Bagaimanakah caranya? Ingatlah untuk mulai menggabungkan dari 4 unsur ini yang ada dalam diri kita untuk menjadi kekuatan buat kita yakni:
(1) mental agility;
(2) people agility;
(3) change agility;
(4) result agility.
Untuk itu tipsnya adalah:
1. Mau bersedia mencoba berbagai cara dan metode baru, untuk menemukan solusi yang tepat
2. Melihat kesalahan bukan sebagai sesuatu yang fatal, tapi sebagai pembelajaran
3. Menikmati tantangan dan kesulitan yang baru, yang nggak kayak yang sebelumnya
4. Mencari cara baru untuk menyelesaikan masalah
5. Beranilah tinggalkan cara berpikir yang lama, cobalah dan nyamanlah dengan cara dan pendekatan baru!
Ayo jadilah pemimpin yang ‘Agile”. Tim yang “Agile” dimulai dari pemimpinnya yang “Agile”.
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |