- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Mau sukses? Milikilah daya tahan yang tinggi. Istilahnya GRIT.
Sebagai contoh, pertama-tama adalah kisah Edmund McIlheny. Ketika terjadi perang saudara di Amerika tahun 1865, Edmund yang tadinya adalah seorang tuan tanah yang kaya reya, harus mengungsi. Tanah dan rumahnya ditinggalkan. Dan ketika perang selesai, rumahnya hancur dan tanahnya penuh rumput ilalang. Juga banyak ditumbuhi satu jenis tanaman, lada Meksiko. Namun, Edmund tidak berputus asa. Akhirnya, lada Meksiko itupun diolah dengan berbagai cara. Hasil eksperimennya yang panjang lantas menghasilkan saos Tobasco, yang kita kenal selama ini.
Kisah lainnya adalah kisah Bruce Lee. Diceritakan, impiannya sangat besar untuk membawakan ilmu bela diri asal Tiongkok ke Barat. Persoalan demi persoalan ia alami. Awalnya penolakan demi penolakan. Misalkan di awal tahun 70-an, Bruce Lee datang ke Warner Bros untuk memberikan ide film Warrior yang akan dibintanginya. Warner Bros menolaknya. Dan bukan hanya ditolak. Idenya juga diambil. Bahkan, dibuatlah film seri Kung Fu yang lantas dibintangi oleh seorang bule yakni David Carradine. Kesuksesan film seri ini membuat Bruce Lee semakin kecewa. Tapi, untungnya Bruce Lee tidak patah arang. Justru ketika tidak berhasil di film seri, Bruce Lee akhirnya malah berkesempatan main di film layar lebar dan justru itulah yang melambungkan nama besarnya.
Dua kisah di atas menggambarkan bagaimana Grit, atau daya tahan yang luar biasa menghadapi kesulitan itulah, yang menjadi kunci sukses bagi banyak oarng terkenal.
Mengapa Grit?
Istilah ini menjadi populer, khususnya dalam TED talk saat Angela Lee Duckworth, yang mengajar matematika di New York Public school mengatakan “grit” adalah yang terpenting untuk sukses. Gara-gara sharingnya ini, ia mendapatkan penghargaan $650,000 dari MacArthur fellowship untuk melanjutkan penelitian dan riset mengenai Grit ini. (Dapat disaksikan disini: https://www.ted.com/talks/angela_lee_duckworth_grit_the_power_of_passion_and_perseverance
Sebenarnya Grit itu apa? Grit sendiri sebenarnya bukanlah kata yang baru. Dalam kamus Webster, grit diartikan sebagai keteguhan pada seseorang, semangat yang tak tergoyahkan. Nah, itulah ini kemudian oleh Angela Lee Duckworth dimaknai sebagai: kegigihan dan semangat untuk bertahan pada tujuan jangka panjang. Pada intinya, menurut Duckworth, ada 5 komponen penting yang akan mempengaruhi grit seseorang yakni: keberanian (courage); keinginan untuk menghasilkan (achievement orientation), daya tahan jangka panjang (endurance to long term goal); kegigihan (resilience) serta melakukan yang terbaik (strive for excellence)
Bagaimana Kamu Tahu Grit-mu Bagus?
Jika dimaknai secara sederhana, maka ada 4 hal yang bisa dijadikan indikator untuk menilai tinggi dan rendahnya Grit seseorang. Saya menyebutnya dengan istilah G-R-I-T. Nah, apa sajakah indicator tersebut?
Pertama-tama, G yakni Give explanation. Hal ini, bicara soal bagaimana Anda memberikan penjelasan pada saat menghadapi masalah. Pertanyaan yang paling sederhana adalah: saat Anda menghadapi masalah, menurutmu Anda mengalami masalah itu karna apa? Bagaimana biasanya kamu memberikan penjelasan soal masalah yang kamu alamai itu?
Nah, dalam hal ini, mereka dengan Grit bagus, cenderung tidak akan menyalahkan diri ataupun mengiutuk situasi misalkan saja mengatakan, “Saya memang bodoh”, atau “Orang-orang disekeliling saya nggak mendukung saya sih”, atau “Ini gara-gara Tuhan memang tidak adil!”
Kedua yakni R atau Reach of Problem. Hal ini bicara soal bagaimana suatu mesalah yang Anda hadapi berpenagruh terhadap berbagai aspek dalam hidupmu. Dalam hal ini, pernayaatn untuk menguji aspek R ini adalah tatkala Anda menghadapi suatu masalah, apakah masalah tersebut biasanya berpengaruh banyak terhadap berbagai sisi lain dalam hidupmu. Misalkan, tatkala di tempat kerja bermasalah, apakah hal itu lantas mengganggu pergaulan sosialmu ataupun membuatmua jadi membawa masalah itu berkepanjanagn di rumah? Nah, dalam hal ini diungkapkan, mereka yang memiliki grit yang tinggi, meskipun merasakan gangguan sejenak, tapi mereka tidak membiarkan masalah tersebut terus-meenrus mengganggu berbagai bidang lain dalam hidupnya, termasuk kinerjanya.
Sebagai contoh menarik, bisa diambil dari dunia olah raga. Ini kisah tentang Micahel Jordan yang luar biasa. Ceritanya, di tahun 1997 terjadilah final antara Chicago Bulls melawan Utah Jazz. Malam harinya sebelumnya, Michael Jordan memakan pizza yang membuatynya keracunan. Malam itu, Michael Jordan kesakitan luar biasa. Dokter pun tidak yakin dia mampu bermain. Namun, meskipun sakit, ia tidak membiarkan hal itu mengganggunya. Nyatanya, ia mampu bermain selama 44 menit dan membuat skor 38 poin. Dokternya sendiri, sampai terheran-heran bagaimana pikiran Mivhael Jordan membuatnya mampu mengatasi tubuhnya yang sakit. Meskipun setelah itu, ia langsung harus diobati.
Ketiga, I atau Internal Dialogue. Ini bicara soal self talk di kepalamu saat Anda punya masalah. Pertanyaannya adalah tatkala kamu menghadapi sutau rintangan, apakah yang biasanya Anda ucapkan di kepalamu sendiri soal rintangan itu? Apakah cendrung positif ataukah negatif? Mereka yang memiliki grit yang bagus, cenderung akan lebih positif self talknya tatkala menghadapi masalah.
Ketika misalkan waktu bisnis jam tangan di Swiss terbanting dengan hadirnya jam digital buatan Jepang, industri jam tangan disana sungguh terpukul. Banyak perusahaan jam gulung tikar. Tetapi, ada beberapa yang mampu bertahan. Salah satu cara mereka bertahan adalah mengubah pemikiran jam sebagai “penunjuk waktu” sebagai “bagian dari fashion”. Ternyata, hanya dengan mengubah kata “penunjuk waktu menjadi “fashion” ternyata berpengaruh pada semangat dan kelangsungan hidup bisnis jam tangan di Swiss. Itulah bagian dari kekuatan kata-kata, atau self talk.
Terakhi, T atau Tenacity to make the best. Ini aspek yang bicara soal bagaimana Anda berupaya menjadikan yang terbaik, apapun yang terjadi. Sebagai contoh, saat Anda menghadapi suatu rintangan atau masalah, apakah kamu akan terus mencoba atau cenderung menyerah saja untuk mendapatkan hasil terbaik? Mereka dengan grit yang bagus akan terus berusaha hingga usahanya yang terakhir. Intinya, berlakulah pepatah “Ketika Tuhan hanya mmberikan jeruk, bukan buah-buahan yang lain, maka jadikanlah jus jeruk”.
Saya pun terinngat kisah seorang wanita pengusaha robotic Jully Tjindrawan yang mengimpor fashion, tetapi yang dikirim tenyata adalah kontainer yang berisi kepingan-kepingan dan rangkaian membuat robot. Bayangkam satu kontainer yang isinya serpihan pernak-pernik robot. Beberapa hari, beliau sempat termenaung. Tapi berikutnya yang luar biasa, potongan-potongan rangkaian robot itu mulai ia marketingkan menjadi suatu program pembelajaran soal robotic. Justru, saat ini beliau dikenal sebagai salah satu pengusaha wanita bidang robotic yang sukses di Indonesia.
So, kesimpulannya, dari keempat hal penting soal grit itu: jadikanlah masalah yang Anda hadapi menjadi peluang. Memang sih tidak nyaman tatkala kita menghhadapi masalah. Tapi, tiada sukses yang tanpa menghadapi kendala. Karena itulah mengapa kita katakan kalau ingin meraih sukses, melewati tantangan dan menjadi pemenang, kita sungguh membutuhkan grit!
Anthony Dio Martin, trainer, inspirator, Managing Director HR Excellency & Miniworkshopseries Indonesia, penulis buku-buku bestseller, executive coach, host di radio bisnis SmartFM, dan penulis di berbagai harian nasional. Website: www.hrexcellency.com dan FB: anthonydiomartinofficial dan IG: anthonydiomartin
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |