- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Banyak orang yang karirnya mandek karena kemampuan komunikasinya yang buruk. Judul “Talk Your Way To the Top” diinspirasikan dari bukunya Kevin Hogan. Bicara soal bagaimana kita berkomunikasi dan membangun hubungan interpersonal buat kita. Faktanya, kita nggak bisa sukses sendirian. Dalam organisasi, kita harus mampu berkomunikasi dan membangun hubungan. Bagaimanakah tips cerdas berkomunikasi yang bisa membangun hubungan atau mengenali cara komunikasi yang justru menghambat hubungan? Dalam artikel yang diinspirasikan dari radiotalk Anthony Dio Martin di Smart Emotion dengan judul “Talk Your Way To The Top” kita akan bicara soal bagaimana caranya cerdas emosi dalam berkomunikasi.
Mengapakah topik soal cerdas emosi berkomunikasi ini penting?
Belakangan ini ada banyak keluhan yang muncul soal berkomunikasi. Kalau kita perhatikan, pertanyaan-pertanyaannya sebenarnya sepele, tapi menarik untuk dibahas. Misalnya saja,
“Pak, saya tidak tahu ketika bertemu dengan orang bagaimana membuat suatu percakapan!” (dia diam, aku juga jadi diam).
“Saya ngobrol habis itu nggak tahu lagi apa yang harus saya katakan”.
“Ketika ngobrol, saya cepat-cepat menyelesaikannya. Dan saya bingung ada orang yang bisa ngobrol sampai berjam-jam”
“Saya bingung Pak, katanya harus basa-basi dulu sebelum ngobrol. Basa-basi itu ngobrolin apa ya?”
Ada juga, pengalaman dengan seorang PresDir sebuah perusahaan yang mengatakan begini, “Pak, saya butuh teman untuk ngobrol. Kalau perlu saya bayar Bapak datang kesini hanya untuk jadi teman ngobrol saya”.
Jangan-jangan di masa depan akan ada orang yang profesinya: teman ngobrol!
Dari curhatan ini, kita bisa berkesimpulan bahwa makin ke depan nantinya, ketrampilan seseorang untuk mampu berbicara, berkomunikasi akan semakin dibutuhkan dan penting.
Dilihat dari judulnya, apa sih makna dari “Talk Your Way To The Top”?
Kalau kita perhatikan, kalimat “Talk Your Way To The Top” sebenarnya bisa punya tiga makna.
Talk Your Way To The Top. Bicarain cara apa saja yang bisa membawa kamu ke puncak. Ini artinya, tiap orang bisa punya banyak cara yang bisa dibicarakan yang bisa membawa kita ke sukses kita. Nah, cara satu orang bisa beda banget dengan cara orang lain. Orang itu, caranya beda-beda!
Talk, Your Way To The Top. Hanya dengan modal bicara aja, kamu bisa sukses. Ini bisa jadi berita bagus dan buruk. Nyatanya, ada banyak orang yang modalnya cuma bicara dan tidak melakukan apapun, tapi dianggap sukses. Misalkan saya pernah punya rekan kerja yang memang kemampuan bicaranya ok, disayang dan karirnya juga bagus.
Talk,Your Way, To The Top. Berbicara, bisa membawa kamu ke puncak kesuksesan kamu. Banyak orang sukses yang terkenal piawai dalam berkata-kata dan berkomunikasi. Kevin Hogan berkisah bagaimana para presiden Amerika terkenal seperti Abraham Lincoln, adalah orang yang punya kemampuan bicara yang memukau, sehingga mereka bisa semakin suskes! Sebut saja contohnya lainnya seperti pembawa acara terkemuka Oprah Winfred, lalu motivator Tony Robbins, juga pendiri bisnis Starbucks seperti Howard Shultz dan yang membangun kerajaan bisnis McDonalds, Ray Kroc. Mereka semua punya kemampuan bicara yang impresif.
Apakah setiap orang pasti bisa kemampuan bicara dan berkomunikasi?
Iya, pada dasarnya setiap orang bisa memiliki kemampuan bicara dan berkomunikasi lewat niat (intention), pembiasaan (habitiation), dan latihan (perfection)! Memang benar sih, ada orang yang lahir dengan kepribadian ekstrovert, dia diuntungkan karena lebih mudah untuk bergaul dan lebih ekspresif! Tapi, orang introvert pun bisa jadi komunikator dan rekan ngobrol yang bagus. Malahan, kadang seorang yang introvert punya keuntungan lebih mau mendengarkan, dibandingkan seorang yang extrovert.
Menarik sekali, ada kalimat bagus yang dikatakan oleh penulis besar Ernest Hemingway, saat ia bilang, “Saya sebenarnya hanya mendengarkan saat orang bicara. Dan orang itu menganggap saya seorang teman ngobrol yang menyenangkan”
Atau, mantan PM Inggris Winston Churchill pernah berkata, “Tips saya berbicara dengan orang sangat mudah. Saya menangkap apa yang disampaikan, terus bertanya. Dia menjelaskan, saya menangkap dan saya bertanya lagi. Saya hanya menanyakan apa yang dia ingin ceritakan.”
Lantas, kenapa ada orang yang sulit berkomunikasi atau bercakap-cakap?
Ini lebih ke personal pribadi mereka. Jadi sebenarnya persoalan mereka bukanlah persoalan riil, tapi kecemasan ataupun ketakutan yang timbul dari diri mereka sendiri. Jadi, kalau kita rangkumkan, ada beberapa penyebab dan alasan yang seringkali terjadi.
1. Cemas. Jadi, udah cemas dan ketakutan sendiri mau ngomong apa, sehingga nggak rileks pada saat ngobrol atau bicara dengan seseorang. Misalkan ia berkata pada dirinya sendiri, “Kalau nantinya aku nggak bisa jadi teman ngobrol yang menyenangkan, gimana ya?”
2. Self-talk negative. Di kepalanya sendiri, ia punya self-talk yang negatif tentang kemampuan diri, “Saya nggak bisa bercakap-cakap”, “Saya bukan tukang ngobrol”
3. Over-value lawan bicara. Disini, ia cenderung memandang orang yang diajak ngobrol itu terlalu tinggi, jadi udah grogi duluan, “Kan yang saya ajak bicara itu seorang direktur perusahaan, saya bukan siapa-siapa”
4. Berusaha membuat orang lain terkesan. Jadi, ia berusaha terlalu keras untuk membuat orang yang diajaknya ngobrol itu terkesan dengan dirinya, akibatnya obrolannya jadi nggak natural.
5. Kurang pengetahuan soal apa yang dibicarakan. Disini, ia kekurangan pengetahuan soal apa yang akan dibahasa sehingga tidak tahu apa yang harus dibicarakan! Misalkan saja ada kasus dimana seorang direktur marketing obat-obatan yang malas untuk menemani anak buahnya pergi bertemu dengan dokter, karena dirinya tidak tahu banyak soal kedokteran dan produk kesehatan. Jadi, tiap kali diajak untuk bertemu dengan dokter, ia selalu berusaha menolak dan cari alasan.
Bicara soal tipe-tipe komunikator, apakah tipe-tipe komunikator yang perlu kita waspadai supaya kita tidak menjadi komunikator yang seperti itu?
Sebenarnya, ada banyak tipe komunikator buruk yang harus kita waspadai dan usahakan untuk tidak terjebak menjadi seperti itu. Kita ambil beberapa diantaranya adalah:
1. Tipe Tidak Tahu Situasi. Ini tipe yang suka ngomongin sesuatu, tapi seringkali nggak sesuai dengan situasinya. Misalkan saat orang berduka kematian, malah dia mencoba menghibur dengan menceritakan lelucon yang nggak tepat watunya. Orang lain sudah kasih clue nggak mau ngomongin itu tapi dianya masih maksa untuk tetap berbicara.
2. Tipe Menguasai Pembicaraan. Ini adalah tipe mereka yang suka berbicara tentang dirinya, orang lain adalah objek penderita yang harus mendengarkan apa yang dia katakan dan ceritakan. Ia juga memberikan sedikit kesempatan buat orang lain untuk bercerita.
3. Tipe Maksain Topik. Dia ini tipe yang ngajak orang lain bicara tapi dengan topik yang dia sukai. Padahal orang lain mungkin tahu dan tidak suka, tapi dianya nggak peduli dan maksain orang harus berbicara soal topik itu.
4. Tipe Argumentatif. Ini adalah tipe yang suka mendebat! Orang ini, ketika diajak bicara, dianya selalu akan punya pendapat yang berbeda dan senang berada di sisi yang berbeda. Ia punya kesenangan melihat dari sisi yang lain, dan suka mendebat dan tidak setuju dengan apa yang dikatakan orang lain.
5. Tipe Pembanding. Ketika orang sedang menceritakan sesuatu, maka dia selalu punya yang lain buat dibandingin. Misalkan ketika ada seseorang berbicara soal kebiasaan atasannya yang aneh, maka dia akan berkata, “Kamu itu bossnya cuma gitu, lha saya punya yang seperti gini” (mulailah dia bercerita)
6. Tipe Merasa Lebih Hebat. Tipe ini mirip dengan tipe pembanding di atas, tapi tujuannya adalah ujung-ujungnya sayalah yang lebih hebat, lebih bagus dan lebih luar biasa. Intinya, ia tidak pernah mau kalah dari orang lain.
7. Tipe yang Suka Curi Panggung. Ini adalah tipe orang yang suka mendapatkan perhatian. Dan terkadang, panggung orang pun dicuri. Misalkan ada orang lain yang sedang presentasi atau mengajar, maka ia akan berusaha pakai kesempatan itu buat memberikan pendapat supaya dirinya dianggap hebat, bahkan kalau bisa, lebih hebat dari yang sedang berbicara saat itu. Tipe orang ini seringkali punya agenda buat dirinya sendiri, dan berusaha memaksakan agendanya padahal saat itu adalah panggungnya orang lain. Misalkan, pernah ada seorang sales asuransi yang ketika sesi tanya jawab malah ujung-ujung mempromosikan asuransi kesehatannya, padahal saat itu sedang membahas masalah HRD.
Sebenarnya, masih ada banyak tipe-tipe komunikator buruk lainnya yang perlu kita hindari. Dalam artian, janganlah kita menjadi tipe komunikator yang seperti itu!
Berangkat dari tipe-tipe komunikator buruk itu, bisa diperinci kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi saat bercakap-cakap yang perlu kita hindari?
1. Tidak mau dengerin orang lain. Sibuk dengan pikiran bagaimana harus me-reply, membalas, nggak perhatian dengan orang yang bicara.
2. Terlalu banyak bertanya. Kesannya jadi seperti orang yang sedang melakukan interogasi.
3. Ngomong nggak jelas. Jadinya, yang diajak bicara nggak berani ngobrol lebih lanjut. Dalam hal ini, orang yang diajak ngobrol, bukannya nggak tertarik tapi karena nggak paham apa yang kita sampaikan, jadinya dicuekin.
4. Suka mendebat atau memaksakan pendapat. Penting buat menghargai pendapat, opini, kesukaan orang dan juga pandangan orang. Kalaupun berbeda, itulah sudut pandangnya. Hargai saja. Dan kalaupun mau debat, lakukanlah secara elegan dengan maksud buat belajar. Misalkan, “Maaf ya, kalau saya pernah dapat informasi yang beda. Kalau ada yang bilang begitu gimana ya?’ Disini kita nggak berdebat, tapi tanya pendapatnya.
5. Monopoli pembicaraan. Nggak kasih kesempatan orang lain buat ngomong sesuatu. Lama-lama, orang jadi malas disuruh dengerin terus.
6. Nggak kontribusi balik. Obrolan yang baik adalah ketika terjadi saling menimpali. Saat orang ngomongin soal perasaannya, bisa ditimpali dengan perasaan sehingga obrolan jadi seimbang. Akan jadi buruk, kalau seseorang antusias bercerita tapi nggak ada respon timbal baliknya sama sekali.
Kembali ke salah satu persoalan yang seringkali dikeluhkan, “Bagaimana Sih Cara Memulai Suatu Percakapan” Apa Tipsnya?
Sebenarnya, memulai percakapan bisa dilakukan dengan hal apa saja, asalkan kita niat untuk melakukannya. Ada beberapa tips sederhana yang banyak dilakukan oleh para komunikator, misalkan:
Pertama, pasang mata, observasi dan komentarin! Misalkan saja, situasinya adalah di ruang duduk menunggu kereta. Anda duduk sebelahan dengan seorang bapak, lalu Anda lihat tiketnya dan ajak dia ngobrol, “Saya lihat bapak tiketnya ke Yogya juga ya?” (hasil observasi tiketnya) Atau misalkan melihat anak seorang Ibu yang anaknya bisa makan sendiri, lalu Anda ajak ngobrol dengan berkata, “Anaknya pinter ya kecil-kecil bisa makan sendiri!” (hasil observasi anaknya) .
Kedua, bertanya dengan pertanyaan yang simpel dan mudah. Misalkan, saat di pesawat, “Mbak, maaf ini penerbangan kalau ke Medan biasanya berapa jam ya?”. Lantas, kalau sudah dijawab, bisa dilanjutkan lagi, “Emang sering ke Medan ya Mbak?” Jadi, itu memulainya dengan pertanyaan yang simple dan terus berlanjut. Tapi, tentunya dalam hal ini, harus diperhatikan juga jika yang diajak bicara itu sungguh tertarik untuk diajak ngobrol.
Ketiga, dengan memberikan komentar pendek, trus bertanya. Misalkan, duduk di ruang tunggu bandara, pas hujan, dan ada seorang Ibu tua di samping Anda, lalu Anda memberikan komentar, “Belakangan hujan melulu ya Bu. Ibu darimana? Disana hujan terus nggak?”
Sebagai catatan tambahan saat memulai percakapan ini, usahakan untuk tetap tersenyum, dan menjaga jarak supaya tidak terkesan agresif. Mengajukan pertanyaan pun jangan yang terkesan menyerang (ofensif). Dan sekali lagi cobalah untuk peka, apakah orang itu tertarik untuk bicara atau tidak?
Setelah memulai percakapan bagaimana sih caranya membuat suatu percakapan terus berlangsung dengan lancar?
Kembali, belajar dari para komunikator yang bagus, ada beberapa teknik yang sebenarnya bisa kita latih agar flow percakapan terus berlangsung dengan lancar. Inilah beberapa tipsnya.
1. Gunakan teknik pingpong! (plus follow up-nya). Teknik ini gampang. Jadi selain merespon, kita juga bertanya balik. Misalkan kalau ditanya, “Apa kabar?”, jawabannya, “Baik, Bapak sendiri bagaimana kabarnya?” Atau, kalau ditanya, “Anda tinggal dimana?” Jawabnya, “Jakarta. Lha tante sendiri tinggal dimana?”. Jadi ini membuat percakapan terus berlangsung.
2. Kasih petunjuk (clue) kepada dia sehingga dia bisa bertanya dan obrol lebih banyak. Kalau ditanya “Apa kabar”, jawabnya, “Capek juga sih. Habis acara family gathering semua karyawan perusahaan di sekitar kebun teh di Puncak. Capek tapi banyak pengalaman menyenangkan disana” Nah, biasanya kalau dia penasaran, “Apa bagusnya disana?”, maka kita pun bisa melanjutkan dengan cerita.
Bahkan ini ada teknik advanced-nya ketika kita menjawab dengan memberikan clue (petunjuk) tentang nilai (value) yang kita miliki sehingga orang lebih tahu siapa diri kita! Misalkan dia menanyakan balik kepada kita, “Apa sih yang menyenangkan disana?”. Lantas Anda menambahkan, “Nah, saya tuh orang yang suka dengan keramahan. Saya juga suka jalan-jalan sambil belajar budaya orang disana. Ternyata, selain jalan-jalan, perusahaan kami berpiknik bersama sambil melakukan bakti sosial ke beberapa desa yang ada disekitar kebun teh di Puncak. Disana orangnya begitu ramah. Saya merasa bukan hanya menikmati pemandangan tapi, juga merasa ketika membantu dan melakukan misi sosial itu sesuatu yang amat menyenangkan”
Dengan jawaban ini, orang jadi tahu tentang nilai-nilainya kita, dan jika ia tertarik, dia bisa melanjutkan obrolan dari sana. Jadi, komunikator yang baik justru membantu orang lain supaya orang lain gampang berkomunikasi dengannya.
3. Menangkap petunjuk (clue) dan mengomentari balik. Teknik ini membutuhkan Anda mendengarkan baik-baik, menangkap petunjuk dan mengomentarinya. Misalkan, Anda bertemu seorang teman lama yang juga seorang model, lalu Anda bertanya kepadanya, “Apa kabar? Darimana aja?”. Lalu dia menjawab “Baik tapi capek. Saya habis sesi pemotretan di Jerman!”. Nah, dari jawabannya kita mendapatkan tiga clue penting, “Capek”, “Sesi pemotretan” dan “Jerman”. Maka, dari tiga clue ini saja, kita bisa mengembangkan obrolan lebih jauh, Misalkan:
Capek. Kita bisa bertanya, “biasanya kalau habis acara begini, ngapain dong?”, “Seberapa padat sih jadwal pemotretan gitu?”
Sesi pemotretan: “Eh, gimana sih caranya biar fotogenic di kamera?”, “Gimana sih kiatnya biar di kamera bagus, saya tuh kalo foto foto KTP gayanya”
Jerman: “Kalau long flight gitu jetlag nggak”, “Gimana caranya habis long flight trus di pemotretan tetap fresh?”
Wah menarik teknik yang menangkap clue ini. Ada nggak tipsnya agar kita peka menangkap clue dan bisa bertanya balik dengan elegan, saat kita ngobrol dengan seseorang?
Sebenarnya, tidak ada panduan pertanyaannya harus bagaimana. Tapi, saran saya,
Pertama, pertanyaannya relevan dan bukan pertanyaan klise, atau yang terlalu umum. Misalkan, melanjutkan onrolan dari teman yang mengatakan, “Capek, habis sesi pemotretan di Jerman” , kita bisa berkata, “Aku selalu kagum dengan orang yang punya pilihan profesi. Jadi model itu pilihan hidup, apa yang menbuat kamu punya pilihan itu?”
Kedua, kita bertanya dari merefleksikan pengalaman kita sendiri. Misalkan saja, “Saya belum pernah ke Eropa. Ini pertama kali ke Eropa ataukah udah sering? Kota mana yang paling disukai?”
Ketiga, komentarin dengan iseng. “Gila, motret aja sampai ke Jerman. Saya sih paling banter di Kota Tua. Eh, udah pernah motret di Kota Tua belum?”
Becandain (tapi ini tergantung kedekatan). Misalkan komentar halusnya adalah, “Kok nggak ngajak-ngajak sih. Kan gue belum pernah ke Jerman? Suruh jadi apa kek, jadi asisten yang pegangin gaun juga boleh kok!”
Atau, “Beda ya, kalau professional, foto aja di luar negeri. Kalau aku sih foto di kebun aja udah bagus. Kalau teman saya tuh, difotoin aja udah bagus!”
Terus, bagaimana caranya sih mengakhiri suatu percakapan? Kadang ada orang yang nyerocos terus sampai susah dihentikan?
Intinya sih kita harus tegas dan memberitahu. Bisa dengan secara langsung kita berterus-terang. Tapi ini biasanya tidak mudah, apalagi kita orang Timur, seringkali susah untuk menghentikan pembicaraan. Jadi, beberapa caranya adalah:
1. Gampangnya, memberi clue kalau kita ingin mengakhiri percakapan itu. Misalkan saja, “Ok ya ini udah malam, saya mau pamit dulu!” atau misalkan pas lagi di pesta, Anda mengatakan, “Saya ke arah sana ya, mau ketemu dulu dengan mantan bossku disana”
2. Memberi clue halus. Misalkan dia sebenarnya lagi kerja tapi kayaknya masih antusias ngomong padahal Anda pun sibuk, maka Anda katakan, “Ok deh saya tahu Mbak mesti kerja. Saya nggak ganggu deh, karena saya juga ada kerjaan!”
3. Menyimpulkan dan menutup. Jadi, kita mengambil waktu menyimpulkan dari apa yang udah dia katakan lalu kita menutupnya. “Ok deh kalau saya simpulkan berarti gini ya… Ok habis ini kita akan kontak via WA ya!”
Jadi boleh disimpulkan nggak beberapa tips penting menggunakan EQ dalam seni berkomunikasi kita?
Baiklah, dari obrolan hari ini, kita bisa menyimpulkan beberapa poin penting dalam seni berkomunikasi yang cerdas emosi.
1. Cara Self-Talk kita akan menentukan Interpersonal Talk. Ingatlah, musuh terbesar kita dalam berkomunikasi adalah diri kita sendiri. Kadang, kita sudah punya pikiran negatif dulu, sebelum kita ngomong dengan seseorang! Hati-hatilah! Untuk itu kita mesti punya self-awareness soal apa yang akan kita katakan pada diri kita sendiri. Seringkali, apa yang kita pikirkan itu belum tentu benar. Namun, itulah yang seringkali jadi penghambat buat kita untuk bicara. Stop judgement dulu.
2. Ingat juga, selalu ada banyak cara untuk menyampaikan sesuatu! Pikirkanlah kalau kalimat itu disampaikan apa dampaknya, dan apa kalimat yang pas. Dalam seni kecerdasan emosi (EQ) ini disebut dengan consequential thinking. Ingatlah bahwa kita tidak harus selalu mengungkapkan apa yang kita pikirkan dan juga ada banyak kalimat lain untuk mengungkapkan apa yang kita pikirkan. Misalkan saja ada presentasi yang nggak bagus. Disini, Anda bisa aja mengatakan, “Saya nggak suka presentasi kamu”. Atau, Anda bisa pula menggantinya dengan kalimat lain, “Ada beberapa bagian dari presentasi kamu yang kupikir masih bisa diimprove”.
Atau, misalkan, Anda bicara dengan atasan yang telah mengajukan berbagai usulan, tapi nggak berhasil, Anda bisa berkata “Rasanya semua teknik bapak udah dicoba, tapi nggak berhasil”, bisa diganti, “Aku udah coba semua cara yang aku tahu dan yang disarankan, tapi belum berhasil. Mungkinkah ada cara lain yang aku belum tahu?” Dengan cara ini, kita tak menyalahkan atasan kita.
3. Jangan cepat berasumsi tentang pikiran orang lain. Ketahui peta berpikir orang itu, sebelum kita bicara! Ingatlah, berkomunikasi dengan orang itu seperti di medan perang. Ketahui dulu lokasi pertempuran, sebelum kita terjun. Caranya? Dengan bertanya atau mencari tahu! Ini salah satu kejadian yang pernah terjadi, misalkan mentang-mentang dia kerja di Toyota, lalu Anda berusaha mendapatkan respeknya dengan bicara “Saya lebih suka Toyota, saya nggak suka Mitsubishi”. Eh, tiba-tiba di nyahut, “Tapi, anak saya kerja justru di Mitsubishi lho!”
4. Kita bisa menyelipkan kata-kata ‘emosi’ untuk berkomunikasi yang lebih menggerakkan. Kata-kata emosional yang disisipkan dalam kalimat komunikasi kita akan membuat kalimat yang kita ucapkan lebih powerful! Misalkan saja, Steve Jobs suka menggunakan teknik ini, contohnya, “Hari ini, kita akan menggocangkan dunia”. Banyak pembicara yang suka menyelipkan dan menggunakan kata-kata sakti seperti misalkan, “kagum”, “terpana”, “sakit banget”, “terperangah!”, dll.
Akhirnya, saya ingin akhiri dengan beberapa quote penting dari orang-orang terkenal soal teknik berkomunikasi yang penting buat kita ketahui:
Dale Carnegie mengatakan, “Kamu akan mendapatkan lebih banyak teman dalam dua bulan dengan cara menyenangi orang lain, daripada selama dua tahun dengan cara membuat orang lain tertarik kepada dirimu!”
Oprah berujar, “If you don’t like the conversation, change it.” (ketika kamu nggak suka dengan sebuah percakapan, ubahlah!)
Guy Kawasaki mengatakan, “Kalau kamu ingin pandai bercakap-cakap, jadilah pendengar yang baik. Kalau kamu ingin membuat orang lain tertarik, buatlah dirimu tertarik dulu”
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |