- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
Sejak pemerintah menerapkan social distancing untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19, maka terjadi pembatasan pertemuan dengan jumlah banyak termasuk dalam dunia Pendidikan. Hal ini berdampak pada kegiatan belajar mengajar di lembaga Pendidikan yang semula tatap muka di kelas, bergeser menjadi pendidikan jarak jauh dalam jaringan (daring) dengan sistem online.
Bicara mengenai pendidikan, tak lepas dari proses pengembangan diri. Pengembangan diri yang biasanya para profesional lakukan juga sebagai sarana untuk naik karir atau menambah keterampilan, kini tidak bisa di nikmati secara langsung pembelajarannya. Di sisi lain, para leader di perusahaan pun kena dampaknya. Mereka yang terbiasa melakukan proses pengembangan sumber daya manusia di perusahaan dan support dari para HR yang mempunyai agenda untuk mengikut sertakan SDM perusahaan dalam sebuah program in house atau public training, harus atur strategi untuk tetap melakukan pengembangan walaupun secara online.
Masalahnya, dalam implementasinya terdapat beberapa tantangan yang dihadapi saat melakukan pembelajaran online. Curhatan dari para karyawan yang ikut training online diantaranya banyak gangguan seperti dari anak, suara-suara bising dari lingkungan rumah, kurang fokus karena sambil kerjain report, laptop atau smartphone nya error, ada juga yang teriak kuota internetnya habis, jaringan sinyalnya lemah ditambah sitrainernya membawakan materinya ngebosenin. Namun bisa saja karyawan yang di dominasi oleh kaum millenial itu bisa mengatasi permasalahan teknis yang berhubungan dengan teknologi. Mereka sangat cepat untuk mengatasinya. Namun jika bicara mindset pengajar, trainer inilah yang menjadi tantangan.
Masih saja ada di antara mereka yang tidak bisa beradaptasi. Mereka ada yang masih terbiasa dalam zona nyamannya, yaitu dengan mengajar secara offline. Jadi pada saat membawakan materi via online yang sudah pasti sangat berbeda dengan training di lapangan, beberapa dari mereka ada yang masih menganggap sama cara membawakannya. Akhirnya mereka kurang persiapan, alhasil peserta traininglah yang jadi korbannya. Mereka akan cepat bosan, jenuh dan menganggap training online tidak ada benefitnya. Mereka merasa percuma saja mengorbankan kuota internetnya untuk ikut kelas training online tapi tidak membawa dampak positif. Lagi – lagi, peran dari trainer atau pengajarlah yang dapat menentukan kualitas pembelajaran online berhasil atau tidak.
Memang ada juga faktor lainnya yang menentukan proses belajar online yang berkualitas. Tapi yakinlah, peran seorang trainer atau pengajar tetap lebih besar. Layaknya seorang pemimpin orkestra dalam sebuah konser musik, ia harus dapat memfasilitasi pemain musik lainnya untuk ikut arahannya dan pada akhirnya dapat membentuk musik yang harmoni. Hal ini pun berlaku untuk para trainer atau pengajar saat membawakan materi melalui pembelajaran online. Di butuhkan kreativitas agar dapat memfasilitasi peserta. Trainer atau pengajarpun wajib belajar time management. Karena yang biasanya membawakan materi sampai 8 jam, sekarang bisa saja hanya 2 jam. So, virus corona kian bermutasi. Namun trainer atau pengajar harus bisa beradaptasi.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini kami ingin berbagi tips agar Online Training semakin asyik di ikuti peserta. Namun sebelumnya mari kita bongkar kesalahan apa saja yang sering dilakukan oleh Trainer atau Pengajar saat melakukan online training yang banyak menelan banyak korban peserta.
Pertama, Tidak Kreatif.
Tidak semua Trainer atau pengajar melek dalam penggunaan teknologi. Masih aja ada yang tidak tahu cara mengoperasikan platform pembelajaran online. Baik itu zoom, webex, google classroom dan yang lainnya. Masalahnya bertambah karena mereka pun tidak mau menyempatkan waktu untuk belajar, untuk’ ngulik‘. Sebagian dari mereka malah beralasan, usia mereka sudah tidak mampu untuk ngulik hal yang berbau teknologi. Ada juga yang menganggap sudah bisa mengoperasikan zoom, webex dan yang lainnya, tapi mereka hanya memperlihatkan slide yang banyak tulisannya. Tidak ada video yang ditampilkan. Belum lagi tidak ada storry telling dan juga analogi. Hal ini bukan hanya tidak kreatif tapi peserta akan sulit untuk memahami isi materi. Belum lagi si Trainer atau pengajar tidak menggunakan virtual background yang akhirnya terlihat kurang profesional. Ditambahlagi, ketika slide dimunculkan, mereka hanya membaca. Hal inilah yang akan menelan banyak korban peserta berjatuhan. Mereka merasa training yang diikutinya benar-benar membosankan.
Kedua, Tidak Interaktif.
Hal ini masih sering kami temukan. Para trainer atau pengajar yang tidak interaktif. Mereka seakan-akan hanya bertugas untuk membacakan dan memindahkan slide demi slidenya kepada peserta. Bayangkan saja, peserta harus mendengarkan semua cuap-cuap yang ada di slide. Mereka juga bisa langsung membaca sebenernya. Mending trainernya kirim file slidenya, dan peserta bisa membacanya dengan tenang. Bereskan?! Tapi bukan itu esensi dari training. Butuh keterlibatan antara pengajar atau trainer dengan peserta. Bahas sebuah studi kasus, meminta pendapat peserta, mengapresiasi peserta, hal inilah yang menjadi bumbu-bumbu pelengkap indahnya interaksi pembelajaran walaupun melalui online.
Ketiga, Body Language tidak di optimalkan.
Bayangkan sebagai peserta, Anda melihat trainer atau pengajar yang kaku dan tidak terlihat antusiasnya. Hal ini bisa membuat Anda tidak tertarik mengikutip embelajaran online. Selama menjelaskan, tidak ada gerak tangan, tidak ekspresi wajah yang terlihat untuk mempertegas pesan. Malah nada suaranya pun terdengar monoton. Sampai-sampai intonasinya pun tidak terdengar. Dan sebelum menutup trainingnya, si trainer bilang, “maaf yaa kalau masih terihat kaku, karena saya belum terbiasa“. What?!! Sungguh itu bukan sebuah pembenaran, atau sebuah alasan. Ketika sudah deal untuk melakukan sharing, pembelajaran online dengan para peserta, harusnya bisa lebih mempersiapkan. Para peserta sudah berkorban banyak. Mulai dari waktu sampai kuota internet. Makanya body language sebenarnya sangat menolong para trainer atau pengajar untuk membuat sebuah pembelajaran online makin mempunyai unsur emosi. Dengan rasa antusias, para trainer dan pengajar dapat secara natural mengeluarkan gestur dan ekspresi wajah lengkap dengan nada suara yang bervariasi.
Keempat, Suasana yang kurang mendukung.
Kualitas online training yang keren tidak luput dari dukungan suasana. Maka para trainer atau pengajar disarankan untuk mempunyai ruang khusus yang minim gangguan ketika melakukan pembelajaran online. Bayangkan saja, tiba-tiba Anda sedang mengajar, eh anak Anda masuk kemudian mengganggu Anda. Ada juga ketika Anda lagi asyik online training, tiba-tiba ada tukang jualan keliling yang teriakannya sangat dahsyat sehingga bisa saja masuk ke sound Anda. Hal ini akan membuat ketidaknyamanan bagi peserta. Di sisi lain ada Trainer yang melakukan online training tapi backgroundnya adalah dapurnya dia. Alasannya menurut dia, di situlah tempat yang paling bagus koneksi internetnya. Tapi, pleaseee… seharusnya kita bisa lebih mempersiapkan semuanya untuk membawa kenyamanan bukan hanya dari sisi trainer namun dari sisi peserta juga.
Kelima, Tidak memperhatikan hal teknis.
Ada seorang trainer yang ingin menggunakan kain hijau (green screen) agar virtual background dapat terlihat lebih jelas. Namun ketika si trainer tersebut lagi asyik menjelaskan materi, tiba-tiba green screen yang terpasang lepas, dan mengakibatkans i trainer jadi larut dalam background dan hal ini berdampak buruk. Karena hal ini mengganggu kenyamanan peserta. Maka jangan salah menggunakan perekat. Harus di sesuaikan dengan bahannya. Kalau untuk kain, carilah perekat yang memang diperuntukkan untuk kain. Selain itu sebaiknya gunakan earphone. Sehingga kualitas suara yang dihasilkan lebih baik. Suara dari luar pun bisa lebih diminimalisir. Pastikan juga Anda melakukan cek kuota internet dan juga paket yang dipilih di zoom atau webex. Masih ada saja yang Percaya diri untuk mengadakan zoom dengan Dia akan menyampaikan materi 1.5 jam namun ia tidak memilih zoom berbayar. Alhasil, setelah 40 menit, langsung end. Dan dengan PD nya ia katakan, yuk mari kita mulai lagi. Tadi sebenarnya merupakan ice breaking. Biar kita tidak cepat jenuh. Tapi beberapa peserta sudah mengetahui bahwa si trainer menggunakan yang gratis. Hal ini akan menurunkan profesionalitas Trainer atau pengajar.
Keenam, Trainer & Host tidak Kompak.
Kegagalan pembelajaran online bisa terjadi gara-gara si Host kurang bisa mengendalikan suasana. Lah bukannya trainernya ya? keliru… Karena terkadang si host akanj adi partner si trainer atau pengajar. Ia bisa juga membangkitkan semangat peserta untuk meminta mereka berkomentar atau berpendapat baik itu di kolom chat atau langsung (unmute). Host pun wajib menyimak komentar atau pertanyaan yang dilayangkan peserta di kolom chat box. Karena bisa jadi si Trainer tidak membuka kolom chat. Maka, tugas si Host lah yang akan menyampaikan ke si trainer pertanyaan atau komentar peserta. Hal inilah yang dapat menjaga interaktif saat pembelajaran online. Tapi masih jarang saya temukan, antara trainer dan host melakukan persiapan dulu. Kalau di lembaga kami, HR Excellency, kami selalu mengadakan gladi resik untuk mempersiapkan semuanya. Trainer pun dan host saling koordinasi, nanti akan melakukan activity apa, materinya bagaimana, di sesi mana ada tanya jawab, di sesi mana ada diskusi. Dan semuanya itu benar-benar di design untuk hasil yang maksimal.
Ketujuh, Tidak menggunakan additional Tools.
Media Online Training tidak hanya bicara slide presentasi dan juga platform pembelajaran online. Namun perlu untuk memikirkan alat bantu yang bisa menunjang kualitas pembelajaran. Contohnya, saat kita training di kelas biasa, kita membutuhkan flipchart sebagai media untuk menulis dan menggambar. Lalu di online? sebenarnya kita bisa menggunakan drawing pad agar peserta dapat menikmati visualisasi lainnya dari penjelasan trainer. Dengan alat bantu tersebut trainer dapat berkreasi lewat tulisan dan gambar untuk memperkaya materi training. Jika Anda punya ipad atau yang sejenis, Anda bisa gunakan untuk menulis juga. Karena hardware tersebut compatible dengan platform pembelajaran online.
Ahmad Madu, Master Trainer HR Excellency
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |