- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
NLP atau Neuro Linguistic Programming, adalah ilmu pengembangan diri (self development). NLP termasuk salah satu ilmu pengembangan diri yang paling banyak dipakai dewasa ini. Banyak pengajaran, training pengembangan diri yang tidak lepas dari ilmu ini. Dan rata-rata buku pengembangan diripun, banyak mengutip ide-ide dari ilmu NLP. Ilmu ini fokus pada bagaimana mengelola pikiran (neuro), supaya pikiran kita mendukung sukses, bukan menghalangi. Dan kalau diibaratkan diri kita seperti program komputer. Apakah program kita berjalan dengan lancar, dan produktif? Kalau tidak, maka ada yang salah dengan program ini. NLP membantu kita dengan banyak sekali teknik, memahami dan memperbaiki program-program yang salah di pikiran kita. Dengan NLP, kita pun bisa membantu banyak orang yang punya masalah dengan dirinya. Termasuk kasus trauma, phobia atau orang-orang dengan keyakinan yang membatasi dirinya selama ini (limiting beliefs).
Kalau disimpulkan, kesimpulan manfaat belajar NLP. Pertama-tama, belajar NLP, untuk memberdayakan dirimu (self empowerment), supaya tidak jadi beban buat orang lain. NLP juga bisa untuk menghilangkan keyakinan-keyakinan yang selama ini membatasimu (limiting beliefs). Misal, “Saya tidak pernah terpilih karena saya tidak punya kemampuan”, “Saya selalu ditolak!”, “Aku akan selalu sial untuk melakukan apapun!”. NLP juga bisa dipakai untuk menghilangkan trauma, phobia atau kebiasaan buruk, yang berasal dari masa lalu atau pengalaman lampau yang terus-menerus membelenggu hidup kita.. Juga, dipakai untuk membangun komunikasi efektif dan persuasif dengan orang lain. Dan tentunya, belajar NLP juga bisa dipakai untuk menterapi, meng-coach dan membantu orang lain. Makanya, saat ini banyak pimpinan (leader) belajar NLP. Ilmu inipun diterapkan di dunia olah raga, hiburan, pendidikan dan juga parenting (membesarkan anak).
Istilah Kecerdasan Personal pertama kali dikemukakan oleh John D. Mayer (yang juga merupakan salah satu pencetus Kecerdasan Emosional), di tahun 2014. Kalau bisa diterjemahkan secara umum, Kecerdasan Personal (Personal Intelligence) adalah kemampuan kita untuk menata diri kita dengan baik. Inti kecerdasan personal adalah bagaimana kita menyadari diri sendiri. Mengoptimalkan diri. Membuat diri kita menghasilkan karya yang prestatif dan produktif. Lalu, pengetahuan ini, bisa dipakai untuk mengoptimalkan orang lain. Nah, segala pengetahuan yang diperoleh di NLP sangat efektif untuk membantu kita meningkatkan kecerdasan personal kita.
Kedua ilmu ini, memang sama-sama bisa mengoptimalkan diri kita dan orang lain. Hanya saja, NLP banyak fokus di ranah pikiran. Sedangkan, EQ fokus di penataan emosi. NLP, juga fokus pada banyak teknik detil yang bisa dipakai untuk membantu diri kita ataupun orang lain. Misalkan, kalau EQ bicara mengapa rasa takut itu perlu. NLP bicara soal bagaimana menyembuhkan rasa takut di pikiran kita, terutama kalau rasa takut itu justru menganggu dan membuat kita tidak produktif sama sekali. Kalau diibaratkan, EQ dan NLP itu seperti dokter dan ahli bedah. Dokter membantu kita memahami dan mengerti soal penyakit. Ahli bedah membantu langsung mengkoreksi bagian yang salah. Begitu pula fungsi ilmu EQ dan NLP.
Sebenarnya, para leader (pemimpin) amat membutuhkan ilmu ini. NLP inilah ilmu yang bisa dipakai para leader untuk lebih paham bagaimana dirinya berfungsi, juga bisa dipakai untuk mengoptimalkan dirinya dan mengelola orang lain. Bayangkan kalau leadernya punya banyak keyakinan yang salah, “Kayaknya organisasi kita nggak bisa akan sukses deh”, bagaimana anak buahnya akan yakin? Begitu juga kalau si pemimpin tidak bisa mengoptimalkan dirinya. Ilmu NLP juga bisa dipakai untuk mengcoach anak buah, khususnya yang bermasalah. Istilah “NLP for Leader” tidak dipakai lagi dalam program-program di lembaga HR Excellency, tapi manfaat NLP tetap sangat berguna bagi para pemimpin.
Firewalking atau berjalan di atas bara api, hanya untuk pembuktian. Ini opsional. Kalau mau melakukannya. inipun dilakukan setelah belajar konsepnya, untuk membuktikan bahwa kalau kita yakin dan percaya, tubuh kita akan sanggup melalukan banyak hal yang kita anggap “tidak mungkin”. Banyak peserta yang tadinya ragu-ragu, ternyata bisa melakukannya tanpa terluka. Dan bagi yang melakukannya, akan jadi pengalaman tak terlupakan. Misalkan seorang kepala cabang bank berkata, “Setelah pengalaman firewalking dengan istri saya, kami selalu ingat pengalaman itu setiap kami ragu-ragu untuk bertindak dan melakukan sesuatu”. Kalau diperhatikan, firewalking di HR Excellency yang diinspirasikan oleh F.I.R.E Institute, sebenarnya menggunakan metafora berjalan di atas bara api, untuk mengajarkan 5 inspirasi hidup yang disebut “5 Power of Firewalking” yakni: Pay Attention (lebih fokus), Expect the Best (berharap untuk yang terbaik), Take Responsibility (mengambil tanggung jawab) ataupun Challenge Your Limiting Beliefs (menantang keyakinan yang membatasimu), Take Action (melangkahlah!).
Kalau pisau banyak dipakai oleh para kriminal, apakah pisau itu jahat? Begitupun, memang persepsi ini muncul karena banyak praktisi NLP, yang lantas merasa “Yes, I can do anything! Sayalah Tuhan atas diri saya dan masa depan saya. Saya dan Tuhan, adalah satu!” Banyak yang jadi overconfidence. Tapi, kita mengajarkan NLP yang Theocentric, NLP yang justru percaya dan semakin membuat kita bersyukur dan mau mengoptimalkan apa yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. NLP menjadi salah, ketika dipraktekkan orang yang salah. Ilmunya sendiri seperti pisau, netral sifatnya.
Dalam NLP 3 hari ini struktur belajarnya begini. Hari pertama, bicara tentang diri kita. Kita bicara soal keyakinan kita mempengaruhi diri kita. Ada keyakinan yang memberdayakan (empowering) dan ada juga yang membatasi (limiting). Juga bicara soal bagaimana otak kita menyimpan dan menerjemahkan pengalaman kita (internal representational system). Kita akan belajar mengganti keyakinan salah yang membatasi dengan yang lebih memberdayakan. Teknik anchoring untuk membangun kebiasan positif. Hari kedua, kita akan lebih banyak bicara bagaimana menggunakan NLP untuk berinteraksi dengan orang lain. Misalkan, teknik pacing leading untuk melakukan konunikasi efektif. Memahami pola kalimat yang negatif dengan ilmu Meta Model. Juga memahami program orang yang berbeda dengan ilmu Meta Program. Malam kedua, kita akan melakukan pembuktian dengan berjalan di atas bara api. Sementara di hari ketiga lebih pada aplikasinya. Misalnya belajar timeline untuk mengoreksi masa lalu dan keyakinan yang salah. Juga melakukan teknik menghancurkan keyakinan yang salah hingga belajar memodel orang-orang sukses!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |