- info@hrexcelleny.com
- Jl. Tanah Abang V, no. 32, Jakarta Pusat 10160
“Ketika Anda berhenti belajar, Anda berhenti bertumbuh”
Masih ingat film The Sound of Music atau film The Prime of Miss Jean Brodie, film-film klasik yang memberikan pembelajaran yang menarik?
Film The Prime of Miss Jean Brodie berkisah tentang seorang Guru bernama Miss Brodie yang menggunakan gaya pembelajaran kelas yang partisipatif aktif. Ini berbeda dengan gaya mengajar pada jamannya yang cenderung konvensional, bersifat instruksi satu arah. Akibatnya sang kepala sekolah, McKay memanggil dan menegur cara mengajarnya yang tak lazim itu. Namun, bagi Miss Brodie, teguran itu justru dianggap sebagai pujian atas terobosannya.
Karenanya saat ditanya mengapa pujian, Miss Brodie berkata, “Edukasi berasal dari kata “ex” (keluar) serta “duco” (saya memimpin). Bagi saya mengedukasi adalah membimbing orang keluar, menuntun, merealisasikan potensi anak yang dibawa sejak lahir keluar.” Namun, sang kepala sekolah itu malah menyindir. “Tapi, saya berharap Anda harusnya lebih banyak memasukkan ilmu untuk anak-anak ini”. Lalu, Miss Brodie menjawab, “Kalau memaksakan dan menjejali ilmu-ilmu, itu bukanlah edukasi tapi intrusi(pemaksaan)”.
Yang diungkapkan miss Brodie ini menjadi salah satu filosofi dan model penting bagi dunia training dewasa ini.
Sadar atau tidak sadar, manusia selalu ingin bertumbuh. Sementara itu, tak ada pertumbuhan tanpa belajar. Lagi-lagi, sadar atau tidak sadar setiap saat manusia itu pasti belajar. Karenanya, tak ada manusia yang tak bertumbuh. Itulah sebabnya orang tua kita memberi nasehat yang menyadarkan kita.
“Ketika Anda berhenti belajar, Anda berhenti bertumbuh” menjadi sebuah kesadaran sekaligus prinsip dasar mengapa belajar itu menjadi kebutuhan dasar manusia seperti halnya makan.
Persoalannya apakah cara seseorang belajar ketika masih di sekolah sama dengan ketika seseorang sudah memasuki dunia kerja/korporasi/bisnis? Tentu tidak.
Pengalaman belajar kita selama ini memang berasal dari pengalaman awal-awal kita masih di sekolah. Sebagian masih relevan, sebagian lagi sudah tidak relevan saat ini. Untuk itu kita perlu mereview cara kita belajar dari waktu ke waktu agar kita tidak asal bertumbuh karena asal belajar. Atau tidak asal belajar untuk asal bertumbuh.
Nah, Metode yang diajarkan oleh Miss Brodie pada kisah di atas terasa relevan untuk model training kita sekarang.
Program training adalah upaya sadar mengeluarkan potensi dalam diri menjadi keterampilan yang bisa bermanfaat bagi banyak orang. Training menjadikan kegiatan belajar sebagai aktivitas yang terstruktur, logis, serta sistematis selepas kita dari bangku sekolah. Dengan training proses belajar dan bertumbuh dapat disesuaikan dengan kondisi kita, termasuk hasil (output) yang mau dicapai. Ingat bahwa belajar itu, ya proses, ya hasil. Itulah sebabnya individu atau organisasi yang suka belajar melihat dunia training sebagai “sekolah lanjutan” di tengah arus perubahan dan persaingan ini.
Hebatnya, setiap orang memiliki gaya belajar yang unik dan berbeda. Ada banyak teori mengenai ini. Salah satu teori yang kiranya dapat mewakili banyak pemikiran mengenai gaya ini adalah teori yang dikembangkan oleh seorang filsuf humanistic bernama David Kolb. Kita menyebutnya dengan teori belajar KOLB, di mana “pengalaman kongkrit, refleksi dan observasi, konseptualisasi dan identifikasi serta eksperimen untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan” diramu menjadi satu dalam pembelajaran orang dewasa.
Nah, apapun gaya belajar Anda, HR Excellency sebagai lembaga penyelenggara training individu dan korporasi menyadari pentingnya learning model “miss Brodie” tersebut dan merumuskannya dalam sebuah learning model yang mengakomodasi gaya belajar setiap orang, termasuk gaya dalam teori KOLB tersebut.
Berikut diagram Classroom Learning Model dari HR Excellency dan penjelasannya.
1. Belajar itu soal MENGALAMI secara nyata. Belajar seharusnya menjadi pengalaman yang penuh makna di mana semua peserta aktif terlibat satu sama lain. Itulah sebabnya dalam kelas-kelas training yang diselenggarakan oleh HR Excellency, pengalaman menjadi prioritas utama untuk disharingkan. Peserta diajak membawa pengalaman kongkret entah sebagai individu ataupun bagian dari organisasi ke dalam kelas. Trainernya pun membawa pengalaman kongkret dalam menjabarkan ilmu-ilmunya. Untuk apa? Untuk menjadi dasar bagi pengetahuan-pengetahuan yang kita dapat dalam kelas.
Dengan demikian belajar tidak membicarakan sesuatu yang mengawang-awang, tapi berbicara mengenai pengalaman kongkret kita. Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Nah, pengalaman tak terlupakan itu yang diharapkan menjadi AHA moment di mana orang siap untuk bertransformasi.
Ada kepuasan tersendiri ketika peserta training selalu mengatakan dalam testimoninya “ woow, belajar bersama HR Excellency menjadi pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup.” Dan memang Learning Model HR Excellency sudah terbukti membantu daya ingat peserta, karena peserta mendapatkan pengalaman belajar yang sulit dilupakan!
2. Belajar itu soal BERBAGI/Sharing. Belajar itu sesungguhnya adalah berbagi pengalaman. Belajar itu sendiri akan meningkat ketika kebutuhan fisik, sosial dan emosional seseorang terpenuhi. Training yang baik mengkondisikan semuanya dalam suasana belajar yang nyaman, penuh penghargaan dan penerimaan satu sama lain, karena begitulah hakekat sebuah sharing. Dan peserta yang baik akan merefleksikan pembelajaran mereka sendiri dan membagikan perspektif mereka ke yang lainnya.
Di kelas-kelas HR Excellency para peserta diberikan kesempatan berbagi seluas mungkin. Pengalaman masing-masing peserta tentunya akan memberikan warna baru bagi sebuah perspektif. Training diarahkan sedemikian rupa sehingga peserta rela berbagi perspektifnya sehingga perspektif setiap peserta pun menjadi lebih kaya.
3. Belajar itu MENGIDENTIFIKASIpengalaman dan pengetahuan untuk mengurai permasalahan dalam sharing yang terarah. Pada tahap ini seseorang mulai mampu memikirkan bagaimana peristiwa yang dialaminya itu bisa terjadi, tapi juga mampu dan mencari jawaban bagaimana peristiwa yang dialaminya itu bisa terjadi.
HR Excellency melihat pentingnya tahap ini dalam proses belajar seseorang. Karena itu, melalui diskusi kelompok, aktivitas disertai alat-alat peraga, games dan simulasi, peserta diajak melihat secara presisi bagaimana pengalaman-pengalaman hidupnya bisa menjadi solusi dari permasalahan yang timbul baik pada tataran individu maupun organisasi.
4. Belajar itu MENGANALISA.Setelah berhasil mengindentifikasi pengalaman terkait masalah yang perlu diurai, seseorang mulai berkembang dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana peristiwa itu bisa terjadi, dan kenapa peristiwa itu harus terjadi.
Pada tahap ini HR Excelency mengajak peserta terlibat aktif menggunakan pikirannya untuk menganalisa hasil identifikasi terhadap pengalaman, pengetahuan dan data-data yang ada. Hasil analisa pada tahapan ini akan memberanikan seseorang mengambil kesimpulan bagi dirinya sendiri dan organisasi.
5. Belajar itu MENGGENERALISASI konsep, teori dan pemikiran-pemikiran berdasarkan pengalaman dan pengetahuan menjadi sebuah prinsip yang dapat diterapkan secara fleksibel dan kasuistik pada kenyataan yang sesungguhnya. Karena, belajar tidak melulu soal menambah ilmu pengetahuan. Belajar juga adalah tentang keterampilan, keyakinan, wawasan, kebiasaan, perasaan, kebijaksanaan, kesadaran diri menghadapi realitas sehari-hari dalam kehidupan nyata.
HR Excellency mengajak peserta pada tahap akhir ini untuk berani mengaplikasikan konsep, teori maupun aturan-aturan yang didapat dari proses-proses sebelumnya pada situasi nyata dalam kehidupan pribadi maupun dunia kerja. Dengan training ini peserta diharapkan sudah mulai berani menguji dan mempraktekkan teori-teori maupun konsep dengan pemikiran-pemikirannya di lapangan.
Mengikuti siklus pembelajaran ala HR Excellency akan menjadikan belajar Anda terbayar dengan pengorbanan yang Anda berikan baik dari segi biaya maupun waktu. So, pastikan Anda tergabung dalam orang-orang yang belajar dalam siklus yang memberdayakan.
Ketika Anda belajar secara benar, Anda akan bertumbuh secara benar pula. Tidak lagi menjejali kepala dengan sekumpulan data dan hafalan yang membuat kepala penuh sesak. Justru kita mengeluarkan potensi dalam diri dan membagi pengalaman itu kepada orang lain sehingga membawa pencerahan baru kepada orang lain. Itulah esensi dari training. Selamat belajar!
Salam Antusias!
Anthony Dio Martin
www.hrexcellency.com
www.mwsindonesia.com
www.anthonydiomartin.com
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
Website | : | www.hrexcellency.com |