- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Seringkali, kami di HR Excellency, sebagai lembaga yang turut concern dengan pelatihan dan training Kecerdasan Emosi (EQ) ditanya, “Bisakah Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Emosional atau EQ dibuat menjadi suatu sistem SDM? Bagaimana hal itu bisa dilakukan? Dan pertanyaanya pun berlanjut, belum lagi ditambah dengan berbagai salah kaprah yangs erring kali terjadi di seputar EQ (bisa dibaca disini: https://www.hrexcellency.com/salah-kaprah-seputar-emosi-dan-kecerdasan-emosional/) Dan salah satu kesangsian yang muncul adalah: ”Jangan-jangan konsep Kecerdasan Emosi (EQ) hanya sekedar pemahaman kognitif-emosi yang hanya bisa dilatihkan pada level kemampuan personal saja?” Hal ini, seperti yang dikatakan oleh Williams (1997), lifeskills bisa dilatihkan secara personal tetapi sulit untuk diinstitusikan secara formal.
Tapi, bisakah dibayangkan betapa hebatnya jika bisa dibangun suatu sistem manajemen SDM yang mampu memotivasi karyawan untuk mengembangkan EQ-nya? Seiring dengan peningkatan kemampuan teknis mereka yang seamakin handal juga? Kalau itu bisa terjadi, maka bisa tercipta organisasi dengan kemampuan human relation yang tinggi. Disisi lain, produktivitas yang meningkat karena karyawan yang antusias dan termotivasi, disamping kompetensi teknis yang semakin berkembang. Namun, apakah ini sebuah impian ataukah realitas yang mungkin direalisasikan?
Langkah Menciptakan Sistem SDM Berbasiskan EQ
Berita baiknya, berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Cary Cherniss dari Rutgers University yang mengatasnamakan Consortium for Research on Emotional Intelligence in Organizations (http://www.eiconsortium.org) sejak awal 1998, terdapat beberapa prinsip dan langkah utama dalam mengaplikasikan kecerdasan emosi (EQ) pada organisasi secara luas. Artinya, dari pengalaman kami di HR Excellency, sebenarnya sangat memungkinkan aplikasi dari Sistem SDM Berbasis EQ ini (EQ Based Human Resources). Dan langsung saja, inilah langkah-langkahnya.
1. Mengaitkan EQ Dengan Bisnis
Langkah umum pertama adalah mengaitkan Kecerdasan Emosi (EQ) dengan kebutuhan bisnis. Apabila Kecerdasan Emosional (EQ) hanya dilihat sebagai sesuatu yang “menarik, tapi nggak penting” maka kemungkinan dukungan terhadap aplikasi EQ di organisasi juga akan setengah-setengah. Untuk itu, keharusan dasar bagi orgasisasi yang ingin menerapkan kecerdasan emosional (EQ) adalah mencari suatu “business case for EQ”. Yakni, suatu alasan dasar tentang: mengapa kecerdasan emosi (EQ) penting dalam perusahaan, mengapa penting bagi karyawan untuk mengembangkan EQ, dan apa hasil yang diharapkan dari penerapan EQ dalam berbagai sendi bisnis perusahaan?
2. Mencari Pendukung atau Sponsor
Berikutnya, langkah kedua adalah mencari sponsor utama dalam organisasi bagi penerapan ide kecerdasan emosional (EQ). Seringkali kendala utama bagi implementasi ide, kebijakan atau rencana bisnis yang brilian adalah kurangnya support dari orang-orang yang berpengaruh di perusahaan. Untuk itu, dukungan level ekskutif atau top manajemen haruslah cukup kuat untuk menerapkan kecerdasan emosional (EQ).
3. Menciptakan Tim Khusus “Skunkworks EQ”
Langkah ketiga adalah menciptakan semacam “skunkworks EQ” team atau kelompok khusus yang memang bertugas untuk mempromosikan ide-ide mengenai kecerdasan emosi (EQ) dalam organisasi. Istilah “skunkworks” team ini meminjam istilah team riset di perusahaan Lookheed yang berkembang dan banyak menghasilkan inovasi produk yang brilian di Lookheed. (Untuk lebih detil soal istilah skunkwork, bisa dibaca disini: https://www.lockheedmartin.com/us/aeronautics/skunkworks/origin.html) Kelompok “skunkworks EQ” inilah yang berfungsi menjadi pionir, pelatih dan promotor aplikasi EQ yang lebih spesifik di suatu unit atau fungsi bisnis tertentu.
4. Lakukan Survey dan Penelitian untuk Menguatkan Penerapan EQ
Langkah keempat adalah team skunkworks EQ mempelopori penelitian atau survey yang mendalam mengenai aspek-aspek kecerdasan emosi (EQ) yang penting dalam proses bisnis suatu perusahaan/organisasi. Selain itu, juga perlu ditunjukkan mengenai adanya aplikasi aspek kecerdasan emosi (EQ) tertentu yang sebenarnya telah lama diterapkan dan berhasil, namun belum disadari sebagai bagian dari kecerdasan emosional (EQ). Kita menyebutnya sebagai success story. Contoh-contoh serta pembuktian dari hasil riset ini diperlukan untuk meyakinkan individu atau unit kerja yang skeptikal atau berpikiran negatif terhadap implementasi sistem kecerdasan emosi (EQ) ini.
5. Mengedukasi soal EQ Secara Luas
Langkah berikutnya adalah melakukan inisiatif penerapan program kecerdasan emosi (EQ) secara sistematis. Dimulai dari pemberian kesadaran, pemuatan artikel-artikel tentang kecerdasan emosi (EQ) dalam bulletin perusahaan atau email serta familiarisasi dengan istilah-istilah EQ, termasuk di berbagai sosial media perusahaan ataupun berita online perusahaan yang mulai mengupas aspek-aspek terkait kecerdasan emosi (EQ). Termasuk dalam langkah ini adalah pemberian pelatihan atau training khusus mengenai keceradasan emosional (EQ) di setiap jenjang perusahaan yang disesuaikan dengan berbagai level posisi. Dimulai dari posisi puncak, tentunya.
6. Mulai Ciptakan Dan Praktekkan Langkah Konkret Aplikasi EQ
Langkah berikutnya adalah melakukan proses penerapan kecerdasan emosi (EQ) dalam sistem manajemen (EQ-infused system) dalam berbagai variasi secara serentak. Hal ini dapat dimulai dengan menciptakan jenis-jenis kompetensi kecerdasan emosi (EQ) untuk melengkapi kompetensi teknis yang berlaku. Selain itu, bisa pula dilakukan pembentukan EQ Club di kantor untuk memberikan kesempatan sharing perasaan di kantor secara berkala, penerapan counseling system di kantor yang memungkinkan karyawan “curhat” secara terbuka. Atau, bisa pula mengaitkan EQ competency dengan penilaian kinerja atau persentase tertentu dari sistem bonus & kompensasi. Hal lainnya, juga bisa berupa penyediaan sarana khusus bagi karyawan untuk “melampiaskan emosi secara sehat”, dll. Misalkan, klien kami di HR Excellency, pernah memiliki ruang game dan ruang meditas bagi karyawannya. Dan sekali lagi, dalam menerapkan berbagai sistem ini, selain dibutuhkan team skunkworks EQ yang solid, juga dibutuhkan dukungan penuh dari pimpinan puncak/manajemen juga time frame pelaksanaan sistem EQ yang realistis disertai konsistensi sikap dalam pelaksanaannya.
7.Evaluasi dan Revisi Pelaksanaannya
Akhirnya, adalah mengevaluasi dan merevisi pelaksanaan berbagai inisiatif sistem berbasi kecerdasan emosional (EQ) yang telah dijalankan. Dalam manajemen perubahan, adalah biasa jika pada awalnya, suatu inisiatif perubahan termasuk aplikasi sistem EQ ini, dirasakan mengganggu proses kerja yang biasanya dilakukan. Untuk itulah penyesuaian serta fleksibilitas aplikasi kecerdasan emosi (EQ) harus tetap dijaga namun secara konsisten diterapkan dalam jangka waktu tertentu agar manfaat dari sistem EQ ini bisa dirasakan.
Anthony Dio Martin, trainer, inspirator, Managing Director HR Excellency & Miniworkshopseries Indonesia, penulis buku-buku bestseller, executive coach, host di radio bisnis SmartFM, dan penulis di berbagai harian nasional. Website: www.anthonydiomartin.com dan FB: anthonydiomartinhrexcellency dan IG: anthonydiomartin
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |